HPV DNA Adalah Metode Deteksi Dini Kanker Serviks yang Akurat

HPV DNA adalah metode skrining kanker serviks terbaru yang dapat mendeteksi infeksi virus HPV penyebab kanker dengan akurasi tinggi. Pelajari selengkapnya.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Nov 2024, 20:08 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 20:08 WIB
Ilustrrasi Kanker Serviks
Ilustrrasi Kanker Serviks. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Kanker serviks masih menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Berdasarkan data Globocan 2020, terdapat sekitar 36.633 kasus baru kanker serviks di Indonesia dengan angka kematian mencapai 21.003 orang. Angka ini menempatkan kanker serviks sebagai penyebab kematian akibat kanker kedua tertinggi pada wanita setelah kanker payudara. Deteksi dini melalui skrining rutin menjadi kunci utama dalam menurunkan angka kematian akibat kanker serviks. Salah satu metode skrining terbaru yang direkomendasikan adalah pemeriksaan HPV DNA.

Definisi HPV DNA

HPV DNA adalah metode pemeriksaan molekuler untuk mendeteksi keberadaan materi genetik (DNA) dari virus Human Papillomavirus (HPV) pada sel serviks. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi HPV tipe risiko tinggi yang berpotensi menyebabkan kanker serviks dan jenis kanker lainnya.

Virus HPV merupakan penyebab utama kanker serviks, dengan lebih dari 99% kasus kanker serviks berkaitan dengan infeksi HPV persisten. Dari ratusan tipe HPV yang ada, terdapat sekitar 14 tipe HPV yang dikategorikan sebagai HPV risiko tinggi karena kemampuannya mengubah sel normal menjadi sel kanker. Tipe HPV 16 dan 18 adalah yang paling sering ditemukan, bertanggung jawab atas sekitar 70% kasus kanker serviks di dunia.

Pemeriksaan HPV DNA menggunakan teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) yang sangat sensitif dalam mendeteksi DNA virus HPV, bahkan pada jumlah yang sangat sedikit. Metode ini mampu mengidentifikasi tipe-tipe HPV risiko tinggi seperti HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, dan 68. Dengan sensitivitas yang tinggi, pemeriksaan HPV DNA dapat mendeteksi infeksi HPV jauh sebelum terjadi perubahan sel yang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear konvensional.

Dibandingkan metode skrining lainnya, HPV DNA memiliki beberapa keunggulan:

  • Sensitivitas lebih tinggi dalam mendeteksi lesi prakanker dan kanker serviks
  • Interval pemeriksaan yang lebih panjang (3-5 tahun) jika hasil negatif
  • Dapat dilakukan sendiri (self-sampling) sehingga lebih nyaman bagi pasien
  • Hasil lebih objektif dan konsisten karena berbasis pemeriksaan laboratorium

Dengan keunggulan tersebut, pemeriksaan HPV DNA kini direkomendasikan sebagai metode skrining primer untuk deteksi dini kanker serviks oleh berbagai organisasi kesehatan dunia termasuk WHO.

Manfaat Pemeriksaan HPV DNA

Pemeriksaan HPV DNA memberikan sejumlah manfaat penting dalam upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks:

  1. Deteksi infeksi HPV risiko tinggi sejak dini

    HPV DNA dapat mendeteksi keberadaan virus HPV risiko tinggi jauh sebelum terjadi perubahan sel yang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear. Hal ini memungkinkan tindakan pencegahan dan pengawasan yang lebih dini.

  2. Identifikasi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks

    Hasil positif HPV DNA mengindikasikan adanya infeksi HPV risiko tinggi yang persisten, sehingga dapat mengidentifikasi wanita yang memerlukan pemantauan dan tindak lanjut lebih intensif.

  3. Meningkatkan akurasi skrining kanker serviks

    Kombinasi HPV DNA dengan pap smear (co-testing) meningkatkan sensitivitas deteksi lesi prakanker dan kanker serviks hingga 95%.

  4. Interval skrining yang lebih panjang

    Hasil HPV DNA negatif memberikan perlindungan jangka panjang terhadap risiko kanker serviks, sehingga interval skrining dapat diperpanjang menjadi 3-5 tahun.

  5. Triase yang lebih efektif

    Hasil HPV DNA positif dapat digunakan untuk menentukan tindak lanjut yang tepat, seperti pemeriksaan kolposkopi atau biopsi pada kasus yang dicurigai.

Selain manfaat klinis, pemeriksaan HPV DNA juga memberikan manfaat psikologis bagi wanita. Hasil negatif dapat memberikan ketenangan pikiran, sementara hasil positif memungkinkan tindakan pencegahan dini sebelum berkembang menjadi kanker. Hal ini dapat mengurangi kecemasan terkait risiko kanker serviks.

Dari segi ekonomi, deteksi dini melalui HPV DNA berpotensi menghemat biaya kesehatan jangka panjang. Pencegahan dan penanganan lesi prakanker jauh lebih murah dibandingkan pengobatan kanker serviks stadium lanjut. Studi menunjukkan skrining HPV DNA lebih cost-effective dibandingkan pap smear dalam jangka panjang.

Dengan berbagai manfaat tersebut, pemeriksaan HPV DNA menjadi investasi kesehatan yang sangat berharga bagi setiap wanita. Deteksi dini infeksi HPV risiko tinggi membuka peluang pencegahan dan penanganan lebih awal, sehingga dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks secara signifikan.

Prosedur Pemeriksaan HPV DNA

Pemeriksaan HPV DNA dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

  1. Pengambilan sampel

    Sampel sel serviks diambil menggunakan sikat khusus atau spatula. Terdapat dua metode pengambilan sampel:

    • Pengambilan oleh tenaga medis: Dilakukan seperti prosedur pap smear, menggunakan spekulum untuk melihat serviks.
    • Self-sampling: Pasien dapat mengambil sampel sendiri menggunakan alat khusus, biasanya berupa sikat yang dimasukkan ke dalam vagina.
  2. Preservasi sampel

    Sampel sel dimasukkan ke dalam cairan pengawet khusus untuk menjaga keutuhan DNA virus.

  3. Pengiriman ke laboratorium

    Sampel dikirim ke laboratorium molekuler yang memiliki fasilitas pemeriksaan HPV DNA.

  4. Ekstraksi DNA

    DNA dari sel serviks dan virus HPV (jika ada) diekstraksi dari sampel.

  5. Amplifikasi DNA

    DNA HPV diamplifikasi menggunakan metode PCR untuk meningkatkan jumlahnya agar dapat terdeteksi.

  6. Deteksi dan genotyping

    DNA HPV yang teramplifikasi dideteksi dan diidentifikasi tipenya menggunakan probe spesifik.

  7. Interpretasi hasil

    Hasil pemeriksaan diinterpretasikan sebagai positif atau negatif, disertai identifikasi tipe HPV jika positif.

  8. Pelaporan hasil

    Hasil pemeriksaan dilaporkan ke dokter pengirim untuk ditindaklanjuti.

Prosedur pengambilan sampel umumnya hanya membutuhkan waktu beberapa menit dan tidak menimbulkan rasa sakit. Pasien dapat kembali beraktivitas normal segera setelah pengambilan sampel. Hasil pemeriksaan biasanya tersedia dalam waktu 1-2 minggu.

Beberapa hal penting terkait prosedur pemeriksaan HPV DNA:

  • Pemeriksaan dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, kecuali saat sedang menstruasi.
  • Tidak diperlukan persiapan khusus sebelum pemeriksaan.
  • Pemeriksaan aman dilakukan pada wanita hamil.
  • Self-sampling memberikan opsi yang lebih nyaman dan privat bagi sebagian wanita.
  • Akurasi hasil self-sampling setara dengan pengambilan sampel oleh tenaga medis jika dilakukan dengan benar.

Penting untuk diingat bahwa pemeriksaan HPV DNA bukan untuk mendiagnosis kanker, melainkan untuk mendeteksi infeksi HPV risiko tinggi yang berpotensi menyebabkan kanker. Hasil positif perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan sesuai rekomendasi dokter.

Persiapan Sebelum Pemeriksaan

Meskipun pemeriksaan HPV DNA tidak memerlukan persiapan khusus yang rumit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan akurasi hasil pemeriksaan:

  1. Hindari hubungan seksual

    Disarankan untuk menghindari hubungan seksual setidaknya 24-48 jam sebelum pemeriksaan. Hal ini untuk mencegah kontaminasi sampel oleh sperma atau cairan lubrikasi yang dapat mempengaruhi hasil.

  2. Jangan menggunakan produk vagina

    Hindari penggunaan produk vagina seperti krim, gel, obat-obatan vagina, atau douching setidaknya 48 jam sebelum pemeriksaan. Produk-produk ini dapat mempengaruhi pH vagina dan mengganggu kualitas sampel.

  3. Hindari penggunaan tampon

    Jangan menggunakan tampon setidaknya 24 jam sebelum pemeriksaan untuk menghindari iritasi pada serviks yang dapat mempengaruhi hasil.

  4. Jadwalkan di luar masa menstruasi

    Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di luar masa menstruasi, idealnya 10-20 hari setelah hari pertama menstruasi. Darah menstruasi dapat mengganggu kualitas sampel.

  5. Informasikan riwayat medis

    Beri tahu dokter atau petugas kesehatan tentang riwayat medis, termasuk hasil pap smear sebelumnya, riwayat pengobatan serviks, atau kehamilan jika ada.

Selain persiapan fisik, persiapan mental juga penting dilakukan:

  • Edukasi diri: Pelajari tentang prosedur pemeriksaan agar lebih siap menghadapinya.
  • Manajemen kecemasan: Jika merasa cemas, diskusikan dengan dokter atau petugas kesehatan untuk mendapatkan dukungan.
  • Siapkan pertanyaan: Catat pertanyaan yang ingin diajukan kepada dokter seputar pemeriksaan atau tindak lanjutnya.

Untuk pemeriksaan dengan metode self-sampling, pastikan Anda memahami instruksi penggunaan alat dengan baik. Jika ragu, jangan segan untuk bertanya pada petugas kesehatan.

Dengan persiapan yang tepat, pemeriksaan HPV DNA dapat berjalan lancar dan memberikan hasil yang akurat. Ingat bahwa pemeriksaan ini adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan reproduksi Anda.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan

Memahami hasil pemeriksaan HPV DNA sangat penting untuk menentukan langkah tindak lanjut yang tepat. Berikut adalah penjelasan mengenai interpretasi hasil pemeriksaan HPV DNA:

  1. Hasil Negatif

    Hasil negatif berarti tidak terdeteksi adanya DNA HPV risiko tinggi pada sampel yang diperiksa. Interpretasi:

    • Risiko rendah untuk berkembang menjadi kanker serviks dalam 3-5 tahun ke depan
    • Pemeriksaan ulang dapat dilakukan setelah 3-5 tahun jika tidak ada faktor risiko lain
    • Tetap perlu melakukan pemeriksaan rutin sesuai rekomendasi dokter
  2. Hasil Positif

    Hasil positif menunjukkan terdeteksinya DNA HPV risiko tinggi pada sampel. Interpretasi:

    • Adanya infeksi HPV risiko tinggi, namun belum tentu ada perubahan sel atau kanker
    • Perlu tindak lanjut berupa pemeriksaan pap smear atau kolposkopi
    • Tipe HPV spesifik yang terdeteksi dapat mempengaruhi rekomendasi tindak lanjut
  3. Hasil Positif dengan Genotyping

    Beberapa tes HPV DNA dapat mengidentifikasi tipe HPV spesifik. Interpretasi:

    • HPV 16/18 positif: Risiko tinggi, perlu tindak lanjut segera dengan kolposkopi
    • HPV risiko tinggi lainnya positif: Tindak lanjut dapat berupa pap smear atau kolposkopi
  4. Hasil Tidak Valid

    Kadang hasil pemeriksaan dapat tidak valid karena berbagai faktor. Interpretasi:

    • Perlu pengulangan pemeriksaan dengan sampel baru
    • Diskusikan dengan dokter mengenai kemungkinan penyebab dan langkah selanjutnya

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam interpretasi hasil:

  • Hasil positif bukan berarti kanker, melainkan adanya infeksi HPV yang perlu pemantauan
  • Sebagian besar infeksi HPV akan hilang dengan sendirinya dalam 1-2 tahun
  • Infeksi persisten (positif berulang) meningkatkan risiko berkembang menjadi kanker
  • Interpretasi hasil harus selalu dikaitkan dengan riwayat medis dan faktor risiko individu
  • Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan tindak lanjut yang tepat

Penting untuk diingat bahwa hasil pemeriksaan HPV DNA hanyalah salah satu komponen dalam penilaian risiko kanker serviks. Dokter akan mempertimbangkan hasil ini bersama dengan faktor-faktor lain seperti usia, riwayat medis, dan hasil pemeriksaan lainnya untuk menentukan rekomendasi tindak lanjut yang paling sesuai.

Perbedaan dengan Metode Skrining Lain

Pemeriksaan HPV DNA memiliki beberapa perbedaan signifikan dibandingkan metode skrining kanker serviks lainnya seperti pap smear dan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Berikut adalah perbandingan detil antara ketiga metode tersebut:

  1. Objek Deteksi
    • HPV DNA: Mendeteksi keberadaan DNA virus HPV risiko tinggi
    • Pap smear: Mendeteksi perubahan abnormal pada sel serviks
    • IVA: Mendeteksi perubahan visual pada permukaan serviks
  2. Sensitivitas
    • HPV DNA: Sangat tinggi (90-95% untuk lesi prakanker tingkat tinggi)
    • Pap smear: Moderat (50-70% untuk lesi prakanker tingkat tinggi)
    • IVA: Rendah-moderat (40-60% untuk lesi prakanker tingkat tinggi)
  3. Spesifisitas
    • HPV DNA: Moderat (70-90%)
    • Pap smear: Tinggi (90-95%)
    • IVA: Rendah-moderat (60-80%)
  4. Interval Pemeriksaan
    • HPV DNA: 3-5 tahun jika hasil negatif
    • Pap smear: 2-3 tahun
    • IVA: 3-5 tahun
  5. Metode Pengambilan Sampel
    • HPV DNA: Swab serviks atau self-sampling
    • Pap smear: Swab serviks oleh tenaga medis
    • IVA: Inspeksi visual langsung oleh tenaga medis

Keunggulan HPV DNA dibandingkan metode lain:

  • Deteksi lebih dini: Dapat mendeteksi infeksi HPV sebelum terjadi perubahan sel
  • Hasil lebih objektif: Berbasis pemeriksaan laboratorium, mengurangi variasi interpretasi
  • Opsi self-sampling: Meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan pasien
  • Interval lebih panjang: Mengurangi frekuensi pemeriksaan jika hasil negatif

Keterbatasan HPV DNA:

  • Tidak dapat membedakan infeksi baru dan persisten
  • Hasil positif dapat menyebabkan kecemasan berlebih
  • Biaya relatif lebih tinggi dibanding metode lain

Meskipun HPV DNA memiliki banyak keunggulan, setiap metode skrining memiliki peran penting dalam strategi pencegahan kanker serviks. WHO merekomendasikan penggunaan HPV DNA sebagai metode skrining primer, namun kombinasi dengan metode lain (co-testing) dapat meningkatkan akurasi deteksi. Pemilihan metode skrining harus disesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan sumber daya di masing-masing daerah.

Indikasi Pemeriksaan HPV DNA

Pemeriksaan HPV DNA direkomendasikan untuk berbagai kelompok wanita dengan indikasi sebagai berikut:

  1. Skrining rutin
    • Wanita berusia 30-65 tahun: Pemeriksaan HPV DNA setiap 3-5 tahun
    • Dapat dikombinasikan dengan pap smear (co-testing) untuk meningkatkan akurasi
  2. Tindak lanjut hasil pap smear abnormal
    • ASCUS (Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance)
    • LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion)
  3. Pemantauan pasca pengobatan lesi prakanker
    • Evaluasi keberhasilan terapi
    • Deteksi rekurensi
  4. Wanita dengan faktor risiko tinggi
    • Riwayat infeksi HPV sebelumnya
    • Multipel partner seksual
    • Perokok
    • Imunosupresi (misalnya HIV positif)
  5. Wanita dengan akses terbatas ke layanan kesehatan
    • Metode self-sampling memungkinkan skrining di daerah terpencil

Beberapa kondisi khusus terkait indikasi pemeriksaan HPV DNA:

  • Wanita di bawah 30 tahun: Umumnya tidak direkomendasikan karena tingginya prevalensi infeksi HPV transien pada kelompok usia ini. Namun, dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus tertentu.
  • Wanita hamil: Pemeriksaan HPV DNA aman dilakukan selama kehamilan. Dapat membantu perencanaan manajemen pasca persalinan jika hasil positif.
  • Wanita pasca histerektomi: Pemeriksaan HPV DNA masih direkomendasikan jika histerektomi dilakukan karena alasan non-kanker dan serviks masih utuh.
  • Wanita pasca menopause: Tetap direkomendasikan melakukan pemeriksaan HPV DNA sesuai panduan skrining.

Penting untuk diingat bahwa indikasi pemeriksaan HPV DNA dapat bervariasi tergantung pada pedoman skrining yang diadopsi di masing-masing negara atau institusi kesehatan. Konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk menentukan apakah pemeriksaan HPV DNA tepat untuk kondisi individual seseorang.

Frekuensi Pemeriksaan yang Dianjurkan

Frekuensi pemeriksaan HPV DNA yang dianjurkan dapat bervariasi tergantung pada usia, faktor risiko, dan hasil pemeriksaan sebelumnya. Berikut adalah panduan umum mengenai frekuensi pemeriksaan HPV DNA:

  1. Wanita usia 30-65 tahun
    • Pemeriksaan HPV DNA setiap 3-5 tahun jika hasil negatif
    • Jika dikombinasikan dengan pap smear (co-testing), interval dapat diperpanjang hingga 5 tahun jika kedua hasil negatif
  2. Wanita di bawah 30 tahun
    • Umumnya tidak direkomendasikan pemeriksaan HPV DNA rutin
    • Fokus pada pap smear setiap 3 tahun mulai usia 21 tahun
  3. Wanita di atas 65 tahun
    • Dapat menghentikan pemeriksaan jika memiliki riwayat hasil negatif konsisten
    • Lanjutkan pemeriksaan jika ada faktor risiko atau riwayat hasil abnormal

Frekuensi pemeriksaan dapat berubah dalam kondisi tertentu:

  • Hasil HPV DNA positif: Tindak lanjut dan pemeriksaan ulang sesuai rekomendasi dokter, biasanya dalam 6-12 bulan
  • Pasca pengobatan lesi prakanker: Pemeriksaan lebih sering, biasanya setiap 6-12 bulan selama 2-3 tahun pertama
  • Faktor risiko tinggi: Interval pemeriksaan dapat dipersingkat, misalnya setiap 1-2 tahun

Beberapa pertimbangan penting terkait frekuensi pemeriksaan:

  • Konsistensi lebih penting daripada frekuensi. Melakukan pemeriksaan secara rutin sesuai jadwal yang direkomendasikan lebih baik daripada pemeriksaan sporadis.
  • Frekuensi pemeriksaan harus disesuaikan dengan kondisi individual. Diskusikan dengan dokter untuk menentukan jadwal yang paling sesuai.
  • Perubahan gaya hidup atau faktor risiko baru dapat mempengaruhi rekomendasi frekuensi pemeriksaan.
  • Kemajuan teknologi dan penelitian baru dapat mengubah rekomendasi frekuensi pemeriksaan di masa depan.

Penting untuk diingat bahwa panduan frekuensi pemeriksaan dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain, tergantung pada kebijakan kesehatan dan sumber daya yang tersedia. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan merekomendasikan pemeriksaan HPV DNA setiap 5 tahun untuk wanita usia 30-50 tahun sebagai bagian dari program skrining kanker serviks nasional.

Selalu ikuti rekomendasi dari dokter atau tenaga kesehatan Anda mengenai frekuensi pemeriksaan yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya