Liputan6.com, Ferguson - Kegelisahan terkait tertembaknya seorang pemuda berkulit hitam oleh seorang polisi berkulit putih di Ferguson di negara bagian Missouri menimbulkan unjuk rasa dan tuduhan kebrutalan polisi yang bersifat rasis. Namun, fakta-fakta masih belum semuanya diketahui.
Darren Wilson dari Ferguson, Missouri, petugas kepolisian yang menembak seorang pemuda kulit hitam sehingga tewas di Ferguson, mengalami luka-luka parah di mukanya.
Seperti dilansir dari FoxNews (20 Agustus 2014), luka itu termasuk retak tulang palung mata. Ia sendiri hampir pingsan karena dipukuli oleh Michael Brown sesaat sebelum ia menembakkan senjatanya. Demikianlah yang dikatakan oleh suatu sumber yang dekat dengan pihak kepolisian.
Advertisement
Tewasnya pemuda kulit hitam itu, Michael Brown, telah menyulut unjuk rasa dan kerusuhan lebih dari seminggu lamanya.
"Wakil Pemimpin Kepolisian membawanya ke rumah sakit karena mukanya bengak parah di satu sisi," kata sumber itu. "Ia dihajar habis-habisan."
Menurut sumber tersebut, Wilson sedang menuju tempat kejadian perkara untuk suatu kasus lain di tempat yang berdekatan pada 9 Agustus lalu. Saat itu ia memerintahkan Michael Brown dan temannya, Dorain Johnson, supaya jangan berjalan di tengah jalan karena menngganggu lalu lintas.
Namun demikian, teguran itu segera memanas menjadi kekerasan fisik, kata sumber tersebut.
"Mereka mengabaikan dia dan petugas itu mulai keluar dari kendaraannya untuk meminta mereka bergeser," kata sumber itu.
"Mereka mendorong petugas itu kembali ke dalam, dan saat itulah Michael Brown merangsek masuk dan mulai memukuli Wilson di kepala dan mukanya."
Sumber tersebut mengatakan bahwa ada "bukti yang kuat" adanya pergumulan antara Brown dan Wilson yang memperebutkan senjata petugas itu, sehingga pistol itu meletus, walaupun masih belum jelas saat ini mengenai siapa yang menarik pelatuknya.
Brown mulai berjalan menjauh, sehingga memungkinkan Wilson untuk menodongkan senjatanya dan memerintahkan pemuda itu untuk diam di tempat. Menurut sumber itu, Brown mengangkat tangannya dan berbalik sambil bertanya, "Jadi apa, kamu mau menembak saya?"
Saat itu, menurut sumber tersebut kepada FoxNews.com, Brown menyerbu Wilson, sehingga petugas itu menembakkan setidaknya enam tembakan ke arah pemuda itu, termasuk satu peluru yang kemudian menembus bagian atas tengkorak Brown. Demikianlah yang dilaporkan oleh otopsi mandiri yang dilakukan sesuai permintaan keluarga Brown.
Wilson juga mengalami retak tulang palung mata dalam perkelahian itu dan dibuat tercengang oleh konfrontasi awal, kata sumber itu.
Ia sekarang "mengalami trauma, khawatir akan hidupnya dan hidup keluarganya, terluka dan takut" bahwa dewan juri yang memulai dengar pendapat pada Rabu lalu akan "membuatnya menjadi contoh penghukuman," kata sumber itu.
Sumber itu juga mengatakan bahwa kamera dasbor dan di tubuh petugas, yang sebetulnya bisa merekam bukti penting, sudah dipesan oleh Kepala Polisi Ferguson, Thomas Jackson, tapi baru saja tiba dan belum sempat dipasang.
Pada Rabu lalu, seorang jurubicara Kepolisian Kabupaten Saint Louis menolak memberikan komentar terkait dengan penyidikan yang masih berlangsung perihal apakah Wilson memerlukan perawatan kesehatan setelah keributan itu.
Edwad Magee, jurubicara untuk Jaksa Penuntut Kabupaten Saing Louis, Robert McCullough, mengatakan pihaknya tidak akan mengungkapkan bukti yang akan baru akan diungkapkan kepada dewan juri.
"Kami akan menggelar setiap bukti yang kami miliki, pernyataan-pernyataan para saksi, dan lain-lain, kepada dewan juri dan kami tidak membeberkan ataupun membicarakan tentang bukti kasus ini."
Nabil Khattar, CEO untuk 7Star Industries, yang mengkhususkan diri dalam pelatihan senjata api untuk penegak keamanan dan operasi khusus, memastikan bahwa polisi biasanya diperintahkan untuk menggunakan kekuatan mematikan jika berada dalam bahaya terancam dibunuh atau menderita luka sangat parah.
"Petugas boleh menghadapi ancaman dengan kekuatan yang secukupnya untuk mempertahankan diri terhadap bahaya," katanya.
Wilson adalah seorang veteran yang telah 6 tahun berdinas di kepolisian Ferguson dan tidak pernah ada teguran indisipliner.
Unjuk rasa besar-besaran melingkupi Saint Louis sehingga Gubernur Jay Nixon pada Kamis lalu menempatkan Patroli Jalan Raya Kapten Roh Johnson memimpin operasi keamanan sebagai upaya menenangkan keadaan.
Pemerintah federal juga ikut menyidik kematian ini, di bawah pimpinan Jaksa Agung Eric Holder. Ia mengatakan "penyebaran informasi peka secara pilih-pilih" dalam kasus ini sebagai hal yang "menyusahkan".
Pada Jumat lalu, polisi Ferguson menerbitkan video pengintaian yang menunjukkan bahwa Brown mencuri sejumlah rokok dari suatu gerai sesaat sebelum meninggal. Kapten Ron Jackson dihujani kritikan pedas karena mengungkapkan rekaman itu dan laporan polisi yang terkait dengannya walaupun ia juga bersikeras bahwa dugaan perampokan dan perkara Wilson tidak berhubungan.
Keluar Brown, melalui pengacara mereka, menganggap penerbitan video itu sebagai bentuk strategis untuk "pembunuhan karakter."
Namun demikian, sumber FOxNews.com yakin bahwa sama sekali tidak ada agenda lain di belakang penerbitan rekaman itu dan bahwa ada sejumlah permintaan media akan hal itu berlandaskan kepada Undang-Undang Keterbukaan Informasi (Freedom of Information Act/FOIA) dan sengaja tidak diterbitkan sebelum ibu pemuda itu melihatnya terlebih dahulu.
"Kapten Johnson menahan FOIA itu selama mungkin," kata sumber itu. "Sungguh suatu pelintiran yang jahat yang telah merusak pendapat masyarakat mengenai situasi ini."