'Lubang Neraka' Menganga di Bukit China

Beberapa pengguna internet China menyebutnya sebagai 'gerbang ke neraka', setelah melihat gambar-gambar lubang misterius itu.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Apr 2015, 13:39 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2015, 13:39 WIB
Lubang Panas Menganga di Bukit China, Gerbang Neraka?
Lubang di bukit China yang disebut sebagai 'gerbang neraka'. (CEN/Daily Mail)

Liputan6.com, Beijing - Penduduk sebuah desa di China menemukan lubang berisi api di sebuah bukit. Penemuan sinkhole misterius, yang dari kejauhan terlihat berwarna oranye dan memancarkan panas, membuat warga berbondong-bondong datang untuk melihat langsung.

Para ahli geologi kemudian berkumpul di pegunungan terpencil yang terletak di pinggiran Urumqi, Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur di barat laut China itu. Untuk menyaksikan dan meneliti lubang yang muncul beberapa pekan lalu.

"Dari jarak 2 meter, panas dari semburan panas yang muncul dari 'cincin api' itu mencapai 792 derajat Celcius atau 1.457 Farenheit. Sehingga orang tak bisa berada lebih dekat untuk mengetahui seberapa dalam lubang tersebut," demikian dilaporkan People's Daily Online seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (10/4/2015).

Setelah melihat gambar-gambar lubang misterius itu di dunia maya, beberapa pengguna internet China menyebutnya sebagai 'lubang atau gerbang neraka'.

Rekaman video yang menunjukkan, penduduk setempat melempar ranting pohon dan rumput ke tepi lubang yang diperkirakan memiliki lebar sekitar 91 cm itu, sudah beredar di YouTube. Benda-benda yang dilemparkan langsung hangus terbakar oleh hawa panasnya.

 

Beberapa pengguna internet China menyebutnya sebagai 'pintu gerbang ke neraka', setelah melihat gambar-gambar lubang misterius itu.

"Kami menyadari tanah di bukit itu menjadi hangat beberapa waktu belakangan. Padahal, itu bukan kawasan gunung berapi," ucap penduduk setempat kepada media China.

Ahli dari Badan Geologi Xinjiang Meitian menduga, lubang itu disebabkan oleh lapisan batubara di bawah tanah yang terbakar, sehingga menyebabkan bagian permukaan di atasnya runtuh. Membentuk bolong yang menganga berisi kobaran api.

Meski warga setempat menganggap 'gerbang neraka' itu temuan baru, namun anggapan itu dibantah oleh pihak berwenang.

"Fenomena ini sudah ada di daerah itu selama beberapa dekade," ujar seorang insinyur dari Xinjiang Meitian Fire Engineering Bureau, Huang Wei, kepada Stasiun TV Central.

Menurut Huang Wei, asap putih kerap muncul dari bawah tanah di bukit tersebut pada musim semi dan musim gugur.

Chen Long, seorang pengawas dari Xinjiang Meitian Fire Engineering Bureau, mengatakan dulu ada puluhan tambang kecil batu bara di daerah itu pada tahun 1970-an sebelum akhirnya ditutup.

"Pertambangan primitif dengan penutupan seadanya menyebabkan batu bara yang ada di dalamnya terbakar di bawah tanah," kata ungkap Chen.

"Operator tidak menutup tambang dengan benar setelah bisnis itu dihentikan. Panas bumi diduga memicu timbulnya api dari dalam tanah dan membakar lapisan di dalamnya, hingga muncul ke permukaan Bumi," tambah dia.

Kini pihak berwenang setempat tengah berupaya mencari cara untuk memadamkan api dari dalam tanah tersebut.

Sebelumnya, 3 kawah raksasa baru -- yang salah satu di antaranya memiliki lebar 100 kaki atau 30,48 meter dan kedalaman 200 kaki atau 60,96 meter -- ditemukan di tanah beku (permafrost) Siberia. Para ahli meneliti dikirim ke lokasi untuk menemukan apa sebenarnya yang membentuk lubang raksasa itu.

Sejak video kawah itu diunggah ke internet dan menyebar, dunia maya dipenuhi rumor dan spekulasi. Ada yang menduga lubang tersebut bikinan UFO, pintu rahasia menuju kedalaman Bumi. Atau sejumlah orang mengira itu adalah situs uji coba senjata atau bekas tumbukan meteorit.

Ternyata, penjelasan atas fenomena itu lebih mengkhawatirkan daripada serangan asteroid dari angkasa luar: diduga, setelah dua musim panas berturut-turut, dengan suhu rata-rata 5 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya, metana beku yang ada di sana tak cuma meleleh, melainkan meledak! (Baca: Maut di Balik 'Kentut' Bumi Pemicu Kawah Raksasa Siberia) (Tnt/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya