Penyebab Mata Minus dan Faktor Risikonya, Ketahui Cara Pencegahan yang Efektif

Pelajari berbagai penyebab mata minus, gejala, diagnosis, dan cara pencegahannya. Temukan tips menjaga kesehatan mata untuk menghindari miopia.

Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Mata minus atau miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang umum terjadi. Kondisi ini menyebabkan seseorang kesulitan melihat objek yang berada di kejauhan dengan jelas. Untuk memahami lebih lanjut tentang penyebab mata minus dan cara mengatasinya, mari kita telusuri berbagai aspek dari kondisi ini.

2 dari 10 halaman

Pengertian Mata Minus (Miopia)

Mata minus atau miopia adalah kelainan refraksi mata di mana cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus langsung pada retina, melainkan jatuh di depan retina. Akibatnya, objek yang berada di jarak jauh akan terlihat buram atau tidak jelas. Kondisi ini terjadi karena bentuk bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang terlalu melengkung.

Miopia biasanya mulai berkembang pada masa anak-anak dan remaja. Tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini dapat semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab mata minus dan melakukan langkah-langkah pencegahan sedini mungkin.

3 dari 10 halaman

Faktor Risiko dan Penyebab Mata Minus

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami mata minus. Berikut ini adalah beberapa penyebab mata minus yang perlu diketahui:

1. Faktor Genetik

Genetik memainkan peran penting dalam perkembangan miopia. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki mata minus, anak-anak mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 40 gen yang berkaitan dengan perkembangan mata minus.

2. Kebiasaan Membaca dan Penggunaan Gadget

Aktivitas yang melibatkan fokus mata pada jarak dekat dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko mata minus. Hal ini termasuk kebiasaan membaca buku atau menggunakan perangkat elektronik seperti smartphone, tablet, dan komputer. Terutama jika dilakukan dalam jarak yang terlalu dekat atau dalam kondisi pencahayaan yang kurang baik.

3. Kurangnya Aktivitas di Luar Ruangan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang jarang melakukan aktivitas di luar ruangan memiliki risiko lebih tinggi mengalami mata minus. Hal ini mungkin berkaitan dengan kurangnya paparan sinar matahari dan terbatasnya kesempatan untuk melihat objek pada jarak yang bervariasi.

4. Pencahayaan yang Tidak Memadai

Bekerja atau membaca dalam kondisi pencahayaan yang redup dapat memaksa mata untuk bekerja lebih keras. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan mata dan berpotensi meningkatkan risiko mata minus jika dilakukan secara terus-menerus.

5. Postur Tubuh yang Buruk

Postur tubuh yang buruk saat membaca atau menggunakan perangkat elektronik dapat mempengaruhi jarak pandang mata. Misalnya, membungkuk terlalu dekat ke buku atau layar dapat meningkatkan tekanan pada mata dan berkontribusi pada perkembangan miopia.

6. Kekurangan Nutrisi

Asupan nutrisi yang tidak memadai, terutama vitamin A, C, E, dan mineral seperti zinc, dapat mempengaruhi kesehatan mata. Kekurangan nutrisi ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah mata, termasuk miopia.

7. Stres dan Kelelahan Mata

Stres dan kelelahan mata yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan mata secara keseluruhan. Hal ini dapat terjadi akibat penggunaan mata yang berlebihan tanpa istirahat yang cukup.

8. Faktor Lingkungan

Lingkungan dengan tingkat polusi udara yang tinggi atau paparan berlebihan terhadap sinar UV dapat mempengaruhi kesehatan mata. Meskipun hubungannya dengan miopia masih memerlukan penelitian lebih lanjut, faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mata secara umum.

4 dari 10 halaman

Gejala Mata Minus

Mengenali gejala mata minus sejak dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa gejala umum yang mungkin dialami oleh penderita miopia:

1. Penglihatan Kabur pada Jarak Jauh

Gejala utama mata minus adalah kesulitan melihat objek yang berada di kejauhan dengan jelas. Penderita mungkin mengalami kesulitan membaca papan tulis di sekolah, melihat rambu lalu lintas saat mengemudi, atau mengenali wajah orang dari jarak jauh.

2. Sering Menyipitkan Mata

Untuk memperjelas penglihatan, penderita mata minus sering kali menyipitkan mata secara tidak sadar. Hal ini merupakan upaya alami untuk mengurangi ukuran pupil dan meningkatkan ketajaman penglihatan.

3. Sakit Kepala

Upaya terus-menerus untuk melihat dengan jelas dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot mata dan sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan sakit kepala, terutama di bagian depan kepala atau di sekitar mata.

4. Mata Lelah dan Tegang

Penderita mata minus mungkin merasakan kelelahan mata yang berlebihan, terutama setelah melakukan aktivitas yang membutuhkan fokus penglihatan dalam waktu lama, seperti membaca atau bekerja di depan komputer.

5. Sering Mengucek Mata

Rasa tidak nyaman pada mata dapat menyebabkan penderita sering mengucek matanya. Meskipun hal ini memberikan kelegaan sementara, mengucek mata secara berlebihan dapat meningkatkan risiko iritasi atau infeksi.

6. Kesulitan Melihat saat Malam Hari

Penderita mata minus mungkin mengalami kesulitan tambahan saat melihat dalam kondisi cahaya rendah atau di malam hari. Hal ini dapat menyebabkan masalah saat mengemudi di malam hari atau beraktivitas dalam ruangan yang redup.

7. Perubahan Kebiasaan Duduk

Anak-anak dengan mata minus mungkin cenderung duduk lebih dekat ke televisi atau memegang buku lebih dekat ke wajah mereka saat membaca. Ini merupakan upaya alami untuk memperjelas penglihatan mereka.

5 dari 10 halaman

Diagnosis Mata Minus

Untuk mendiagnosis mata minus, dokter mata akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Berikut adalah beberapa metode yang umumnya digunakan:

1. Tes Ketajaman Penglihatan

Pemeriksaan ini menggunakan kartu Snellen, yang merupakan poster dengan huruf atau simbol dalam berbagai ukuran. Pasien diminta untuk membaca huruf-huruf tersebut dari jarak tertentu untuk menilai ketajaman penglihatan mereka.

2. Refraksi

Dokter akan menggunakan alat yang disebut phoropter untuk menentukan kekuatan lensa yang diperlukan untuk mengoreksi penglihatan. Pasien akan diminta untuk melihat melalui berbagai lensa dan memberikan umpan balik tentang mana yang memberikan penglihatan terbaik.

3. Pemeriksaan Retina

Dokter mungkin akan memeriksa bagian belakang mata menggunakan ophthalmoscope untuk memastikan tidak ada masalah pada retina atau saraf optik.

4. Topografi Kornea

Pemeriksaan ini menggunakan teknologi canggih untuk memetakan bentuk permukaan kornea, yang dapat membantu dalam diagnosis dan perencanaan pengobatan.

5. Pengukuran Tekanan Intraokular

Meskipun tidak langsung berkaitan dengan miopia, pengukuran tekanan di dalam mata dapat membantu mendeteksi kondisi lain seperti glaukoma.

6 dari 10 halaman

Penanganan dan Pengobatan Mata Minus

Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan merekomendasikan penanganan yang sesuai. Berikut adalah beberapa metode yang umum digunakan untuk mengatasi mata minus:

1. Kacamata

Penggunaan kacamata dengan lensa minus merupakan metode paling umum dan sederhana untuk mengoreksi penglihatan pada penderita miopia. Kacamata dapat disesuaikan sesuai dengan tingkat keparahan mata minus.

2. Lensa Kontak

Lensa kontak menawarkan alternatif bagi mereka yang tidak ingin menggunakan kacamata. Tersedia dalam berbagai jenis, termasuk lensa harian, mingguan, atau bulanan.

3. Orthokeratology

Metode ini menggunakan lensa kontak khusus yang dipakai saat tidur untuk sementara mengubah bentuk kornea. Hal ini dapat memberikan penglihatan yang jelas tanpa kacamata atau lensa kontak selama siang hari.

4. Operasi LASIK

LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) adalah prosedur bedah yang menggunakan laser untuk mengubah bentuk kornea, sehingga memperbaiki fokus cahaya pada retina. Metode ini cocok untuk orang dewasa dengan mata minus yang stabil.

5. Implan Lensa

Untuk kasus mata minus yang sangat parah, dokter mungkin merekomendasikan prosedur pemasangan lensa intraokular. Lensa buatan ini ditempatkan di dalam mata untuk mengoreksi penglihatan.

6. Terapi Atropine

Penggunaan tetes mata atropine dosis rendah telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam memperlambat perkembangan miopia pada anak-anak. Namun, metode ini masih dalam tahap penelitian dan harus dilakukan di bawah pengawasan ketat dokter mata.

7 dari 10 halaman

Pencegahan Mata Minus

Meskipun beberapa faktor penyebab mata minus tidak dapat dikendalikan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau memperlambat perkembangan miopia:

1. Batasi Waktu Penggunaan Gadget

Kurangi waktu yang dihabiskan untuk menatap layar perangkat elektronik. Terapkan aturan 20-20-20: setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.

2. Tingkatkan Aktivitas Luar Ruangan

Dorong anak-anak untuk lebih banyak bermain di luar ruangan. Paparan sinar matahari dan melihat objek pada jarak yang bervariasi dapat membantu perkembangan mata yang sehat.

3. Atur Pencahayaan yang Baik

Pastikan pencahayaan yang cukup saat membaca atau bekerja. Hindari membaca dalam kondisi cahaya yang terlalu redup atau terlalu terang.

4. Jaga Jarak Pandang yang Tepat

Saat membaca atau menggunakan perangkat elektronik, pertahankan jarak minimal 30-40 cm dari mata. Gunakan dudukan buku atau penyangga tablet untuk membantu mempertahankan posisi yang tepat.

5. Konsumsi Makanan Sehat untuk Mata

Pastikan asupan nutrisi yang cukup untuk kesehatan mata. Konsumsi makanan kaya vitamin A, C, E, serta omega-3 dan mineral seperti zinc. Sayuran hijau, ikan, kacang-kacangan, dan buah-buahan berwarna cerah sangat baik untuk kesehatan mata.

6. Istirahatkan Mata Secara Teratur

Berikan waktu istirahat bagi mata Anda, terutama jika Anda bekerja di depan komputer dalam waktu lama. Lakukan peregangan mata dan berkedip secara sengaja untuk menjaga kelembaban mata.

7. Gunakan Kacamata Pelindung

Saat beraktivitas di luar ruangan, gunakan kacamata hitam untuk melindungi mata dari sinar UV yang berlebihan. Pilih kacamata dengan perlindungan UV yang memadai.

8. Lakukan Pemeriksaan Mata Rutin

Lakukan pemeriksaan mata secara teratur, terutama bagi anak-anak dan remaja. Deteksi dini dapat membantu mengendalikan perkembangan miopia dengan lebih efektif.

8 dari 10 halaman

Mitos dan Fakta Seputar Mata Minus

Ada banyak mitos yang beredar seputar mata minus. Mari kita luruskan beberapa miskonsepsi umum:

Mitos 1: Membaca dalam Gelap Menyebabkan Mata Minus

Fakta: Membaca dalam kondisi cahaya yang kurang baik dapat menyebabkan kelelahan mata, tetapi tidak secara langsung menyebabkan mata minus. Namun, kebiasaan ini tetap tidak disarankan karena dapat memperburuk kondisi mata yang sudah ada.

Mitos 2: Menggunakan Kacamata Terus-menerus Membuat Mata Semakin Minus

Fakta: Menggunakan kacamata tidak membuat mata semakin minus. Kacamata hanya membantu mengoreksi penglihatan dan tidak mempengaruhi perkembangan miopia.

Mitos 3: Mata Minus Dapat Disembuhkan dengan Latihan Mata

Fakta: Meskipun latihan mata dapat membantu mengurangi kelelahan mata, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa latihan mata dapat menyembuhkan atau mengurangi mata minus secara signifikan.

Mitos 4: Anak-anak Tidak Perlu Memakai Kacamata karena Mata Mereka Masih Berkembang

Fakta: Jika anak membutuhkan kacamata, penting untuk menggunakannya. Tidak memakai kacamata yang dibutuhkan dapat mengganggu perkembangan penglihatan normal dan prestasi akademik anak.

Mitos 5: Mata Minus Hanya Terjadi pada Anak-anak dan Remaja

Fakta: Meskipun mata minus sering berkembang pada usia muda, kondisi ini juga dapat muncul atau memburuk pada usia dewasa.

9 dari 10 halaman

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?

Penting untuk mengetahui kapan Anda perlu berkonsultasi dengan dokter mata. Berikut adalah beberapa situasi di mana Anda sebaiknya segera mencari bantuan medis:

1. Perubahan Mendadak pada Penglihatan

Jika Anda mengalami perubahan penglihatan yang tiba-tiba, seperti penglihatan kabur yang muncul secara mendadak, segera hubungi dokter mata. Ini bisa menjadi tanda kondisi serius yang memerlukan penanganan segera.

2. Sakit Kepala yang Persisten

Jika Anda sering mengalami sakit kepala, terutama setelah melakukan aktivitas yang membutuhkan fokus penglihatan, ini bisa menjadi tanda bahwa Anda memerlukan koreksi penglihatan atau perubahan pada resep kacamata Anda.

3. Kesulitan dalam Aktivitas Sehari-hari

Jika Anda merasa kesulitan melakukan aktivitas normal seperti membaca, mengemudi, atau menonton TV karena masalah penglihatan, sebaiknya segera periksa ke dokter mata.

4. Gejala pada Anak-anak

Jika Anda melihat anak Anda sering menyipitkan mata, duduk terlalu dekat dengan TV, atau mengeluh tentang penglihatan kabur, segera bawa mereka untuk pemeriksaan mata.

5. Riwayat Keluarga dengan Masalah Mata

Jika keluarga Anda memiliki riwayat masalah mata seperti glaukoma atau degenerasi makula, penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin, bahkan jika Anda tidak mengalami gejala.

6. Pemeriksaan Rutin

Bahkan jika Anda tidak mengalami gejala, penting untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setiap 1-2 tahun, atau sesuai rekomendasi dokter mata Anda.

10 dari 10 halaman

Kesimpulan

Mata minus atau miopia adalah kondisi yang umum terjadi, tetapi dengan pemahaman yang baik tentang penyebab dan faktor risikonya, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif. Menjaga kebiasaan hidup sehat, membatasi penggunaan gadget, dan melakukan pemeriksaan mata secara rutin adalah kunci untuk menjaga kesehatan mata jangka panjang.

Ingatlah bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda dalam hal perawatan mata. Konsultasikan dengan dokter mata profesional untuk mendapatkan saran dan penanganan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Dengan perawatan yang tepat dan gaya hidup yang mendukung kesehatan mata, kita dapat meminimalkan risiko perkembangan mata minus dan menjaga kualitas penglihatan yang optimal.

Produksi Liputan6.com