Liputan6.com, Jakarta Boikot merupakan salah satu bentuk protes atau perlawanan yang telah lama dikenal dalam sejarah pergerakan sosial dan politik. Tindakan ini melibatkan penolakan untuk bekerja sama, menggunakan, atau berurusan dengan pihak tertentu sebagai bentuk tekanan untuk mencapai tujuan tertentu. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang arti boikot, sejarahnya, jenis-jenisnya, serta dampak yang ditimbulkannya.
Arti Boikot
Boikot dapat didefinisikan sebagai tindakan terorganisir untuk menolak melakukan transaksi atau interaksi dengan individu, kelompok, organisasi, atau negara tertentu sebagai bentuk protes atau upaya untuk memaksa perubahan kebijakan atau perilaku. Istilah ini berasal dari nama Charles Cunningham Boycott, seorang agen tanah di Irlandia yang menjadi sasaran aksi penolakan massal oleh para penyewa tanah pada tahun 1880.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), boikot didefinisikan sebagai "bersekongkol menolak untuk bekerja sama (berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dan sebagainya)". Definisi ini menekankan aspek kolektif dari tindakan boikot, di mana sekelompok orang atau entitas sepakat untuk tidak berinteraksi dengan pihak yang menjadi target.
Boikot dapat mengambil berbagai bentuk, tergantung pada konteks dan tujuannya. Beberapa contoh umum termasuk:
- Menolak membeli produk atau layanan dari perusahaan tertentu
- Tidak berpartisipasi dalam acara atau kegiatan tertentu
- Menghentikan hubungan diplomatik atau perdagangan dengan negara lain
- Menolak bekerja sama dengan individu atau organisasi tertentu
Penting untuk dicatat bahwa boikot berbeda dengan embargo, yang merupakan larangan resmi dari pemerintah untuk berdagang dengan negara tertentu. Boikot umumnya bersifat lebih informal dan sering dimulai oleh masyarakat sipil atau kelompok aktivis.
Advertisement
Sejarah dan Asal Usul Istilah Boikot
Istilah "boikot" memiliki akar sejarah yang menarik dan terkait erat dengan perjuangan hak-hak petani di Irlandia pada abad ke-19. Kata ini berasal dari nama Charles Cunningham Boycott, seorang mantan perwira Angkatan Darat Inggris yang bekerja sebagai agen tanah untuk Earl of Erne di County Mayo, Irlandia.
Pada tahun 1880, Irlandia sedang mengalami krisis agraria yang parah. Para petani penyewa tanah menghadapi kesulitan besar akibat gagal panen dan harga sewa tanah yang tinggi. Charles Stewart Parnell, seorang pemimpin nasionalis Irlandia, menyerukan kepada para petani untuk melakukan aksi protes damai terhadap tuan tanah yang menolak menurunkan harga sewa.
Ketika Boycott menolak menurunkan sewa dan mengancam akan mengusir para penyewa yang tidak mampu membayar, penduduk setempat memutuskan untuk menerapkan taktik yang disarankan Parnell. Mereka menolak bekerja di tanah Boycott, tidak mau melayaninya di toko-toko, dan bahkan tukang pos menolak mengantarkan suratnya.
Aksi ini sangat efektif. Boycott mendapati dirinya terisolasi secara sosial dan ekonomi. Ia bahkan harus mendatangkan pekerja dari luar daerah dengan perlindungan militer untuk memanen tanamannya. Berita tentang situasi ini menyebar luas melalui media massa, dan nama "Boycott" mulai digunakan sebagai kata kerja untuk menggambarkan taktik pengucilan sosial dan ekonomi semacam itu.
Sejak saat itu, istilah "boikot" mulai digunakan secara luas untuk menggambarkan berbagai bentuk protes non-kekerasan yang melibatkan penolakan untuk berurusan dengan seseorang, organisasi, atau negara sebagai cara untuk menekan perubahan. Penggunaan istilah ini menyebar dengan cepat ke berbagai bahasa dan menjadi bagian dari kosakata politik dan aktivisme di seluruh dunia.
Jenis-Jenis Boikot
Boikot dapat mengambil berbagai bentuk tergantung pada konteks, skala, dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah beberapa jenis boikot yang umum dikenal:
1. Boikot Konsumen
Ini adalah jenis boikot yang paling umum dan melibatkan penolakan konsumen untuk membeli produk atau layanan dari perusahaan atau negara tertentu. Boikot konsumen bertujuan untuk memberikan tekanan ekonomi pada target dengan mengurangi pendapatan atau pangsa pasarnya. Contohnya termasuk boikot terhadap produk-produk dari perusahaan yang dianggap melakukan praktik bisnis tidak etis atau merusak lingkungan.
2. Boikot Tenaga Kerja
Jenis boikot ini melibatkan pekerja yang menolak bekerja untuk majikan tertentu atau dalam kondisi tertentu. Ini bisa berupa mogok kerja atau penolakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Boikot tenaga kerja sering digunakan oleh serikat pekerja untuk menekan perusahaan agar memperbaiki kondisi kerja atau meningkatkan upah.
3. Boikot Politik
Boikot politik bisa melibatkan penolakan untuk berpartisipasi dalam proses politik, seperti pemilihan umum, atau penolakan untuk berurusan dengan pemerintah atau negara tertentu. Contohnya adalah boikot diplomatik atau boikot terhadap acara olahraga internasional sebagai bentuk protes terhadap kebijakan suatu negara.
4. Boikot Akademik
Ini melibatkan penolakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan akademik atau ilmiah yang melibatkan institusi atau negara tertentu. Misalnya, boikot terhadap konferensi akademik di negara yang dianggap melanggar hak asasi manusia atau penolakan untuk berkolaborasi dengan peneliti dari institusi tertentu.
5. Boikot Budaya
Boikot budaya melibatkan penolakan untuk berpartisipasi dalam atau mengonsumsi produk budaya dari sumber tertentu. Ini bisa termasuk boikot terhadap film, musik, atau acara budaya lainnya sebagai bentuk protes terhadap kebijakan atau tindakan tertentu.
Advertisement
Tujuan dan Motivasi di Balik Aksi Boikot
Aksi boikot seringkali dilakukan dengan berbagai tujuan dan motivasi yang kompleks. Memahami tujuan-tujuan ini penting untuk mengevaluasi efektivitas dan legitimasi dari sebuah aksi boikot. Berikut adalah beberapa tujuan dan motivasi utama di balik aksi boikot:
1. Perubahan Kebijakan atau Praktik
Salah satu tujuan utama boikot adalah untuk memaksa perubahan dalam kebijakan atau praktik dari target boikot. Ini bisa meliputi:
- Mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis yang lebih etis
- Menekan pemerintah untuk mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil
- Memaksa organisasi untuk menghentikan praktik yang merugikan lingkungan atau masyarakat
2. Peningkatan Kesadaran
Boikot sering digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran publik tentang suatu isu. Dengan menarik perhatian media dan publik, boikot dapat:
- Menyoroti masalah yang sebelumnya kurang diperhatikan
- Mendidik masyarakat tentang dampak dari kebijakan atau praktik tertentu
- Memicu diskusi publik yang lebih luas tentang isu-isu penting
3. Tekanan Ekonomi
Boikot konsumen dan investasi bertujuan untuk memberikan tekanan ekonomi pada target. Tujuannya bisa meliputi:
- Mengurangi pendapatan atau keuntungan perusahaan
- Mempengaruhi harga saham perusahaan
- Memaksa perubahan melalui ancaman kerugian finansial
4. Solidaritas dan Dukungan
Boikot juga bisa menjadi cara untuk menunjukkan solidaritas dengan kelompok atau gerakan tertentu. Ini bisa melibatkan:
- Mendukung perjuangan hak-hak pekerja
- Menunjukkan solidaritas dengan gerakan politik atau sosial di negara lain
- Memperkuat ikatan dalam komunitas yang memiliki tujuan bersama
Dampak Boikot dalam Berbagai Aspek
Aksi boikot dapat memiliki dampak yang luas dan beragam, tidak hanya pada target boikot itu sendiri, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Dampak ini dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi hingga sosial dan politik. Berikut adalah penjelasan rinci tentang dampak boikot dalam berbagai aspek:
1. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari boikot bisa sangat signifikan, terutama jika boikot tersebut mendapat dukungan luas:
- Penurunan Penjualan: Target boikot mungkin mengalami penurunan penjualan yang signifikan, yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan.
- Perubahan Harga Saham: Untuk perusahaan publik, boikot dapat menyebabkan penurunan harga saham, mempengaruhi nilai perusahaan dan kepercayaan investor.
- Perubahan Strategi Bisnis: Perusahaan mungkin terpaksa mengubah strategi bisnis mereka, termasuk mengubah praktik pemasaran atau rantai pasokan.
- Dampak pada Pekerja: Karyawan perusahaan yang diboikot mungkin terpengaruh, misalnya melalui pengurangan jam kerja atau bahkan PHK.
- Efek Riak: Boikot terhadap satu perusahaan atau industri dapat memiliki efek riak pada pemasok, distributor, dan bisnis terkait lainnya.
2. Dampak Sosial
Boikot juga dapat memiliki dampak sosial yang luas:
- Peningkatan Kesadaran: Boikot sering meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu tertentu, mendorong diskusi dan debat di masyarakat.
- Perubahan Perilaku Konsumen: Konsumen mungkin mulai lebih memperhatikan praktik etis perusahaan dan mengubah kebiasaan belanja mereka.
- Polarisasi Masyarakat: Boikot dapat menyebabkan polarisasi dalam masyarakat, dengan beberapa kelompok mendukung dan yang lain menentang.
- Penguatan Gerakan Sosial: Boikot yang berhasil dapat memperkuat gerakan sosial dan mendorong aktivisme lebih lanjut.
3. Dampak Politik
Dalam konteks politik, boikot dapat memiliki dampak yang signifikan:
- Perubahan Kebijakan: Boikot dapat memaksa pemerintah atau organisasi untuk mengubah kebijakan mereka.
- Tekanan Diplomatik: Dalam konteks internasional, boikot dapat menjadi alat tekanan diplomatik.
- Perubahan Legislatif: Boikot yang sukses dapat mendorong perubahan dalam undang-undang atau regulasi.
- Pengaruh pada Opini Publik: Boikot dapat mempengaruhi opini publik tentang isu-isu politik tertentu.
Advertisement
Efektivitas Boikot sebagai Alat Protes
Efektivitas boikot sebagai alat protes telah menjadi subjek perdebatan dan penelitian yang ekstensif. Sementara beberapa boikot telah terbukti sangat efektif dalam mencapai tujuan mereka, yang lain mungkin memiliki dampak yang terbatas atau bahkan kontraproduktif. Berikut adalah analisis mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas boikot dan pertimbangan penting dalam mengevaluasi keberhasilannya:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Boikot:
-
Skala dan Partisipasi:
- Boikot yang mendapat dukungan luas dari masyarakat cenderung lebih efektif.
- Partisipasi aktif dan konsisten dari jumlah besar konsumen atau pemangku kepentingan meningkatkan tekanan pada target.
-
Visibilitas dan Liputan Media:
- Boikot yang mendapat perhatian media yang signifikan cenderung lebih efektif dalam menekan target dan meningkatkan kesadaran publik.
- Kampanye media sosial yang viral dapat memperluas jangkauan dan dampak boikot.
-
Kejelasan Tujuan:
- Boikot dengan tujuan yang jelas dan terukur lebih mungkin untuk berhasil.
- Tuntutan yang spesifik dan realistis memudahkan target untuk merespons.
-
Ketergantungan Target pada Konsumen:
- Boikot cenderung lebih efektif terhadap perusahaan yang sangat bergantung pada citra publik dan loyalitas konsumen.
- Perusahaan dengan basis konsumen yang beragam mungkin kurang rentan terhadap boikot.
-
Durasi dan Konsistensi:
- Boikot jangka panjang yang konsisten cenderung lebih efektif daripada aksi jangka pendek.
- Kemampuan untuk mempertahankan momentum dan dukungan publik sangat penting.
Evaluasi Efektivitas Boikot:
Mengevaluasi efektivitas boikot dapat menjadi kompleks dan memerlukan pertimbangan berbagai faktor:
- Dampak Ekonomi: Mengukur penurunan penjualan, perubahan harga saham, atau perubahan dalam pangsa pasar.
- Perubahan Kebijakan: Menilai apakah target mengubah kebijakan atau praktik mereka sebagai respons terhadap boikot.
- Kesadaran Publik: Mengukur peningkatan kesadaran dan pemahaman publik tentang isu yang menjadi fokus boikot.
- Perubahan Jangka Panjang: Mengevaluasi dampak jangka panjang pada industri atau sektor yang lebih luas.
- Efek Tidak Langsung: Mempertimbangkan dampak pada perusahaan atau industri lain yang terkait.
Aspek Hukum Terkait Aksi Boikot
Aspek hukum terkait aksi boikot merupakan area yang kompleks dan sering kali kontroversial. Meskipun boikot umumnya dianggap sebagai bentuk ekspresi dan protes yang sah, ada beberapa pertimbangan hukum yang perlu diperhatikan. Berikut adalah penjelasan rinci tentang berbagai aspek hukum yang berkaitan dengan boikot:
1. Kebebasan Berekspresi dan Berserikat
Di banyak negara demokratis, boikot dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan berserikat yang dilindungi oleh konstitusi:
- Hak untuk Protes: Boikot sering dianggap sebagai bentuk protes damai yang dilindungi oleh hukum.
- Batasan: Namun, ada batasan terhadap kebebasan ini, terutama jika boikot melibatkan kekerasan atau ancaman.
- Variasi Antar Negara: Tingkat perlindungan hukum untuk aksi boikot dapat bervariasi secara signifikan antar negara.
2. Hukum Persaingan dan Antitrust
Boikot dapat bersinggungan dengan hukum persaingan dan antitrust, terutama jika melibatkan koordinasi antar perusahaan:
- Boikot Kelompok: Boikot yang dikoordinasikan oleh kelompok bisnis terhadap pesaing atau pemasok dapat dianggap melanggar hukum antitrust.
- Pengecualian: Beberapa jenis boikot politik atau sosial mungkin dikecualikan dari hukum antitrust.
- Risiko Hukum: Perusahaan yang berpartisipasi dalam boikot harus berhati-hati untuk tidak melanggar hukum persaingan.
3. Hukum Kontrak dan Kewajiban Fiduciary
Boikot dapat memiliki implikasi hukum terkait kontrak dan kewajiban fiduciary:
- Pelanggaran Kontrak: Partisipasi dalam boikot mungkin melanggar kewajiban kontraktual yang ada.
- Kewajiban Fiduciary: Direktur perusahaan harus mempertimbangkan kewajiban fiduciary mereka sebelum mendukung boikot.
- Risiko Litigasi: Perusahaan yang berpartisipasi dalam boikot mungkin menghadapi risiko litigasi dari mitra bisnis atau pemegang saham.
Advertisement
Contoh-Contoh Boikot Terkenal dalam Sejarah
Sejarah telah mencatat berbagai aksi boikot yang memiliki dampak signifikan pada perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Beberapa boikot ini telah menjadi tonggak penting dalam perjuangan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan reformasi politik. Berikut adalah beberapa contoh boikot terkenal dalam sejarah beserta dampak dan signifikansinya:
1. Boikot Bus Montgomery (1955-1956)
Salah satu boikot paling terkenal dalam sejarah gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat:
- Latar Belakang: Dimulai ketika Rosa Parks menolak menyerahkan kursinya kepada penumpang kulit putih di bus yang menerapkan segregasi rasial.
- Aksi: Masyarakat Afrika-Amerika di Montgomery, Alabama, memboikot sistem bus kota selama 381 hari.
- Dampak: Boikot ini berhasil mengakhiri segregasi di sistem transportasi umum Montgomery dan menjadi katalis penting dalam gerakan hak-hak sipil yang lebih luas.
- Signifikansi: Memperkenalkan Martin Luther King Jr. sebagai pemimpin nasional dan mendemonstrasikan kekuatan aksi non-kekerasan.
2. Boikot terhadap Apartheid Afrika Selatan (1960-an hingga 1990-an)
Kampanye boikot internasional yang berkontribusi pada berakhirnya sistem apartheid:
- Latar Belakang: Respons terhadap kebijakan segregasi rasial dan diskriminasi di Afrika Selatan.
- Aksi: Melibatkan boikot ekonomi, budaya, dan olahraga oleh banyak negara dan organisasi internasional.
- Dampak: Membantu mengisolasi Afrika Selatan secara internasional dan memberikan tekanan ekonomi yang signifikan.
- Signifikansi: Berkontribusi pada akhirnya sistem apartheid dan transisi menuju demokrasi multi-rasial di Afrika Selatan.
3. Boikot Anggur California (1965-1970)
Boikot yang dipimpin oleh United Farm Workers untuk memperjuangkan hak-hak pekerja pertanian:
- Latar Belakang: Protes terhadap kondisi kerja yang buruk dan upah rendah bagi pekerja pertanian, terutama imigran.
- Aksi: Boikot nasional terhadap anggur California yang dipimpin oleh Cesar Chavez dan Dolores Huerta.
- Dampak: Berhasil memaksa industri anggur untuk menerima serikat pekerja dan memperbaiki kondisi kerja.
- Signifikansi: Menjadi model untuk gerakan hak-hak pekerja dan aktivisme konsumen.
Pro dan Kontra Seputar Aksi Boikot
Aksi boikot, sebagai bentuk protes dan aktivisme, telah lama menjadi subjek perdebatan. Ada argumen kuat baik yang mendukung maupun yang menentang penggunaan boikot sebagai alat untuk mencapai perubahan sosial, politik, atau ekonomi. Berikut adalah analisis mendalam tentang pro dan kontra seputar aksi boikot:
Argumen Pro Boikot:
-
Alat Demokrasi Non-Kekerasan:
- Boikot menyediakan cara damai bagi individu dan kelompok untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka.
- Ini adalah bentuk partisipasi demokratis yang memungkinkan warga negara untuk mempengaruhi kebijakan dan praktik tanpa kekerasan.
-
Pemberdayaan Konsumen:
- Boikot memberi konsumen kekuatan untuk mempengaruhi perilaku perusahaan dan organisasi.
- Ini mendorong tanggung jawab sosial perusahaan dengan membuat mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka.
-
Meningkatkan Kesadaran:
- Kampanye boikot sering menarik perhatian media, meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu penting.
- Ini dapat mendorong diskusi dan debat publik tentang masalah-masalah sosial dan politik.
-
Katalis Perubahan:
- Boikot yang berhasil dapat mendorong perubahan kebijakan atau praktik yang signifikan.
- Sejarah menunjukkan bahwa boikot telah berkontribusi pada perubahan sosial yang penting, seperti dalam gerakan hak-hak sipil.
Argumen Kontra Boikot:
-
Dampak Ekonomi yang Merugikan:
- Boikot dapat merugikan pekerja dan komunitas yang bergantung pada perusahaan atau industri yang diboikot.
- Dampak ekonomi negatif mungkin tidak proporsional dan dapat mempengaruhi pihak-pihak yang tidak bersalah.
-
Efektivitas yang Dipertanyakan:
- Banyak boikot gagal mencapai tujuan mereka atau memiliki dampak yang terbatas.
- Perusahaan besar atau negara sering kali dapat bertahan dari dampak ekonomi boikot jangka pendek.
-
Polarisasi dan Divisi:
- Boikot dapat memperparah ketegangan sosial dan politik, menciptakan polarisasi lebih lanjut dalam masyarakat.
- Ini dapat menghalangi dialog dan kompromi yang konstruktif.
-
Simplifikasi Isu Kompleks:
- Boikot sering menyederhanakan masalah yang kompleks menjadi narasi "hitam dan putih".
- Ini dapat mengabaikan nuansa dan kompleksitas situasi yang lebih luas.
Advertisement
Kesimpulan
Boikot merupakan alat protes dan perubahan sosial yang memiliki sejarah panjang dan dampak yang signifikan. Dari asal-usulnya di Irlandia abad ke-19 hingga penggunaannya dalam gerakan hak-hak sipil dan kampanye konsumen modern, boikot telah terbukti menjadi strategi yang kuat namun kontroversial.
Efektivitas boikot bergantung pada berbagai faktor, termasuk skala partisipasi, visibilitas media, kejelasan tujuan, dan konteks sosial-politik yang lebih luas. Sementara beberapa boikot telah berhasil mendorong perubahan kebijakan dan praktik yang signifikan, yang lain mungkin memiliki dampak terbatas atau bahkan kontraproduktif.
Penting untuk mempertimbangkan pro dan kontra boikot secara hati-hati. Di satu sisi, boikot dapat menjadi alat pemberdayaan bagi konsumen dan aktivis untuk mempengaruhi perilaku perusahaan dan pemerintah. Di sisi lain, boikot juga dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti dampak ekonomi negatif pada pekerja yang tidak bersalah atau polarisasi masyarakat.
Dalam era globalisasi dan media sosial, potensi dan tantangan boikot terus berkembang. Kampanye boikot dapat menyebar dengan cepat dan memiliki jangkauan global, tetapi juga menghadapi risiko menjadi tren singkat yang cepat dilupakan.
Akhirnya, boikot tetap menjadi alat penting dalam toolkit aktivisme dan perubahan sosial. Namun, penggunaannya harus dipertimbangkan dengan cermat, dengan memahami konteks, potensi dampak, dan alternatif yang tersedia. Sebagai bentuk ekspresi demokratis, boik
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2289804/original/030262300_1532422235-20180724-Daging-Ayam-Naik-4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5432608/original/039355600_1764817183-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran_-_2025-12-04T072013.095.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5449906/original/063102600_1766118428-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran_-_2025-12-19T112523.408.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5450062/original/007071500_1766126658-bibit_ayam_klaim_bantuan.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5148083/original/059840900_1740974377-arti-boikot.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5446038/original/003387300_1765871568-Lagidiskon__desktop-mobile__356x469_-_Button_Share.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1429293/original/037383000_1481114577-20161207--Laptop-Acer-Seharga-20-Juta-Jakarta-Angga-Yuniar-01.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5436096/original/000714800_1765162370-pexels-photo-1740919.webp)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4800209/original/049531900_1712900090-shutterstock_2286683503.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5442113/original/056839600_1765528039-Ilustrasi_smartphone__tablet__dan_laptop.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441514/original/073297500_1765510798-Depositphotos_547538726_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429431/original/070225500_1764586417-pexels-yankrukov-9072212.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434294/original/022663100_1764921813-Depositphotos_209735730_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5424660/original/045643900_1764150556-IMG-20251126-WA0006.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429377/original/065579200_1764583822-pexels-shkrabaanthony-5264912.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5428662/original/071057300_1764557835-Depositphotos_170438662_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5426355/original/026522800_1764302989-Depositphotos_189719384_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5415137/original/055240200_1763361833-pexels-muffinsaurs-1214212.jpg)