Dalai Lama: Hentikan Kekerasan Terhadap Umat Muslim

Sang Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang. "Jika Buddha ada di sana, Ia akan melindungi umat Islam."

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 08 Jul 2014, 12:40 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2014, 12:40 WIB
Dalai Lama
Dalai Lama (Reuters)

Liputan6.com, Leh - Pemimpin spiritual Tibet,  Dalai Lama, kembali mengimbau umat Buddha di Myanmar dan Sri Lanka untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas muslim di negara mereka. Panggilan itu diutarakan Tenzin Gyatso, gelar lain untuk Dalai Lama, dalam peringatan hari jadinya ke-79.

Berbicara di hadapan puluhan ribu umat Buddha, termasuk aktor Hollywood Richard Gere, Dalai Lama yang kini hidup dalam pengasingan memohon umat beriman di negara-negara mayoritas Buddha untuk menahan diri.

"Saya mendesak umat Buddha di negara-negara tersebut untuk membayangkan wajah damai Sang Buddha sebelum melakukan kejahatan seperti itu," kata Dalai Lama di kota Leh di India, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Selasa (8/7/2014).

"Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang. Jika Buddha ada di sana, Ia akan melindungi umat Islam yang diserang oleh mereka yang memujanya," kata Dalai Lama.

Meningkatnya nasionalisme Buddha di kedua negara, Myanmar dan Sri Lanka, dipelopori oleh gerakan yang dipimpin para biksu ekstremis. Menyebabkan kekerasan komunal yang menargetkan umat Islam dalam beberapa tahun terakhir.

Di Myanmar, kekerasan telah menewaskan 200 orang dan membuat 150 ribu orang kehilangan tempat bernaung -- kebanyakan adalah anggota komunitas  Rohingya yang beragama Islam, sejak kerusuhan pecah di negara bagian Rakhine pada Juni 2012.

Kekerasan anti-muslim juga menjalar ke tempat lain di Burma. Jam malam diberlakukan di kota terbesar kedua, Mandalay, pekan lalu setelah kerusuhan menyebabkan 2 orang tewas dan 14 luka-luka.

Sementara itu di Sri Lanka, 4 orang tewas dalam semalam terkait insiden kekerasan-- ketika massa menyerang lingkungan sekitar Aluthgama.

Dalai Lama, yang hidup dalam pengasingan sejak 1959, sebelumnya telah bicara lantang mengutuk kekerasan tersebut.

Pada Mei tahun lalu, ia membuat komentar di sebuah universitas AS, mengutuk kekerasan di Myanmar. Ia juga telah menulis surat kepada Aung San Suu Kyi, seorang aktivis prodemokrasi terkenal sekaligus pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, menyerukan penghentian kekerasan. (Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya