Liputan6.com, Beijing - Kereta cepat China Railway Highspeed (CRH) melaju kencang di atas rel. Dari Beijing South Railway Station menuju Shanghai Hongqiao Railway Station.
Laju kereta dipacu hingga lebih dari 300 km per jam. Dari jendela, pemandangan pun berganti 'sekedip mata': ramainya ibukota Tiongkok, wilayah pinggiran yang terus membangun, pegunungan dengan deretan cemara, diselingi kegelapan saat rangkaian gerbong melewati terowongan.
Advertisement
Kemudian, kereta cepat itu melintasi Sungai Yangtze hingga akhirnya rangkaian gerbong tersebut berhenti di tujuan.
Pemandangan lebih fantastis bisa disaksikan dari ruang kemudi, di bagian paling depan, ketika masinis mengendalikan kereta di atas rel yang membentang panjang dengan kecepatan super.
Juga ketika armada China Railway Highspeed itu menembus gelap menuju terang di ujung terowongan.
"Normalnya, penumpang tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan kemudi," kata Bai Lingyan dari Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok di Jakarta, Sabtu 22 Agustus 2015 kepada rombongan media dari Indonesia.
Seperti apa pemandangan dari jendela masinis kereta cepat Tiongkok? Saksikan video di bawah ini:
Dengan kereta cepat China Railway Highspeed (CRH), 2 kota utama di Tiongkok, Beijing-Shanghai yang dipisahkan jarak 1.318 kilometer -- lebih jauh dari jarak Jakarta-Surabaya yang 725 kilometer -- bisa ditempuh dalam waktu 4 jam 48 menit.
Padahal, sebelumnya, butuh waktu 11 jam 41 menit.
Keberadaan kereta cepat telah mengubah lanskap sistem transportasi di negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia itu. Juga membawa perubahan di bidang ekonomi dan sosial.
"Bagi masyarakat Tiongkok, ikatan kekeluargaan dan persahabatan adalah hal yang sangat penting. Namun, seringkali jarak menjadi penghalang utama," kata Deputy Chief Engineer China Railway, Zhao Guotang kepada Liputan6.com.
Warga di negara yang luasnya lebih dari 9,5 juta kilometer persegi itu, kerap berpisah jauh dari keluarganya demi mencari penghidupan. "Sistem transportasi yang baik, akan mendekatkan jarak yang ada," tambah dia.
Kepala keluarga yang bekerja jauh dari rumah, bisa pulang pada akhir pekan untuk bertemu keluarganya.
Zhuo menambahkan, untuk mengangkut banyak orang, tiap unit kereta CRH dilengkapi 16 gerbong. "Dengan rekor kecepatan maksimal 486,1 km per jam," kata dia.
Dalam sehari, kereta cepat Beijing-Shanghai bisa mengangkut 312 ribu manusia. "Puncaknya 30 April lalu, saat libur nasional, ada 489 ribu orang yang terangkut."
China terus memperluas jaringan kereta apinya. Tahun ini akan dibangun 8.800 rel. Sebanyak 2.813 untuk kereta cepat, sementara lainnya untuk kereta konvensional.
Yakin dengan pengalamannya itu, Tiongkok menawarkan kerja sama dengan Indonesia, dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Dengan iming-iming waktu pembangunan yang hanya 3 tahun.
Namun, China tidak sendirian. Jepang juga mengincar proyek yang sama. Berbekal pengalaman mengoperasikan kereta Shinkasen selama puluhan tahun.
Dalam waktu dekat, pemerintah Indonesia akan memutuskan siapa yang berhak menggarap proyek kereta cepat pertama di Tanah Air: Jepang atau China.
"Keputusannya dalam dua minggu. Ini saya sudah diperintahkan me-review. Kemungkinan kita review sendiri dengan masukan dari pihak luar," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, Selasa 11 Agustus 2015.
Nantikan video wawancara khusus selanjutnya Liputan6.com dari dalam kereta cepat Tiongkok. (Ein/Tnt)
Baca Juga:Â
Kereta Cepat Jakarta-Bandung, China Janjikan 60% Komponen Lokal
Canggihnya Kereta Cepat China, Jakarta-Bandung Hanya 36 Menit