Apa Itu Tartrazin: Pewarna Makanan Sintetis yang Perlu Diwaspadai

Tartrazin adalah pewarna makanan sintetis berwarna kuning yang sering digunakan dalam industri pangan. Kenali efek samping dan risikonya bagi kesehatan.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Nov 2024, 16:29 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2024, 16:29 WIB
apa itu tartrazin
apa itu tartrazin ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Tartrazin merupakan salah satu jenis pewarna makanan sintetis yang paling umum digunakan dalam industri pangan. Zat aditif ini memberikan warna kuning cerah pada berbagai produk makanan dan minuman. Meski penggunaannya diizinkan oleh badan regulasi pangan di banyak negara, tartrazin tetap menjadi bahan yang kontroversial karena potensi efek sampingnya bagi kesehatan. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai apa itu tartrazin, penggunaannya, serta risiko yang perlu diwaspadai.

Definisi dan Karakteristik Tartrazin

Tartrazin adalah pewarna makanan sintetis yang termasuk dalam kelompok pewarna azo. Secara kimia, tartrazin memiliki rumus molekul C16H9N4Na3O9S2 dan dikenal juga dengan nama lain seperti FD&C Yellow #5, E102, CI 19140, atau Yellow #5. Zat ini berbentuk bubuk berwarna oranye-kuning yang mudah larut dalam air.

Karakteristik utama tartrazin adalah kemampuannya memberikan warna kuning cerah yang stabil pada berbagai jenis produk pangan. Warna yang dihasilkan cenderung kuning lemon dan dapat divariasikan menjadi warna hijau jika dicampur dengan pewarna biru. Tartrazin juga tahan terhadap panas, cahaya, dan pH, sehingga warnanya tidak mudah pudar selama proses pengolahan dan penyimpanan makanan.

Sebagai pewarna sintetis, tartrazin diproduksi melalui proses kimia dari bahan dasar minyak bumi. Hal ini membuatnya lebih murah dan stabil dibandingkan pewarna alami. Namun di sisi lain, sifat sintetisnya juga menimbulkan kekhawatiran akan potensi efek samping bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Penggunaan Tartrazin dalam Industri Pangan

Tartrazin banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman untuk memberikan warna kuning yang menarik. Beberapa contoh produk yang sering mengandung tartrazin antara lain:

  • Minuman ringan dan minuman berperisa buah
  • Permen, coklat, dan produk konfeksioneri lainnya
  • Es krim dan produk susu olahan
  • Sereal sarapan
  • Produk bakeri seperti kue, biskuit, dan roti
  • Makanan ringan (snack) seperti keripik kentang
  • Saus, selai, dan jeli
  • Produk olahan daging dan ikan
  • Sup dan kaldu instan
  • Obat-obatan dan suplemen

Selain pada makanan, tartrazin juga digunakan dalam industri kosmetik, farmasi, dan tekstil. Dalam kosmetik, tartrazin dapat ditemukan pada produk seperti sabun, sampo, lotion, dan pewarna rambut. Sementara di industri farmasi, tartrazin digunakan untuk memberi warna pada tablet, kapsul, dan sirup obat.

Penggunaan tartrazin diatur oleh badan regulasi pangan di berbagai negara. Di Indonesia, BPOM mengizinkan penggunaan tartrazin dengan batas maksimum yang bervariasi tergantung jenis produk pangannya. Misalnya, untuk kategori pangan seperti minuman ringan dan produk konfeksioneri, batas maksimum penggunaan tartrazin adalah 70 mg/kg.

Efek Samping dan Risiko Kesehatan Tartrazin

Meski penggunaannya diizinkan, tartrazin tetap menjadi bahan yang kontroversial karena beberapa penelitian menunjukkan adanya potensi efek samping bagi kesehatan. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain:

1. Reaksi Alergi

Tartrazin dapat memicu reaksi alergi pada sebagian orang, terutama mereka yang sensitif terhadap aspirin atau penderita asma. Gejala alergi yang mungkin timbul meliputi:

  • Gatal-gatal dan ruam kulit
  • Bersin-bersin dan hidung tersumbat
  • Sesak napas
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah

Meski jarang terjadi, reaksi alergi parah seperti syok anafilaksis juga pernah dilaporkan pada kasus-kasus tertentu. Oleh karena itu, penderita alergi sebaiknya berhati-hati dan membaca label kemasan dengan teliti sebelum mengonsumsi produk yang berpotensi mengandung tartrazin.

2. Gangguan Perilaku pada Anak

Beberapa studi menunjukkan adanya kaitan antara konsumsi tartrazin dengan gangguan perilaku pada anak-anak, seperti hiperaktivitas dan defisit perhatian (ADHD). Sebuah penelitian di Inggris pada tahun 2007 menemukan bahwa campuran pewarna makanan termasuk tartrazin dapat meningkatkan hiperaktivitas pada anak-anak usia 3-9 tahun.

Meski hubungan sebab-akibat belum sepenuhnya terbukti, temuan ini mendorong Badan Standar Makanan Inggris untuk merekomendasikan penghapusan penggunaan enam pewarna makanan termasuk tartrazin pada produk makanan anak-anak. Beberapa negara Eropa juga mulai memberlakukan aturan pencantuman peringatan khusus pada label produk yang mengandung tartrazin.

3. Efek Genotoksik dan Karsinogenik

Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan adanya potensi efek genotoksik (merusak DNA) dan karsinogenik (memicu kanker) dari tartrazin jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Namun, hasil ini masih kontroversial dan belum terbukti pada manusia.

Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa paparan tartrazin dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah putih manusia dalam kondisi laboratorium. Para peneliti mencatat bahwa sel-sel yang terpapar tartrazin dalam konsentrasi tinggi tidak mampu memperbaiki diri, yang berpotensi meningkatkan risiko pertumbuhan tumor.

4. Gangguan Fungsi Organ

Konsumsi tartrazin dalam jumlah besar dan jangka panjang berpotensi mengganggu fungsi organ tubuh, terutama hati dan ginjal. Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan adanya perubahan biokimia dan histopatologi pada organ-organ tersebut setelah paparan tartrazin dosis tinggi.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa efek ini umumnya terjadi pada dosis yang jauh lebih tinggi dari batas konsumsi harian yang direkomendasikan untuk manusia. Dalam penggunaan normal sesuai regulasi, risiko gangguan fungsi organ akibat tartrazin dianggap minimal.

Regulasi dan Batas Aman Konsumsi Tartrazin

Mengingat potensi efek sampingnya, penggunaan tartrazin diatur ketat oleh badan regulasi pangan di berbagai negara. Di Indonesia, BPOM mengizinkan penggunaan tartrazin sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dengan batas maksimum yang bervariasi tergantung jenis produknya.

Badan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menetapkan Acceptable Daily Intake (ADI) atau asupan harian yang dapat diterima untuk tartrazin sebesar 7,5 mg/kg berat badan per hari. Ini berarti, untuk orang dewasa dengan berat 60 kg, batas konsumsi aman tartrazin adalah sekitar 450 mg per hari.

Beberapa negara memiliki regulasi yang lebih ketat. Misalnya:

  • Norwegia melarang total penggunaan tartrazin dalam produk pangan sejak tahun 1978
  • Austria, Finlandia, dan Swedia membatasi penggunaannya hanya pada produk tertentu
  • Uni Eropa mewajibkan pencantuman peringatan "may have an adverse effect on activity and attention in children" pada label produk yang mengandung tartrazin

Di Indonesia, BPOM mewajibkan produsen untuk mencantumkan nama "TARTRAZIN" atau "CI. 19140" pada label produk yang mengandung pewarna ini. Hal ini bertujuan memberi informasi kepada konsumen, terutama mereka yang memiliki sensitivitas terhadap tartrazin.

Cara Menghindari atau Membatasi Konsumsi Tartrazin

Bagi yang ingin menghindari atau membatasi konsumsi tartrazin, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:

1. Baca Label dengan Teliti

Selalu periksa daftar bahan pada label kemasan produk. Tartrazin dapat dicantumkan dengan berbagai nama seperti:

  • Tartrazine
  • E102
  • FD&C Yellow #5
  • CI 19140
  • Yellow #5

Waspadai juga produk-produk yang mengandung pewarna kuning atau hijau, karena mungkin menggunakan tartrazin.

2. Pilih Produk Alami atau Organik

Produk makanan alami atau organik umumnya tidak menggunakan pewarna sintetis seperti tartrazin. Pilihlah buah dan sayuran segar, serta produk olahan yang menggunakan pewarna alami.

3. Masak Sendiri

Dengan memasak sendiri, Anda dapat mengontrol bahan-bahan yang digunakan. Gunakan pewarna alami seperti kunyit untuk warna kuning, atau daun pandan untuk warna hijau.

4. Batasi Konsumsi Makanan Olahan

Makanan olahan dan cepat saji cenderung mengandung lebih banyak bahan tambahan termasuk pewarna sintetis. Kurangi konsumsi produk-produk ini dan perbanyak makanan segar.

5. Cari Alternatif Pewarna Alami

Jika ingin membuat makanan berwarna, gunakan alternatif pewarna alami seperti:

  • Kunyit atau saffron untuk warna kuning
  • Bit untuk warna merah
  • Spirulina untuk warna biru-hijau
  • Bubuk kakao untuk warna coklat

Mitos dan Fakta Seputar Tartrazin

Beredar berbagai mitos seputar tartrazin yang perlu diluruskan. Berikut beberapa mitos dan faktanya:

Mitos: Tartrazin Pasti Berbahaya dan Harus Dihindari Sepenuhnya

Fakta: Meski memiliki potensi efek samping, tartrazin dianggap aman jika dikonsumsi dalam batas wajar sesuai regulasi. Badan otoritas pangan di berbagai negara telah mengevaluasi keamanannya dan menetapkan batas konsumsi yang aman.

Mitos: Tartrazin Menyebabkan Kanker

Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti konklusif yang menunjukkan tartrazin menyebabkan kanker pada manusia. Beberapa studi pada hewan menunjukkan potensi karsinogenik, namun pada dosis yang jauh lebih tinggi dari konsumsi normal manusia.

Mitos: Semua Orang Alergi Terhadap Tartrazin

Fakta: Reaksi alergi terhadap tartrazin relatif jarang terjadi. Diperkirakan hanya sekitar 0,12% populasi yang sensitif terhadap zat ini. Namun, penderita asma atau yang alergi terhadap aspirin memiliki risiko lebih tinggi mengalami reaksi.

Mitos: Tartrazin Hanya Ada pada Makanan Berwarna Kuning

Fakta: Meski umumnya memberikan warna kuning, tartrazin juga dapat digunakan untuk menghasilkan warna hijau jika dicampur dengan pewarna biru. Tartrazin bisa ditemukan pada berbagai produk dengan warna yang beragam.

Alternatif Pewarna Alami Pengganti Tartrazin

Bagi yang ingin menghindari tartrazin, terdapat beberapa alternatif pewarna alami yang dapat digunakan, antara lain:

1. Kunyit

Kunyit mengandung pigmen kurkumin yang memberikan warna kuning cerah. Selain sebagai pewarna, kunyit juga memiliki berbagai khasiat kesehatan.

2. Safflower

Bunga safflower dapat menghasilkan warna kuning alami yang mirip dengan tartrazin. Pewarna ini aman dan sering digunakan dalam industri makanan organik.

3. Beta-karoten

Beta-karoten adalah pigmen alami yang memberikan warna oranye pada wortel dan labu. Selain sebagai pewarna, beta-karoten juga berfungsi sebagai antioksidan dan prekursor vitamin A.

4. Lutein

Lutein adalah pigmen alami yang memberikan warna kuning pada jagung dan kuning telur. Zat ini juga bermanfaat untuk kesehatan mata.

5. Spirulina

Meski umumnya dikenal memberikan warna biru-hijau, spirulina juga dapat menghasilkan warna kuning-hijau tergantung proses ekstraksinya. Alga ini kaya akan nutrisi dan dianggap sebagai superfood.

Perlu diingat bahwa pewarna alami mungkin tidak secerah atau sestabil tartrazin, dan mungkin mempengaruhi rasa atau tekstur produk. Namun, banyak konsumen lebih memilih pewarna alami karena dianggap lebih aman dan sehat.

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Meski sebagian besar orang dapat mengonsumsi produk mengandung tartrazin tanpa masalah, ada situasi di mana Anda perlu berkonsultasi dengan dokter:

  • Jika Anda mengalami gejala alergi seperti gatal-gatal, ruam, atau sesak napas setelah mengonsumsi makanan yang mungkin mengandung tartrazin
  • Jika Anda menderita asma atau alergi aspirin dan ingin mengetahui apakah aman mengonsumsi produk mengandung tartrazin
  • Jika anak Anda menunjukkan perubahan perilaku seperti hiperaktivitas yang dicurigai terkait dengan konsumsi makanan tertentu
  • Jika Anda hamil atau menyusui dan memiliki kekhawatiran tentang konsumsi tartrazin
  • Jika Anda memiliki riwayat reaksi terhadap pewarna makanan dan ingin melakukan tes alergi

Dokter dapat memberikan saran yang tepat berdasarkan kondisi kesehatan Anda dan membantu mengidentifikasi apakah Anda memiliki sensitivitas terhadap tartrazin atau zat aditif makanan lainnya.

Kesimpulan

Tartrazin adalah pewarna makanan sintetis yang umum digunakan dalam berbagai produk pangan. Meski dianggap aman oleh badan regulasi pangan dalam batas penggunaan yang ditetapkan, tartrazin tetap menjadi bahan yang kontroversial karena potensi efek sampingnya bagi sebagian orang.

Reaksi alergi, gangguan perilaku pada anak-anak, dan kekhawatiran akan efek jangka panjang menjadi alasan mengapa beberapa pihak memilih untuk menghindari tartrazin. Di sisi lain, industri pangan masih mengandalkan tartrazin karena sifatnya yang stabil dan ekonomis.

Bagi konsumen, langkah terbaik adalah memahami apa itu tartrazin, membaca label produk dengan teliti, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada. Bagi yang memiliki kekhawatiran atau sensitivitas terhadap tartrazin, tersedia berbagai alternatif pewarna alami yang dapat dipilih.

Pada akhirnya, keseimbangan antara keamanan pangan, kebutuhan industri, dan preferensi konsumen akan terus menjadi topik diskusi seiring berkembangnya penelitian dan regulasi terkait bahan tambahan pangan seperti tartrazin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya