Wabah MERS Korsel Tewaskan 29 Orang, Terbanyak di Luar Arab

Jumlah korban meninggal di Korea Selatan akibat virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) bertambah.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Jun 2015, 10:54 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2015, 10:54 WIB
Wabah MERS Korsel Telan 29 Nyawa, Terbanyak di Luar Arab
Warga Korsel mengenakan masker untuk mencegah penularan MERS. (Reuters)

Liputan6.com, Seoul - Jumlah korban meninggal di Korea Selatan akibat virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) bertambah. Kini, tercatat 29 orang meninggal, setelah dua pasien yang mengidap virus tersebut tutup usia.

"Total kasus menjadi 180 yang terinfeksi MERS, wabah yang terbesar yang terjadi di luar Arab Saudi. Semua kasus sudah ditelusuri ke pihak kesehatan," ungkap Kementerian Kesehatan Korea Selatan (Korsel) seperti dikutip Liputan6.com dari Reuters, Kamis (25/6/2015).

Dari jumlah itu, 29 orang di antara mereka meninggal dunia. Lalu 74 pasien dinyatakan pulih dan 77 lainnya masih menjalani perawatan.

Pasien meninggal pertama ialah seorang pria berusia 65 tahun yang terjangkit virus MERS di sebuah rumah sakit Kota Daejon. Dia didiagnosa menderita MERS pada 6 Juni lalu.

Adapun pasien kedua yang tak biasa bertahan ialah seorang perempuan berusia 70 tahun, yang merupakan kerabat seorang pasien MERS. Perempuan tersebut didiagnosa menderita MERS pada 22 Juni lalu.

Menurut Kementerian Kesehatan Korsel, jumlah pasien yang diketahui mengidap MERS sejak pasien pertama didiagnosa pada 20 Mei ialah 180 orang.

Di samping pasien yang positif terjangkit MERS, ada pula orang-orang yang masih dipantau kondisi kesehatannya di karantina. Sampai Kamis ini, diperkirakan jumlah orang yang dikarantina mencapai 2.642 orang.

Sementara 175 orang yang terkena virus MERS di Thailand kondisinya kini terus membaik. Demikian pernyataan yang disampaikan Kementerian Kesehatan Thailand.

MERS pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2012 dan sebagian besar kasusnya memang ada di Timur Tengah. Para ilmuwan tidak yakin tentang asal-usul virus itu, namun beberapa penelitian telah menghubungkannya ke hewan unta. (Tnt/Ein)
 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya