Liputan6.com, Teheran - Di tengah memanasnya konflik di Yaman, Pemerintah Iran menghentikan sementara jemaah umrah ke kota suci di Arab Saudi, Mekah dan Madinah. Apalagi perang di Yaman turut memicu memburuknya hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Larangan sementara umrah itu setelah terkuak dugaan 2 anggota jemaah Iran dilecehkan 2 petugas keamanan Arab Saudi ketika mereka hendak pulang melewati Bandara Internasional King Abdul Aziz di Kota Jeddah, bulan lalu.
"Riyadh (Pemerintah Arab Saudi) harus menghukum petugas Saudi yang 'menyerang' jemaah dari Iran bulan lalu, sebelum Iran kembali mengizinkan warganya untuk menjalankan umrah di Saudi. Kedua petugas tersebut harus diberi hukuman mati," ucap Menteri Kebudayaan Iran Ali Jannati kepada Press TV Iran, seperti dikutip dari VOA News, Selasa (14/4/2015).
Media Iran mengabarkan, 2 Remaja pria jemaah umrah dari Iran diduga dilecehkan secara seksual oleh petugas bandara Arab Saudi. Sejauh ini Pemerintah Arab Saudi belum berkomentar terhadap tuduhan tersebut.
Hanya saja beberapa hari lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan kepada Press TV Iran bahwa Pemerintah Riyadh berjanji menghukum kedua tersangka.
Di Kota Teheran, Sabtu 11 April lalu, ratusan orang berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Arab Saudi. Mereka menuntut tindakan tegas terhadap Arab Saudi.
Sementara itu, Press TV Iran melaporkan beberapa hari lalu sebuah pesawat Iran yang membawa jemaah tidak diperbolehkan mendarat di Arab Saudi. Pihak Aparat Saudi mengatakan pesawat tidak memiliki izin yang dibutuhkan untuk mendarat.
Sumber Pendapatan
Analis dan mantan diplomat Iran, Khonsar, mengatakan kepada VOA News bahwa Pemerintah Teheran berang atas perilaku Arab Saudi terhadap warga Iran. Namun untuk kepentingan Iran sendiri, Pemerintah Teheran tidak dapat menghentikan arus jemaah untuk waktu yang lama.
"Pengiriman jemaah adalah sumber pendapatan yang besar bagi pemerintah [Iran] dan ini selalu menjadi isu yang mengakibatkan ketegangan dengan Arab Saudi," ucap dia.
Hanya saja Iran selalu ingin mengirim jemaah lebih banyak dari yang diinginkan Arab Saudi. "Jadi bila mereka (Iran) menghentikan (umrah) ini, mereka memenuhi apa yang memang diinginkan Arab Saudi," lanjut Khonsar.
Bagian Konflik
Khonsar menambahkan, isu pengiriman jemaah merupakan bagian dari konflik yang lebih besar antara Iran dan Saudi. Terutama terkait peran kedua negara dalam konflik di Suriah dan Yaman.
"Baik Iran maupun Arab Saudi tidak menginginkan isu ini untuk berlanjut lebih dari perang kata-kata, dan mengupayakan jalur diplomasi untuk mengatasi masalah ini," tukas Khonsar.
Ia menekankan bahwa kedua belah pihak memahami solusi politik harus ditemukan dalam konflik di Suriah dan Yaman. (Ans)