Bentrok di Partai, PM Yunani Mundur

Pengunduran diri PM Yunani berhaluan kiri itu terjadi di tengah pergolakan dalam partainya yaitu Syriza.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 21 Agu 2015, 07:31 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2015, 07:31 WIB
Baru 7 Bulan Menjabat, PM Yunani Mundur
PM Yunani Alexis Tsipras. (Reuters)

Liputan6.com, Yunani - Baru 7 bulan menjabat sebagai Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras menyatakan mundur pada Kamis 20 Agustus 2015 waktu setempat. Ia kemudian menyerukan pemilu dini untuk digelar pada 20 September mendatang.

"Saya ingin menyerahkan semua yang telah saya lakukan kepada rakyat Yunani sehingga mereka bisa memilih lagi," kata Tsipras lewat pidato televisi seperti dikutip VOA News, Jumat (21/8/2015).

Berita mundurnya Tsipras yang menganggap dirinya gagal dalam memimpin, telah disampaikan kepada Presiden Prokopis Pavlopoulos. Seperti diberitakan Reuters.

"Aku ingin jujur ​​dengan kalian. Kami tidak mencapai kesepakatan seperti yang kami harapkan sebelum pemilihan pada Januari lalu," kata dia kepada orang-orang Yunani.

Keputusan Tsipras memperdalam ketidakpastian politik pada hari Yunani mulai menerima dana di bawah 86 miliar euro (US$ 96 miliar) program bailout, lima tahun setelah pemerintah sebelumnya mengambil bailout pertama dari zona euro dan IMF.

Pengunduran diri tokoh berhaluan kiri itu terjadi di tengah pergolakan dalam partainya, yaitu Syriza. Banyak anggota partai berkuasa itu marah lantaran Tsipras melanggar janji kampanyenya untuk mengakhiri kebijakan penghematan yang dituntut pihak kreditor asing.

Lewat pemilu dini, Tsipras berharap pemilih Yunani tetap mempercayainya dan memberinya kursi lebih banyak di parlemen.

Setelah debat berbulan-bulan, Tsipras mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa, Bank Sentral Eropa dan Dana Moneter Internasional untuk menaikkan pajak dan memangkas dana pensiun. Kesepakatan itu memberi Yunani dana talangan lagi sebesar US$ 95 miliar, yang ketiga dalam 5 tahun ini.

Yunani terkena dampak besar karena industri utamanya, perkapalan dan pariwisata, sangat sensitif terhadap perubahan siklus bisnis. Akibatnya, utang negara ini menumpuk dengan cepat. (Tnt/Ans)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya