Liputan6.com, Brasilia - Menjadi berbeda akibat kelainan fisik yang dimilikinya, bukanlah hambatan bagi pria bernama Claudio Vieira de Oliveira. Bahkan ia sukses menjadi akuntan sekaligus pemberi inspirasi atau motivator lulusan salah satu universitas negeri di Brasil.
Saat dilahirkan, dokter yang menangani Claudio menyatakan, dirinya tak akan hidup dalam waktu lama. Ibunya, disarankan agar tak memberikannya makanan, supaya mati kelaparan karena mengalami kondisi langka kelainan sendi yang membuat kaki cacat dan kepala terbalik.
"Orang-orang mulai mengatakan 'bayimu akan mati', karena dia hampir tidak bisa bernapas saat ia lahir," kata sang bunda, Maria Jose.
"Jangan memberinya makan, dia sudah sekarat," tambah Maria menirukan ucapan orang-orang terhadap putranya kala itu.
Advertisement
Tapi Tuhan berkata lain. Bayi Claudio berhasil melewati waktu yang diprediksikan. Sang ibu pun merawatnya dengan penuh kasih, tak menuruti saran dari tim medis yang membantunya melahirkan --agar tak memberi Claudio makanan.
Keluarga besar Claudio merawatnya seperti anak-anak pada umumnya. Tak pernah membeda-bedakan. "Kami tidak pernah mencoba untuk memperbaiki dirinya, dan ingin ia melakukan hal-hal yang orang normal biasa lakukan," tutur Maria.
"Itulah mengapa dia begitu percaya diri. Dia tidak malu berjalan-jalan di luar -- Claudio bahkan bisa bernyanyi dan menari," ucap Maria bangga.
Meski memiliki keterbatasan fisik, pria dari Monte Santo, Brasil itu tak pernah terlalu bergantung kepada orang lain.
"Sejak aku masih kecil, aku selalu suka menyibukkan diri dan bekerja. Aku tidak suka bergantung sepenuhnya pada orang lain," kata Claudio.
"Aku melakukan sedikit latihan akuntansi, penelitian untuk klien dan konsultan. Aku belajar untuk menyalakan TV, mengambil ponsel, menyalakan radio, menggunakan internet pada komputer -- aku melakukan semuanya sendiri," urai Claudio bangga.
Lulusan Universitas Negeri Feira de Santana itu menulis dengan pena yang dimasukkan di mulutnya, mengoperasikan telepon dan mouse komputer dengan bibirnya. Bahkan ia memiliki sepatu khusus, yang memungkinkan dia untuk berjalan-jalan di sekitar kota.
Claudio yang kini menjadi seorang akuntan itu tidak bisa menggunakan kursi roda, karena bentuk tubuhnya yang tidak biasa. Namun hal itu tak dijadikan halangan baginya. Ia kerap kali memohon kepada sang ibu agar diizinkan pergi ke sekolah dan belajar dengan anak-anak lain.
"Sepanjang hidupku, aku bisa beradaptasi dengan tubuhku. Sekarang, aku tidak melihat diriku sebagai seseorang yang berbeda. Saya orang normal seperti lainnya," ungkap Claudio.
"Saya tidak melihat hal-hal terbalik. Ini adalah salah satu hal yang saya selalu bicarakan saat menjadi pembicara. Saat ini jauh lebih mudah untuk berurusan dengan publik, aku tidak takut lagi dan boleh dibilang aku kini profesional, pembicara publik internasional dan menerima undangan dari seluruh dunia," papar Claudio.
Kelainan Genetik
Claudio kecil mulai berjalan mengunakan lututnya pada usia delapan tahun. Sebelumnya ia selalu digendong ke manapun.
Dokter mendiagnosis Claudio menderita congenital arthrogryposis. Kondisi langka yang menyebabkan melengkungnya sendi di beberapa bagian tubuh saat lahir.
Kondisi itu disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk kurangnya ruang di rahim, kelainan otot, kelainan saraf, masalah sirkulasi darah dan penyakit bawaan ibunya. Kasus ini terjadi satu dari setiap 3.000 bayi, dan biasanya terdeteksi sebelum kelahiran.
Pilihan pengobatan dalam kasus seperti dialami Claudio termasuk fisioterapi, splinting, dan pembedahan.
Setelah bisa berjalan, keluarga Claudio mengubah lantai rumah sehingga ia bisa berjalan-jalan tanpa melukai dirinya sendiri. Ia pun dibuatkan tempat tidur dan lampu yang posisinya lebih rendah, sehingga ia bisa menjangkaunya sendiri tanpa meminta bantuan.
Claudio bukan satu-satunya orang dengan kelainan genetik bawaan seperti itu.
Pada bulan Februari, kisah Leanne Beetham yang menjadi fotografer terkenal dan seniman lukisan satwa liar yang berkebutuhan khusus juga dimuat Daily Mail. Meski kondisinya terbatas, Leanne berhasil menciptakan karya-karya yang memukau. Dengan memegang kuas di mulutnya, ia berhasil menciptkan karya yang terjual ratusan pound sterling.
Leanne, sarjana ahli perilaku hewan itu menggunakan cat dan grafit untuk membuat gambar buatannya. Ia menghabiskan waktu lebih dari delapan jam untuk menyelesaikan gambarnya sembari duduk.
Pada tahun 2006, salah satu lukisannya dijual untuk 750 pound sterling atau sekitar Rp 14,5 juta di rumah lelang Christies di London. Dana yang terkumpul, ia sumbangkan ke David Shepherd Wildlife Foundation. (Ein)