Folktale Adalah Warisan Budaya Lisan yang Melegenda, Ini Ciri Khas dan Jenisnya

Pelajari apa itu folktale, ciri khas, jenis, dan contohnya dari berbagai daerah di Indonesia. Temukan keunikan cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Nov 2024, 15:51 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 15:50 WIB
folktale adalah
folktale adalah ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Cerita rakyat atau folktale merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga. Diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, folktale menyimpan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur suatu masyarakat. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang apa itu folktale, karakteristiknya, jenis-jenisnya, serta contoh-contoh folktale terkenal dari berbagai daerah di Indonesia.

Definisi dan Pengertian Folktale

Folktale adalah cerita rakyat yang diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris "folk" yang berarti rakyat dan "tale" yang berarti cerita. Dalam bahasa Indonesia, folktale sering diterjemahkan sebagai cerita rakyat atau dongeng rakyat.

Menurut Kamus Merriam-Webster, folktale didefinisikan sebagai "cerita yang bersifat anonim, abadi, dan tidak terikat tempat yang beredar secara lisan di kalangan masyarakat". Sementara Cambridge Dictionary mengartikan folktale sebagai "cerita tradisional yang diceritakan berulang-ulang oleh orang-orang dari suatu daerah atau kelompok tertentu".

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa folktale memiliki beberapa karakteristik utama:

  • Diwariskan secara lisan dari mulut ke mulut
  • Anonim atau tidak diketahui pengarangnya
  • Bersifat tradisional dan menjadi milik bersama suatu masyarakat
  • Memiliki banyak versi karena penyebarannya yang lisan
  • Mengandung nilai-nilai, ajaran moral, dan kearifan lokal
  • Biasanya berlatar waktu dan tempat yang tidak spesifik

Folktale memegang peranan penting dalam melestarikan budaya dan identitas suatu masyarakat. Melalui cerita-cerita yang diwariskan turun-temurun, nilai-nilai luhur, norma sosial, dan kearifan lokal tetap terjaga dari generasi ke generasi.

Sejarah dan Perkembangan Folktale

Tradisi bercerita lisan telah ada sejak zaman prasejarah, jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Para ahli antropologi dan folkloris meyakini bahwa folktale telah menjadi bagian integral dari kebudayaan manusia selama ribuan tahun.

Pada awalnya, folktale diceritakan secara lisan di sekitar api unggun, saat berkumpul bersama keluarga, atau dalam acara-acara adat. Cerita-cerita ini berfungsi sebagai sarana hiburan sekaligus media untuk menyampaikan ajaran moral, nilai-nilai sosial, dan pengetahuan tentang alam sekitar.

Seiring perkembangan zaman, folktale mulai didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Beberapa tonggak penting dalam sejarah pengumpulan folktale antara lain:

  • Abad ke-17: Charles Perrault mengumpulkan cerita-cerita rakyat Prancis dalam buku "Histoires ou Contes du Temps Passé"
  • Awal abad ke-19: Grimm bersaudara menerbitkan kumpulan dongeng Jerman "Kinder- und Hausmärchen"
  • Akhir abad ke-19: Andrew Lang menerbitkan seri buku dongeng berwarna, mengumpulkan cerita dari berbagai belahan dunia

Di Indonesia, upaya pengumpulan dan pendokumentasian cerita rakyat mulai gencar dilakukan pada masa kemerdekaan. Beberapa sastrawan dan budayawan seperti Ajip Rosidi, S. Takdir Alisjahbana, dan H.B. Jassin turut berperan dalam mengumpulkan dan menerbitkan cerita rakyat dari berbagai daerah di Nusantara.

Meski kini folktale telah banyak dibukukan, tradisi bercerita lisan masih tetap hidup di berbagai daerah. Cerita rakyat terus dituturkan dalam berbagai kesempatan, seperti upacara adat, pertunjukan seni tradisional, atau sebagai pengantar tidur bagi anak-anak.

Karakteristik dan Ciri Khas Folktale

Folktale memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakannya dari jenis cerita lain. Berikut ini adalah ciri-ciri khas folktale:

  1. Anonim - Pengarang asli folktale tidak diketahui karena cerita ini telah diturunkan dari generasi ke generasi.
  2. Penyebaran lisan - Folktale awalnya disebarkan secara verbal dari mulut ke mulut, bukan dalam bentuk tertulis.
  3. Banyak versi - Karena penyebarannya yang lisan, folktale sering memiliki banyak variasi cerita.
  4. Formulaik - Folktale sering menggunakan formula atau pola tertentu dalam penceritaannya, seperti pengulangan frasa atau adegan.
  5. Berlatar waktu dan tempat tidak spesifik - Cerita biasanya dimulai dengan frasa "Pada zaman dahulu kala..." tanpa menyebut waktu dan tempat yang pasti.
  6. Tokoh sederhana - Karakter dalam folktale umumnya bersifat hitam-putih (baik atau jahat) tanpa kompleksitas psikologis.
  7. Mengandung ajaran moral - Folktale biasanya memiliki pesan moral atau nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan.
  8. Unsur magis atau supernatural - Banyak folktale yang melibatkan elemen-elemen ajaib atau makhluk-makhluk supernatural.
  9. Mencerminkan budaya setempat - Folktale sering kali menggambarkan tradisi, kepercayaan, dan cara hidup masyarakat tempat cerita itu berasal.
  10. Bahasa sederhana - Folktale menggunakan bahasa yang mudah dipahami karena ditujukan untuk semua kalangan masyarakat.

Karakteristik-karakteristik ini membuat folktale menjadi cerita yang mudah diingat dan dituturkan kembali, sehingga dapat bertahan selama berabad-abad dalam tradisi lisan suatu masyarakat.

Jenis-jenis Folktale

Folktale memiliki beragam jenis yang dapat diklasifikasikan berdasarkan isi cerita, tokoh, atau tujuan penceritaannya. Berikut adalah beberapa jenis utama folktale:

  1. Dongeng Binatang (Fabel)

    Cerita yang menampilkan binatang sebagai tokoh utama dengan sifat dan perilaku seperti manusia. Contoh: Kancil dan Buaya, Semut dan Belalang.

  2. Dongeng Biasa

    Cerita tentang tokoh-tokoh manusia biasa dengan berbagai peristiwa dalam kehidupan. Contoh: Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Mas.

  3. Legenda

    Cerita yang dianggap pernah benar-benar terjadi dan berkaitan dengan sejarah suatu tempat atau kejadian alam. Contoh: Legenda Danau Toba, Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu.

  4. Mitos

    Cerita yang berkaitan dengan kepercayaan suatu masyarakat, biasanya melibatkan dewa-dewi atau kekuatan supernatural. Contoh: Kisah Dewi Sri, Nyi Roro Kidul.

  5. Sage

    Cerita kepahlawanan yang mengandung unsur sejarah namun telah bercampur dengan fantasi. Contoh: Kisah Ken Arok, Gajah Mada.

  6. Cerita Jenaka

    Cerita lucu yang bertujuan menghibur, seringkali berisi sindiran atau kritik sosial. Contoh: Kisah Si Kabayan, Pak Belalang.

Setiap jenis folktale ini memiliki karakteristik dan fungsi sosial yang berbeda-beda dalam masyarakat. Namun, semuanya berperan dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal suatu kelompok masyarakat.

Struktur Narasi dalam Folktale

Meskipun folktale memiliki beragam jenis dan variasi, sebagian besar mengikuti struktur narasi yang serupa. Struktur ini umumnya terdiri dari tiga bagian utama:

  1. Orientasi (Orientation)

    Bagian pembuka cerita yang memperkenalkan tokoh-tokoh utama, latar tempat, dan waktu. Biasanya diawali dengan frasa seperti "Pada zaman dahulu kala..." atau "Di sebuah desa yang jauh..."

  2. Komplikasi (Complication)

    Bagian inti cerita di mana konflik atau masalah muncul dan berkembang. Tokoh utama biasanya menghadapi berbagai rintangan atau tantangan.

  3. Resolusi (Resolution)

    Bagian akhir cerita di mana konflik terselesaikan. Biasanya diikuti dengan penutup yang menyampaikan pesan moral atau pelajaran dari cerita tersebut.

Selain struktur dasar ini, folktale juga sering menggunakan elemen-elemen narasi khusus seperti:

  • Pengulangan - Adegan atau frasa tertentu yang diulang tiga kali (angka magis dalam folktale)
  • Motif - Elemen cerita yang sering muncul seperti benda ajaib, makhluk supernatural, atau ujian berat
  • Formula pembuka dan penutup - Frasa khusus untuk memulai dan mengakhiri cerita

Struktur dan elemen-elemen ini membantu penutur cerita dalam mengingat dan menyampaikan folktale secara lisan, serta membuat cerita lebih menarik dan mudah diikuti oleh pendengar.

Fungsi dan Peran Folktale dalam Masyarakat

Folktale memiliki berbagai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa peran utama folktale:

  1. Media Pendidikan Moral

    Folktale sering digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan etika kepada anak-anak maupun orang dewasa. Melalui kisah-kisah yang menarik, pesan-pesan moral dapat disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan diingat.

  2. Pelestarian Budaya

    Folktale menjadi sarana untuk melestarikan tradisi, kepercayaan, dan kearifan lokal suatu masyarakat. Cerita-cerita ini mencerminkan cara hidup, nilai-nilai, dan pandangan dunia dari kelompok masyarakat tertentu.

  3. Hiburan

    Sebagai bentuk hiburan tradisional, folktale memberikan kesenangan dan mengisi waktu luang. Cerita-cerita yang menarik dan sering kali mengandung unsur humor membuat folktale disukai oleh berbagai kalangan usia.

  4. Penjelasan Fenomena Alam

    Banyak folktale yang berusaha menjelaskan asal-usul suatu tempat atau fenomena alam. Meski tidak selalu akurat secara ilmiah, cerita-cerita ini membantu masyarakat tradisional memahami dunia di sekitar mereka.

  5. Pembentukan Identitas Kolektif

    Folktale berperan dalam membentuk dan memperkuat identitas suatu kelompok masyarakat. Cerita-cerita yang dimiliki bersama menciptakan ikatan dan rasa kebersamaan di antara anggota masyarakat.

Dengan berbagai fungsi ini, folktale menjadi elemen penting dalam membangun dan memelihara kohesi sosial serta identitas budaya suatu masyarakat.

Contoh-contoh Folktale Terkenal dari Indonesia

Indonesia memiliki kekayaan folktale yang luar biasa dari berbagai daerah. Berikut adalah beberapa contoh folktale terkenal dari Indonesia beserta ringkasan ceritanya:

  1. Malin Kundang (Sumatra Barat)

    Kisah seorang anak yang sukses namun durhaka kepada ibunya. Ia dikutuk menjadi batu sebagai hukuman atas kedurhakaan tersebut.

  2. Sangkuriang (Jawa Barat)

    Cerita tentang seorang pemuda yang jatuh cinta pada ibunya sendiri tanpa ia sadari. Kisah ini menjelaskan asal-usul terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu.

  3. Timun Mas (Jawa Tengah)

    Dongeng tentang seorang gadis yang harus melarikan diri dari raksasa yang ingin memakannya. Ia berhasil selamat berkat bantuan benda-benda ajaib.

  4. Bawang Merah dan Bawang Putih (Riau)

    Kisah dua saudari tiri dengan sifat yang bertolak belakang. Bawang Putih yang baik hati mendapat hadiah, sementara Bawang Merah yang jahat mendapat hukuman.

  5. Si Pitung (Jakarta)

    Cerita tentang pendekar Betawi yang dianggap pahlawan oleh rakyat kecil karena keberaniannya melawan penjajah dan orang-orang kaya yang lalim.

Setiap daerah di Indonesia memiliki folktale khasnya masing-masing. Cerita-cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan kearifan lokal masyarakat setempat.

Perbandingan Folktale dengan Genre Cerita Lain

Untuk memahami keunikan folktale, penting untuk membandingkannya dengan genre cerita lain. Berikut adalah perbandingan folktale dengan beberapa genre cerita yang mirip:

  1. Folktale vs Fairytale

    Fairytale umumnya melibatkan elemen magis dan sihir yang lebih kuat, serta sering berakhir dengan "happily ever after". Folktale lebih beragam dalam tema dan akhir ceritanya.

  2. Folktale vs Mitos

    Mitos biasanya berkaitan erat dengan sistem kepercayaan dan melibatkan dewa-dewi atau kekuatan supernatural. Folktale lebih berfokus pada kehidupan sehari-hari dan tokoh-tokoh manusia biasa.

  3. Folktale vs Legenda

    Legenda dianggap memiliki dasar kebenaran historis dan sering dikaitkan dengan tokoh atau tempat tertentu. Folktale lebih bebas dalam hal waktu dan tempat.

  4. Folktale vs Fabel

    Fabel selalu menggunakan binatang sebagai tokoh utama dan memiliki moral yang jelas di akhir cerita. Folktale bisa melibatkan berbagai jenis tokoh dan pesan moralnya bisa lebih implisit.

Meski ada perbedaan, batas antara genre-genre ini seringkali tidak tegas. Banyak cerita yang bisa masuk ke dalam lebih dari satu kategori, tergantung pada interpretasi dan konteks budayanya.

Tantangan dan Upaya Pelestarian Folktale di Era Modern

Di era digital dan globalisasi, folktale menghadapi berbagai tantangan dalam pelestariannya. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

  • Berkurangnya tradisi bercerita lisan dalam keluarga dan masyarakat
  • Persaingan dengan bentuk hiburan modern seperti televisi, film, dan video game
  • Hilangnya konteks budaya asli yang membuat folktale kurang relevan bagi generasi muda
  • Risiko distorsi atau hilangnya versi asli cerita karena adaptasi modern

Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan dan merevitalisasi folktale, antara lain:

  1. Dokumentasi dan Publikasi

    Pengumpulan dan penerbitan folktale dalam bentuk buku, e-book, atau database online.

  2. Adaptasi Media

    Mengadaptasi folktale ke dalam bentuk film animasi, komik, atau pertunjukan teater modern.

  3. Integrasi dalam Pendidikan

    Memasukkan folktale dalam kurikulum sekolah sebagai bagian dari pelajaran bahasa atau budaya.

  4. Festival dan Lomba

    Menyelenggarakan festival bercerita atau lomba penulisan cerita rakyat untuk menarik minat generasi muda.

  5. Digitalisasi

    Membuat aplikasi atau platform digital yang memuat kumpulan folktale interaktif.

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan folktale dapat terus hidup dan berkembang, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini dalam melestarikan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya.

Kesimpulan

Folktale merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Sebagai cerminan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur masyarakat, folktale memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan memperkuat ikatan sosial. Meski menghadapi tantangan di era modern, upaya pelestarian dan revitalisasi terus dilakukan agar folktale tetap relevan dan diapresiasi oleh generasi mendatang.

Memahami dan menghargai folktale bukan hanya berarti melestarikan cerita-cerita kuno, tetapi juga menjaga kekayaan budaya dan kebijaksanaan yang telah diwariskan selama berabad-abad. Dengan terus menceritakan, mengajarkan, dan mengadaptasi folktale, kita dapat memastikan bahwa pesan-pesan berharga dari leluhur kita akan terus hidup dan menginspirasi generasi masa depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya