2 Ribu Imigran Gelap Memasuki Inggris Lewat Terowongan Channel

2.000 pendatang gelap yang 'berkemping' di Calais, Perancis mencoba masuk terowongan Channel menumpang kereta super cepat menuju Inggris.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 29 Jul 2015, 12:38 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 12:38 WIB
2000 Ilegal Migran Mencoba Masuk Inggris Lewat Terowongan Channel
Terowongan Channel di Calais, Prancis (AFP)

Liputan6.com, Calais - Lebih dari 2.000 pendatang gelap mencoba memasuki Terowongan Channel menuju Inggris melalui Prancis.

"Sekitar 2.100 orang mencoba memasuki terowongan saat menjelang tengah malam, Selasa 28 Juli 2015. 1.900 orang dapat dihalau mundur keluar pagar terowongan, sementara 200 lainnya ditahan," kata polisi lokal Calais kepada Reuters yang dikutip Rabu (29/7/2015).

"Ini adalah jumlah terbesar para pendatang gelap mencoba masuk dalam satu setengah bulan terakhir," kata juru bicara Eurotunnel --operator kereta sebagai transportasi di terowongan, dikutip dari France24.

Terowongan Channel dibuka tahun 1994 menghubungkan Pelabuhan Calais, Prancis dan Pelabuhan Kent, London bawah air . Chunnel -- nama panggilannya -- adalah terowongan kereta api bawah laut terpanjang di seluruh dunia.

Pelabuhan Calais menghadapi persoalan migran di beberapa tahun terakhir. Mereka datang dan mendirikan tenda di dekat pelabuhan, setelah berhasil keluar dari negara-negara tujuan. Kebanyakan mereka berasal dari Suriah, Libya, dan Eritrea.

Pemerintah Inggris memperkirakan naiknya jumlah migran di Calais dari 3.000 menjadi 5.000.

Otoritas keamanan Inggris menahan dan mengembalikan 8.000 orang yang mencoba memasuki negara Ratu Elizabeth dengan menyeberang lewat Channel, selama periode Juni dan Juli tahun 2015. Demikian diungkap Kementerian Dalam Negeri Inggris.

Paris-London Meradang

'Perkampungan' migran di Calais telah membuat hubungan Inggris dan Prancis meradang dan saling menyalahkan satu sama lain, karena dianggap tidak bisa menanggulangi krisis.

Walikota Calais, Natacha Bouchart mengancam akan menutup pintu pelabuhan apabila Inggris tidak melakukan tindakan apapun dalam menghadapi masalah ini. Juru bicara Eurotunnel mengatakan bahwa isu ini harus diselesaikan oleh kedua belah pihak.

"Calais sendiri tidak bisa menahan laju kedatangan migran. Pemerintah harus segera turun tangan."

"Pemerintah Inggris dan Perancis akan bekerja sama mengatasi masalah yang menjadi pengganjal antara kedua negara," kata Menteri Dalam Negeri Inggris, Theresa May.

Para migran gelap yang bersiap 'menumpang' kereta dengan menyebrangi pagar. (AFP)

Theresa mengatakan bahwa kedatangan para migran ke Calais tidak lepas dari 'kelompok geng penyelundup manusia'.

Kedua belah negara juga akan bersumpah untuk mengembalikan mereka yang kebanyakan berasal dari Afrika Barat. "Ini membuat jera mereka yang berpikir dengan cara ini bisa masuk dan tinggal di Eropa," tambah Theresia.

Pemerintah Konserfatif mengumumkan penambahan dana sebesar 7 juta poundsterling atau sekitar Rp 147 miliar untuk keamanan di pintu masuk Coquelles, Prancis. Eurotunnel juga membuat pagar permanen agar tidak ada satupun manusia yang berhasil menerobos terowongan.

"Pagar-pagar kami rusak. Untungnya tidak ada satupun kereta rusak," kata juru bicara Eurotunnel.

(Rie/Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya