Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama angkat bicara soal penembakan terhadap 3 pelajar Muslim di Chapel Hill, Carolina Utara. Obama mengutuk penembakan tersebut dan menyebutnya sebagai pembunuhan "brutal dan keterlaluan".
Pemimpin Negeri Paman Sam itu mengatakan, setiap warga, apapun latar belakangnya, memiliki hak yang sama dan tidak dibenarkan jika memang menjadi target kebencian dari pihak tertentu.
"Michelle (Istri Obama) dan saya menyampaikan bela sungkawa kepada para keluarga korban," ujar Obama, seperti dimuat BBC, Sabtu (14/2/2015).
Presiden ke-44 AS tersebut menjamin tidak semua warga di negaranya memiliki kebencian terhadap golongan tertentu. Ada banyak warga yang peduli satu sama lain tanpa membeda-bedakan latar belakang.
"Seperti yang kita lihat saat pemakaman ketiga anak muda ini, seluruh warga AS turut hadir. Kita semua satu keluarga, Amerika Serikat," ujar Obama.
Tiga mahasiswa muslim ditemukan tewas dengan luka tembak di sebuah apartemen dekat kampus University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat, Selasa 10 Februari 2015 malam waktu setempat. Lebih dari 5.000 orang menghadiri pemakaman ketiga korban pada Kamis 12 Februari lalu.
Para korban, yakni sepasang suami istri yang baru menikah, Deah Shaddy Barakat dan Yusor Mohammad Abu-Salha dan adik dari mempelai perempuan, Razan Mohammad Abu-Salha ditembak pada bagian kepala.
Tetangga korban, Craig Stephen Hicks, menyerahkan diri kepada polisi dan ditahan atas dakwaan 3 pembunuhan.
Polisi mengatakan indikasi awal menunjukkan pembunuhan dipicu oleh cekcok masalah parkir kendaraan, tetapi polisi kini melancarkan penyelidikan untuk menentukan apakah aksi Hicks dilandasi kebencian agama.
Obama mengatakan dirinya telah memerintahkan Biro Investigasi Federal AS (FBI) untuk menyelidiki kasus penembakan tersebut sampai tuntas demi menguak penyebab yang sebenarnya. (Riz)