Pelaku Pembantaian di Tunisia Pakai AK-47 Berkedok Payung

Seifeddine Rezgui memuntahkan tembakan ke arah turis di pantai Tunisia. Sejauh ini, ia diduga pelaku tunggal.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 28 Jun 2015, 11:24 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2015, 11:24 WIB
Pelaku teror Tunisia, Seifeddine Rezgui
Pelaku teror Tunisia, Seifeddine Rezgui

Liputan6.com, Sousse - Suasana liburan di tepi pantai Sousse di Tunisia, Jumat 26 Juni 2015, berubah jadi petaka. Tragedi berawal saat seorang pria tiba-tiba menarik senapan Kalashnikov (AK-47) berkedok payung dan memuntahkan peluru ke arah para turis. Aksi brutalnya itu menewaskan sedikitnya 38 orang.

Seifeddine Rezgui atau Aby Yahya al-Qayrawani -- pelaku teror yang masih berusia 23 tahun -- lantas berjalan meninggalkan lokasi kejadian, sambil membawa granat di tangannya yang lain.

Saat melakukan pembantaian, mahasiswa teknik asal Tunisia itu menyamar sebagai turis. "Sikapnya sangat tenang saat melakukan serangan," demikian deskripsi para turis tentang Rezgui.

Pelaku teror Tunisia (SkyNews)


Identitas Rezgui terungkap dari foto yang diunggah organisasi teror ISIS -- yang juga mengaku bertanggung jawab atas serangan yang berawal dari pantai di luar Hotel Riu Imperial Marhaba.

Namun, tak jelas apa peran ISIS dalam insiden tersebut. Sejauh ini Rezgui diduga adalah pelaku tunggal.

Perdana Menteri Tunisia  Habib Essid mengatakan, Rezgui diketahui tak pernah ke luar negeri. Ia juga tak ada dalam daftar orang-orang 'berpandangan ekstrem' yang dimiliki kepolisian.

Situs Facebook yang diyakini milik pemuda asal Gaafour, yang berjarak sekitar 100 mil timur laut Sousse, menggambarkan sosoknya yang menyukai musik rap, penggemar klub sepakbola Real Madrid, dan -- ini yang mengkhawatirkan -- menyatakan dukungannya pada ISIS dalam sejumlah postingan.

Postingan terakhirnya diunggah pada Tahun Baru 2015. Isinya, "Semoga Tuhan mengeluarkanku dari dunia yang tak adil ini, membinasakan orang-orang yang ada di dalamnya, membuat mereka menderita. Mereka hanya mengingatmu saat kau sudah mati."

Dalam postingan lain ia menulis, "Jika jihad adalah kriminalitas. Maka dunia harus tahu bahwa aku adalah seorang kriminal."

Sejumlah saksi mata mengaku mendengar suara tawa Rezgui saat ia menarik senapan dan menargetkan para wisatawan. Kebanyakan korban berasal dari Inggris, lainnya dari Jerman, Belgia, Irlandia, dan Prancis.

"Ia tertawa dan bercanda, laiknya pria normal," kata salah satu saksi seperti dimuat News.com.au, Minggu (28/6/2015).

Rezgui diduga memilih korbannya. "Kepada sejumlah orang ia berkata 'pergi dari sini'. Ia memilih turis dari Inggris, Prancis," tambah saksi.

Pernyataan ISIS di media sosial menyebut, para korban berasal dari negara-negara yang menggempur ISIS di Timur Tengah.

Sejumlah tukang bangunan mencoba menghentikan aksi Rezgui dengan cara melemparkan kantong semen dan bata ke arahnya yang sedang memberondongkan tembakan. Setelah penyerangan, pelaku terlihat berjalan dengan senapan tersandang di bahunya.  

Pelaku teror Tunisia, Seifeddine Rezgui (Sky News)


Dari pantai, penembakan berlanjut di area kolam renang hotel dan lobi. Pembantaian baru berakhir setelah pelaku ditembak mati di area parkir. Ibu dan ayah Rezgui kini sedang dalam penyelidikan polisi.

Selanjutnya: 3 Teror, 3 Negara, 3 Benua...

3 Teror, 3 Negara, 3 Benua

3 Teror, 3 Negara, 3 Benua

Korban terbanyak dalam kasus pembantaian di Tunisia berasal dari Inggris: 15 orang. Dikhawatirkan jumlahnya akan bertambah.

Olivia Leathley dari Manchester mengatakan, ia dan kekasihnya mendengar suara ledakan granat dan berondongan peluru. "Ratusan orang berlari dan berteriak dari arah pantai," kata dia.

Sementara, Rebecca Smith (22) dari  Coventry mengatakan, ia dan kekasihnya Ross Thompson (21) sempat bertemu muka dengan pelaku yang kemudian melemparkan granat ke arah mereka.

Pelaku teror Tunisia, Seifeddine Rezgui (Sky News)

"Koridor itu lalu meledak... Kami terpisah... Aku tak tahu apakah kekasihku masih hidup atau sudah tewas," kata dia kepada Sky News.

Smith lalu lari ke toilet staf hotel. Mengunci diri bersama seorang perempuan yang membawa putranya. Dalam panik mereka hanya bisa berharap. "Kami berharap yang terbaik, selamat dari pertumpahan darah di koridor itu."

Pembantaian di kota resort Sousse terjadi beberapa bulan setelah teror di Museum Nasional Bardo di Ibukota Tunis yang menewaskan 22 orang pada 18 maret 2015.

Selain Tunisia, 2 insiden teror juga terjadi di 2 negara lain: Prancis dan Kuwait.

Serangan teror di masjid di Kuwait (Reuters)



Insiden penembakan di Tunisia nyaris bersamaan dengan peledakan sebuah masjid Syiah di Kuwait dan penyerangan di perusahaan milik AS di Prancis yang juga diperparah dengan insiden pemenggalan.

Total, insiden yang terjadi di 3 benua -- Afrika, Asia, dan Eropa -- setidaknya merenggut 66 nyawa. (Ein/Ndy)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya