Liputan6.com, Jakarta - Dini hari itu, Rabu 29 April 2015, Mary Jane Veloso bersiap menghadapi regu tembak. Ia tak punya pilihan. Peti mati berlapis kain satin putin sudah dibuka, 3 peluru dimasukkan secara acak ke 12 senapan yang akan diarahkan ke tubuhnya.
Sejumlah keluarganya menunggu di sebuah tenda yang telah disiapkan di Pulau Nusakambangan. Lainnya berada dalam bus menuju Jakarta, bersiap menyambut jasadnya.
Sementara, 2 anak lelaki Mary Jane tertidur di sebuah mobil van yang terparkir di jalan menuju dermaga penyeberangan ke Nusakambangan. Sesaat selepas tengah malam, seorang jurnalis berkata pada bocah-bocah itu: ibu mereka lolos dari regu tembak.
"Mamaku hidup! Mamaku hidup!," teriak mereka kegirangan dini hari itu, seperti dikutip dari Washington Post, Kamis (30/4/2015).
Mary Jane adalah satu-satunya yang lolos dari eksekusi mati Rabu dini hari itu. Setidaknya hingga saat ini. 8 Lainnya tamat di Nusakambangan, termasuk 2 anggota sindikat Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Keputusan untuk tidak menyertakan perempuan 30 tahun itu dalam eksekusi mati diambil pada menit-menit terakhir. Setelah kabar yang menyebut perempuan yang diduga memasukkan heroin bernilai US$ 500 ribu ke tas Mary Jane, menyerahkan diri ke polisi Filipina.
Aparat Filipina kini sedang menyelidiki dugaan Mary Jane adalah korban trafficking. Kesaksiannya dibutuhkan untuk menuntaskan kasus itu.
Presiden Indonesia, Jokowi mengaku menghormati proses hukum di Filipina. "Itu alasan mengapa kita menunda eksekusi," kata Joko Widodo.
Apapun, kabar Mary Jane tak jadi dieksekusi disambut gembira sang ibu. "Keajaiban telah terjadi," kata Celia Veloso kepada radio DZMM. "Kami sangat gembira. Aku nyaris tak percaya anakku masih hidup."Â
Selanjutnya: Pernah Jadi Korban Pemerkosaan...
Advertisement
Pernah Jadi Korban Pemerkosaan
Pernah Jadi Korban Pemerkosaan
Masalah yang mendera Mary Jane Veloso berawal pada 2010, saat ia ditawari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Anaknya masih kecil-kecil, 1 bayi, 1 balita. Ia tak punya cukup uang untuk membesarkan mereka.
Mary Jane mengaku pernah menjadi korban pemerkosaan saat bekerja di Dubai. Ia pun kabur. Kala itu, perempuan itu butuh pekerjaan baru.
Seorang tetangga, Maria Cristina Sergio alias Kristina memberi informasi bahwa ada peluang jadi pembantu di Malaysia.
Saat ke Negeri Jiran, Mary Jane kecewa saat mengetahui posisi yang diincarnya telah penuh. Namun, ia mendengar, peluang lain ada di Indonesia.
Mary Jane ikut tetangganya ke Kuala Lumpur, di sana mereka tinggal selama beberapa hari. Kristina mengenalkannya pada 2 pria.
Pria-pria itu, kata Mary Jane, bersikap baik padanya. Membelikan baju-baju baru dan sebuah kopor. Ia awalnya curiga, kopor itu terasa berat meski dalam kondisi kosong. "Mungkin karena masih baru," kata pria-pria itu.
"Aku membuka semua resleting dan kantung di tas itu," tulis Mary Jane dari dalam penjara. "Semua kosong, aku sama sekali menemukan keanehan."
Saat kenalan barunya meminta ia terbang ke Indonesia. Mary Jane mengaku tak punya pilihan. Ia butuh pekerjaan. "Itu sangat penting bagiku dan anak-anakku," kata dia.
Namun, saat tiba di bandara di Indonesia. Alarm keamanan berbunyi. "Tubuhku terasa beku. Aku tak bisa bicara. Hanya bisa mengangis dan menangis."
Aparat lantas menggeledah tasnya itu. Ada jahitan mencurigakan di sana. Saat dibedah ditemukan 2,6 kilogeram heroin. "Aku langsung tahu, hidupku bakal berakhir."
Mary Jane ditangkap, divonis bersalah, dan dijatuhi hukuman mati. Sementara, Kristina melarikan diri.
Mary Jane lolos dari eksekusi Rabu dini hari setelah Kristina menyerahkan diri ke polisi. Namun, ia mengaku tak bersalah, meski terjerat kasus perdagangan manusia dan penipuan.
Selanjutnya: Kaesang, Tolong Selamatkan Ibu Kami...
Advertisement
Kaesang, Tolong Selamatkan Ibu Kami...
Kaesang, Tolong Selamatkan Ibu Kami...
Sejumlah tokoh sebelumnya telah berusaha meloloskan Mary Jane dari regu tembak. Presiden Filipina Benigno Aquino dan Manny Pacquiao, juara dunia tinju.
"Saya memohon dan mengetuk hati anda, Yang Mulia. Untuk mengampuni dia," kata Manny Pacquiao.
Dua putra Mary Jane tak ketinggalan, memohon pada Jokowi untuk mengizinkan ibu mereka hidup. Lewat putra Joko Widodo, Kaesang Pangarep.
"Kaesang, tolong selamatkan ibu kami. Tolong katakan pada ayah Anda, untuk tidak mengeksekusinya..."
Namun Presiden Jokowi kukuh. Ia mengatakan, eksekusi mati adalah penegakan hukum di Indonesia, yang sedang berperang lawan narkoba.
Meski hanya sementara, pembatalan eksekusi mati terhadap Mary Jane diapresiasi pihak Filipina.
"Kami mengepresiasi rasa keadilan mereka (pihak Indonesia) dalam menilai informasi baru yang kamu sampaikan. Juga pengertian mereka terhadap Mary Jane Veloso -- seorang perempuan yang merantau ke negeri orang, untuk memperbaiki nasibnya namun dimanfaatkan oleh sindikat kriminal," kata juru bicara Presiden Aquino Herminio Coloma.
Badan Antinarkoba Filipina atau Philippine Drug Enforcement yakin bahwa Mary Jane adalah korban perdagangan manusia di Malaysia yang menggunakan bandara Kuala Lumpur sebagai titik transit narkoba -- kebanyakan berasal dari China untuk diperdagangkan ke negara ini.
Para penyelundup seringkali memanfaatkan perempuan polos untuk membawa barang haram dengan menaiki pesawat penerbangan internasional yang tiba atau berangkat dari Kuala Lumpur. (Ein/Mvi)