Liputan6.com, Amsterdam - Hasil penyelidikan awal terkait kecelakaan yang menimpa pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina, telah diungkap oleh ahli dari Belanda Selasa 9 September 2014 kemarin. Kini pihak negeri jiran, Australia dan negeri kincir angin bersatu meminta akses menuju lokasi jatuhnya burung besi itu.
Seruan ketiga negara itu disampaikan setelah Badan Keselamatan Belanda mengeluarkan laporan awal tragedi MH17.
Baca Juga
"Sangat penting bagi tim penyelidik untuk diberi akses penuh tanpa rintangan ke lokasi kejadian, untuk mengangkut seluruh jasad, merampungkan penyelidikan dan mengungkap apa yang terjadi," kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak seperti dikutip dari BBC, Rabu (10/9/2014).
Para ahli Malaysia dan Belanda kini telah dikirim ke Ukraina timur, untuk melakukan penyelidikan atas jatuhnya Malaysia Airlines MH17 dalam penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur.
Advertisement
Pihak Ukraina juga telah menyatakan kesiapan bekerja sama dalam kasus tersebut.
"Tugas utama tim penyelidik adalah datang lagi ke lokasi kejadian seperti yang direncanakan sebelumnya, dan melanjutkan semua langkah yang diperlukan. Kami membicarakan bagaimana memungkinkan hal itu," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Volodymyr Groysman.
"Saya dapat memastikan Ukraina mendukung penuh rencana tersebut," tambah Groysman.
Sementara itu laporan-laporan media Rusia menyebutkan, pemimpin pemberontak di Ukraina timur, Alexander Zaharchenko juga siap memberikan jaminan keamanan kepada tim penyelidik.
MH 17 jatuh pada 17 Juli di wilayah Ukraina timur yang dikuasai pemberontak pro-Rusia. Disebutkan banyak media, pesawat hancur dihantam benda yang membelah pesawat dalam kecepatan tinggi.
Seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 298 orang, sebagian besar warga Belanda, meninggal dunia ketika pesawat jatuh. Sebagian jasad korban telah dipulangkan ke negara masing-masing, termasuk ke Indonesia.
Para keluarga korban merasa lega, karena hasil penyelidikan itu berarti para penumpang tidak merasa sakit atau menderita sebelum menjemput ajalnya, kata Joss Wibisono, warga Indonesia yang tinggal Belanda yang merupakan salah satu kerabat penumpang pesawat nahas itu.
Menurut keponakan Jane Adi Soetjipto yang sudah lebih dari 25 tahun tinggal di Amsterdam, bagi Belanda jatuhnya pesawat MH17 itu bagai peristiwa 11 September bagi Amerika Serikat.
"Ini merupakan 11 Septembernya orang Belanda. Dua pertiga dari hampir 300 korban adalah warga Belanda, padahal Belanda bukan pihak yang terlibat dalam konflik di Ukraina. Tapi kok jadi korban, itu yang membuat rakyat Belanda merasa sangat terluka," tegas Joss Wibisono.