Fungsi Ragam Hias: Pengertian, Jenis, dan Penerapannya dalam Seni Budaya Indonesia

Pelajari fungsi ragam hias dalam seni budaya Indonesia, mulai dari pengertian, jenis motif, hingga penerapannya pada berbagai media. Simak penjelasan lengkapnya di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Jan 2025, 08:17 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2025, 08:17 WIB
fungsi ragam hias
fungsi ragam hias ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Ragam hias merupakan bentuk dasar hiasan yang biasanya menjadi pola berulang dalam suatu karya seni. Istilah lain yang sering digunakan adalah ornamen, yang berasal dari bahasa Latin "ornare" yang berarti menghias. Secara umum, ragam hias dapat didefinisikan sebagai bentuk dasar hiasan yang biasanya menjadi pola atau corak berulang dalam suatu karya seni.

Dalam konteks seni rupa Indonesia, ragam hias telah berkembang sejak zaman prasejarah. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan alam, flora dan fauna setempat, serta budaya masyarakat di masing-masing daerah. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman motif dan corak ragam hias di berbagai wilayah Nusantara.

Ragam hias tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif semata. Lebih dari itu, ragam hias juga memiliki makna simbolis yang berkaitan erat dengan pandangan hidup, kepercayaan, dan nilai-nilai budaya masyarakat penciptanya. Melalui ragam hias, kita dapat mempelajari kearifan lokal dan filosofi hidup yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.

Dalam penerapannya, ragam hias dapat dijumpai pada berbagai media, mulai dari benda-benda pakai sehari-hari hingga bangunan arsitektur tradisional. Beberapa contoh penerapan ragam hias antara lain pada kain batik, ukiran kayu, anyaman, tenun, bordir, keramik, serta ornamen pada rumah adat. Keberagaman media ini menunjukkan betapa pentingnya peran ragam hias dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu.

Fungsi Utama Ragam Hias

Ragam hias memiliki beberapa fungsi utama dalam seni budaya Indonesia, di antaranya:

1. Fungsi Estetis

Fungsi paling mendasar dari ragam hias adalah untuk memperindah suatu benda atau bidang. Melalui penambahan ornamen dan motif tertentu, sebuah benda yang semula polos dapat menjadi lebih menarik secara visual. Ragam hias mampu menciptakan komposisi yang harmonis dan seimbang, sehingga menghasilkan nilai estetika yang tinggi.

Sebagai contoh, kain batik yang dihiasi dengan motif-motif tradisional akan terlihat jauh lebih indah dibandingkan kain polos biasa. Begitu pula dengan ukiran pada furnitur kayu yang dapat meningkatkan nilai artistik benda tersebut. Fungsi estetis ini menjadikan ragam hias sebagai elemen penting dalam seni kriya dan desain produk.

2. Fungsi Simbolis

Selain keindahan, ragam hias juga memiliki makna simbolis yang dalam. Motif-motif tertentu sering kali menjadi representasi dari nilai-nilai filosofis, kepercayaan, atau harapan masyarakat penciptanya. Fungsi simbolis ini erat kaitannya dengan aspek spiritual dan budaya suatu kelompok masyarakat.

Misalnya, motif parang pada batik Jawa melambangkan ketajaman pikiran dan kewibawaan. Sementara motif naga pada ukiran Dayak merupakan simbol kekuatan dan kesuburan. Melalui pemaknaan simbolis ini, ragam hias menjadi media untuk mewariskan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3. Fungsi Teknis Konstruktif

Pada beberapa kasus, ragam hias juga memiliki fungsi teknis yang berkaitan dengan konstruksi atau struktur suatu benda. Ornamen tidak hanya bersifat dekoratif, tetapi juga dapat memperkuat atau mendukung konstruksi benda yang dihiasinya.

Contohnya adalah ukiran pada tiang-tiang rumah adat yang selain indah juga berfungsi untuk memperkokoh struktur bangunan. Atau anyaman pada keranjang bambu yang selain estetis juga memperkuat daya tahan keranjang tersebut. Fungsi teknis konstruktif ini menunjukkan bahwa ragam hias bukan sekadar hiasan semata, tetapi juga memiliki nilai fungsional.

4. Fungsi Sosial Budaya

Ragam hias juga memiliki fungsi sosial budaya yang penting dalam masyarakat. Motif-motif tertentu dapat menjadi penanda identitas suatu kelompok etnis atau status sosial seseorang. Misalnya, motif batik tertentu hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan Jawa. Atau ukiran khusus pada rumah adat yang menandakan status pemiliknya dalam struktur adat.

Selain itu, proses pembuatan ragam hias tradisional juga menjadi sarana untuk mempererat ikatan sosial dalam masyarakat. Kegiatan membatik atau menenun kain tradisional misalnya, sering dilakukan secara bersama-sama sehingga menjadi ajang interaksi sosial antaranggota masyarakat.

Jenis-jenis Motif Ragam Hias

Berdasarkan bentuk dan sumber inspirasinya, ragam hias dapat dibagi menjadi beberapa jenis utama:

1. Ragam Hias Geometris

Ragam hias geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari bentuk-bentuk dasar geometri seperti lingkaran, segitiga, segiempat, garis, dan titik. Motif ini umumnya bersifat abstrak dan memiliki pola pengulangan yang teratur. Ragam hias geometris dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari motif tumpal pada kain tenun hingga motif meander pada ukiran kayu.

Beberapa contoh ragam hias geometris yang populer antara lain:

  • Motif kawung: berbentuk lingkaran yang saling berpotongan, melambangkan empat arah mata angin atau sumber tenaga alam
  • Motif pilin: berbentuk spiral, melambangkan perkembangan atau pergerakan
  • Motif meander: berbentuk garis berliku, sering dijumpai pada pinggiran kain atau bingkai ukiran
  • Motif banji: berbentuk swastika, melambangkan peredaran alam atau lambang matahari

Ragam hias geometris umumnya memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan konsep keseimbangan, keteraturan, dan harmoni alam semesta. Motif-motif ini sering digunakan sebagai simbol status sosial atau penanda identitas kelompok tertentu dalam masyarakat tradisional.

2. Ragam Hias Flora

Ragam hias flora terinspirasi dari berbagai jenis tumbuhan yang ada di alam sekitar. Motif-motif flora umumnya menggambarkan bagian-bagian tumbuhan seperti bunga, daun, batang, atau sulur-suluran. Ragam hias jenis ini banyak dijumpai pada kain batik, ukiran kayu, serta ornamen arsitektur tradisional di berbagai daerah di Indonesia.

Beberapa contoh ragam hias flora yang terkenal antara lain:

  • Motif mega mendung: terinspirasi dari bentuk awan, khas batik Cirebon
  • Motif lung-lungan: berbentuk sulur tumbuhan merambat, banyak dijumpai pada ukiran Jawa
  • Motif pucuk rebung: terinspirasi dari tunas bambu muda, populer di Sumatera dan Kalimantan
  • Motif bunga teratai: melambangkan kesucian, sering digunakan pada ornamen candi

Ragam hias flora umumnya memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kesuburan, kehidupan, dan harapan akan masa depan yang cerah. Motif-motif tumbuhan juga sering dikaitkan dengan konsep kelestarian alam dan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya.

3. Ragam Hias Fauna

Ragam hias fauna mengambil inspirasi dari berbagai jenis hewan, baik yang nyata maupun mitologis. Motif-motif hewan ini seringkali distilasi atau digayakan sehingga tidak selalu menggambarkan bentuk hewan secara realistis. Ragam hias fauna dapat ditemukan pada berbagai media, mulai dari kain tenun hingga ukiran pada bangunan tradisional.

Beberapa contoh ragam hias fauna yang populer di Indonesia antara lain:

  • Motif naga: melambangkan kekuatan dan kesuburan, banyak dijumpai pada ukiran Dayak dan ornamen Tionghoa
  • Motif burung garuda: melambangkan kekuatan dan keagungan, menjadi lambang negara Indonesia
  • Motif kupu-kupu: melambangkan keindahan dan metamorfosis, sering digunakan pada batik pesisiran
  • Motif kala makara: berbentuk kepala raksasa, biasa ditemukan pada pintu masuk candi

Ragam hias fauna umumnya memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh hewan tersebut. Misalnya, motif gajah melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan, sementara motif ular melambangkan keabadian dan regenerasi.

4. Ragam Hias Figuratif

Ragam hias figuratif menggambarkan bentuk manusia, baik secara utuh maupun sebagian. Motif ini sering kali distilasi atau digayakan sehingga tidak selalu menampilkan figur manusia secara realistis. Ragam hias figuratif dapat ditemukan pada berbagai media, termasuk relief candi, wayang kulit, serta motif-motif pada kain tradisional.

Beberapa contoh ragam hias figuratif yang terkenal di Indonesia antara lain:

  • Motif wayang: menggambarkan tokoh-tokoh dalam pewayangan, banyak dijumpai pada batik dan ukiran Jawa
  • Motif orang sumpit: menggambarkan pemburu dengan sumpit, khas Dayak Kalimantan
  • Relief Borobudur: menggambarkan berbagai adegan kehidupan dan ajaran Buddha
  • Patung leluhur: ditemukan pada berbagai suku di Indonesia, melambangkan penghormatan pada nenek moyang

Ragam hias figuratif seringkali memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, spiritualitas, atau penggambaran status sosial. Motif-motif ini juga dapat menjadi media untuk menyampaikan ajaran moral atau kisah-kisah leluhur kepada generasi penerus.

Penerapan Ragam Hias pada Berbagai Media

Ragam hias diterapkan pada berbagai media dalam seni budaya Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh penerapan ragam hias yang paling umum:

1. Ragam Hias pada Tekstil

Penerapan ragam hias pada tekstil merupakan salah satu yang paling menonjol dalam budaya Indonesia. Beberapa teknik pembuatan ragam hias pada tekstil antara lain:

  • Batik: teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam (lilin) untuk menutup bagian-bagian tertentu sehingga membentuk motif. Batik dikenal memiliki ratusan motif tradisional dengan makna simbolis yang dalam.
  • Tenun ikat: teknik pembuatan kain dengan cara mengikat bagian-bagian tertentu dari benang sebelum dicelup ke dalam pewarna. Tenun ikat menghasilkan motif-motif geometris yang khas.
  • Songket: teknik menambahkan benang emas atau perak ke dalam tenunan sehingga membentuk motif yang menonjol. Songket sering dikaitkan dengan kemewahan dan status sosial tinggi.
  • Bordir: teknik menghias kain dengan cara menjahitkan benang berwarna-warni sehingga membentuk motif tertentu. Bordir banyak digunakan untuk menghias pakaian adat atau kerudung.

Ragam hias pada tekstil tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga memiliki makna simbolis dan dapat menunjukkan identitas budaya pemakainya. Misalnya, motif batik tertentu hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan atau digunakan dalam upacara adat tertentu.

2. Ragam Hias pada Kayu

Seni ukir kayu merupakan salah satu media penerapan ragam hias yang sangat populer di Indonesia. Beberapa contoh penerapan ragam hias pada kayu antara lain:

  • Ukiran pada rumah adat: hampir setiap suku di Indonesia memiliki tradisi mengukir ragam hias pada bagian-bagian tertentu rumah adat mereka. Misalnya ukiran Toraja yang sangat detail pada rumah Tongkonan.
  • Furnitur ukir: berbagai jenis mebel tradisional seperti kursi, meja, atau lemari sering dihiasi dengan ukiran-ukiran indah. Gaya ukiran Jepara misalnya, terkenal dengan kerumitan dan kehalusannya.
  • Patung kayu: banyak suku di Indonesia memiliki tradisi membuat patung kayu, baik untuk tujuan ritual maupun estetika. Patung-patung ini sering dihiasi dengan ukiran ragam hias yang rumit.
  • Aksesori kayu: berbagai benda kecil seperti kotak perhiasan, pigura, atau gagang keris juga sering dihiasi dengan ukiran ragam hias yang indah.

Ragam hias pada kayu tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga dapat memiliki fungsi simbolis atau bahkan magis dalam kepercayaan tradisional. Misalnya, ukiran tertentu dipercaya dapat melindungi penghuni rumah dari roh jahat.

3. Ragam Hias pada Logam

Penerapan ragam hias pada logam juga memiliki sejarah panjang dalam budaya Indonesia. Beberapa contoh penerapan ragam hias pada logam antara lain:

  • Perhiasan tradisional: berbagai jenis perhiasan seperti gelang, kalung, atau mahkota sering dihiasi dengan motif-motif tradisional yang rumit.
  • Senjata tradisional: keris, tombak, atau pedang tradisional sering memiliki ukiran atau pahatan ragam hias pada bilah atau gagangnya.
  • Peralatan upacara: berbagai benda yang digunakan dalam upacara adat seperti bokor atau tempat dupa sering dihiasi dengan ragam hias yang indah.
  • Ornamen arsitektur: penggunaan logam untuk membuat ornamen pada bangunan, seperti pagar atau gerbang dengan motif-motif tradisional.

Ragam hias pada logam sering kali memiliki makna simbolis yang dalam dan dapat menunjukkan status sosial atau fungsi ritual dari benda tersebut. Misalnya, motif tertentu pada keris dipercaya memiliki kekuatan magis.

4. Ragam Hias pada Batu

Penggunaan batu sebagai media untuk ragam hias telah ada sejak zaman prasejarah di Indonesia. Beberapa contoh penerapan ragam hias pada batu antara lain:

  • Relief candi: candi-candi Hindu dan Buddha di Indonesia dihiasi dengan relief yang menggambarkan berbagai adegan mitologi atau kehidupan sehari-hari.
  • Patung batu: berbagai patung batu, baik yang bersifat religius maupun sekuler, sering dihiasi dengan ragam hias yang rumit.
  • Nisan atau batu prasasti: batu-batu nisan kuno atau prasasti sering memiliki ukiran ragam hias yang indah selain tulisan.
  • Ornamen arsitektur: penggunaan batu ukir sebagai elemen dekoratif pada bangunan, seperti pada gapura atau tiang-tiang bangunan tradisional.

Ragam hias pada batu sering memiliki fungsi simbolis yang berkaitan dengan kepercayaan atau sejarah. Misalnya, relief pada candi tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan ajaran agama atau kisah-kisah suci.

Perkembangan Ragam Hias di Era Modern

Meskipun berakar dari tradisi, ragam hias terus berkembang dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Beberapa tren perkembangan ragam hias di era modern antara lain:

1. Simplifikasi Motif

Banyak desainer modern yang mengambil inspirasi dari motif tradisional namun menyederhanakannya agar lebih sesuai dengan selera kontemporer. Misalnya, motif batik yang rumit disederhanakan menjadi pola-pola geometris yang lebih minimalis.

2. Fusi Gaya

Terjadi percampuran antara motif tradisional dengan gaya desain modern atau bahkan gaya dari budaya lain. Hal ini menghasilkan karya-karya yang unik dan inovatif, misalnya penggunaan motif batik pada produk fashion bergaya internasional.

3. Penggunaan Teknologi

Kemajuan teknologi memungkinkan pembuatan ragam hias dengan cara-cara baru, seperti penggunaan mesin bordir komputer atau teknik printing digital. Hal ini memungkinkan produksi massal namun tetap mempertahankan kerumitan motif.

4. Eksplorasi Media Baru

Ragam hias kini tidak hanya diterapkan pada media tradisional, tetapi juga pada berbagai produk modern seperti casing smartphone, wallpaper digital, atau bahkan sebagai elemen grafis dalam desain website.

5. Revitalisasi Motif Langka

Ada upaya untuk menghidupkan kembali motif-motif tradisional yang sudah jarang digunakan. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya, tetapi juga untuk menciptakan daya tarik baru dalam dunia desain.

Kesimpulan

Ragam hias merupakan elemen penting dalam seni budaya Indonesia yang memiliki beragam fungsi, mulai dari fungsi estetis hingga fungsi simbolis dan sosial. Kekayaan motif dan makna yang terkandung dalam ragam hias mencerminkan keberagaman budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia.

Di era modern, ragam hias terus berkembang dan beradaptasi, namun tetap mempertahankan esensi dan nilai-nilai tradisionalnya. Perkembangan ini menunjukkan bahwa ragam hias bukan sekadar artefak masa lalu, melainkan elemen budaya yang hidup dan relevan dengan kehidupan kontemporer.

Mempelajari dan melestarikan ragam hias tidak hanya penting untuk mempertahankan identitas budaya, tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi inovasi dalam dunia seni dan desain. Dengan memahami fungsi dan makna di balik ragam hias, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya Indonesia dan berperan dalam melestarikannya untuk generasi mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya