Korban Ledakan Bom Kembar Turki Mencapai 95 Orang

Data resmi itu lebih rendah dari jumlah lansiran Turki Medical Association. Mereka mencatat ada 97 orang yang meninggal.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 11 Okt 2015, 08:34 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2015, 08:34 WIB
Bom Turki
Puluhan orang tewas akibat 2 ledakan yang mengguncang di dekat stasiun kereta api di Ankara, Turki, menjelang demonstrasi kelompok kiri. (www.bgnnews.com)

Liputan6.com, Ankara - Dua bom kuat meledak di dekat stasiun kereta api di Ankara sekitar pukul 10.00 waktu setempat, Sabtu 10 Oktober 2015. Ledakan itu terjadi tepatnya di dekat lokasi aksi damai sebuah kelompok yang menuntut diakhirinya konflik berdarah antara separatis Kurdi, Partai Pekerja Turki (PKK), dengan tentara pemerintah.

Ledakan bom kembar ini menewaskan paling tidak 95 orang dan melukai 246 orang lainnya. Ledakan ini disebut sebagai serangan paling mematikan di Ibukota Turki dalam sejarah negara yang melewati dua benua, Asia dan Eropa itu.

Jumlah korban yang diumumkan oleh staf perdana menteri itu lebih rendah dari data lansiran oleh Turki Medical Association. Lembaga tersebut mencatat 97 orang tewas dan lebih dari 400 orang luka-luka. Sementara, staf perdana menteri mengatakan ada 48 korban dalam perawatan intensif.

Namun, belum ada keterangan soal perbedaan jumlah itu, sebut CNN.

Mayoritas korban merupakan demonstran yang menyerukan diakhirinya konflik baru antara separatis Kurdi, PKK dan pemerintah Turki.

Seperti dilansir BBC, Sabtu (10/10/2015), rekaman gambar TV memperlihatkan kepanikan dan orang-orang bergelimpangan di jalan berlumuran darah, di antara papan-papan protes mereka.

Pemerintah sedang menyelidiki kemungkinan adanya bom bunuh diri dalam serangan yang paling besar dalam sejarah Turki modern ini.

Ada sekitar 14.000 orang tengah berada di kawasan itu saat bom meledak.

"Total 97 orang telah dibunuh, 68 di antaranya meninggal tepat setelah ledakan itu, sedangkan 29 dari mereka terluka parah dan dikirim ke rumah sakit, namun mengembuskan napasnya kemudian," kata dr Huseyin Demirdezen, Kepala Dewan Turki Medical Association. (Bob/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya