Ledakan Kembar di Turki Diduga Bom Bunuh Diri

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu telah melontarkan pernyataan tersebut dalam pidatonya di televisi nasional negara itu.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 11 Okt 2015, 10:08 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2015, 10:08 WIB
Bom Turki
Puluhan orang tewas akibat 2 ledakan yang mengguncang di dekat stasiun kereta api di Ankara, Turki, menjelang demonstrasi kelompok kiri. (AP/www.independent.co.uk)

Liputan6.com, Ankara - Bom kembar meledak di dekat stasiun kereta api di Ankara sekitar pukul 10.00 waktu setempat, Sabtu 10 Oktober 2015. Ledakan itu diduga terjadi tepatnya di dekat lokasi aksi damai sebuah kelompok yang menuntut diakhirinya konflik berdarah antara separatis Kurdi, Partai Pekerja Turki (PKK), dengan tentara pemerintah.

The Guardian melansir Pemerintah Turki menyebut ledakan tersebut merupakan serangan bom bunuh diri. Namun, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas teror itu.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu juga telah melontarkan pernyataan tersebut dalam pidatonya di televisi nasional negara itu, seperti yang diberitakan CNN.

Pemerintah setempat menyebut 95 orang tewas dalam ledakan tersebut. Sementara, Turki Medical Association mencatat 97 orang tewas dan lebih dari 400 orang luka-luka dalam kasus itu.

Ledakan bom kembar itu terjadi 3 pekan menjelang pemilihan umum nasional.

Sebuah video di media sosial menunjukkan sejumlah muda menari dan menyanyi sebelum ledakan oranye meletus di belakangnya. Mereka merupakan demonstran yang menggelar aksi damai di lokasi ledakan. Rekamam berakhir dengan kerumunan melarikan diri dari ledakan itu.

Sebelumnya, 2 bom meledak di dekat stasiun kereta api di Ankara sekitar pukul 10.00 waktu setempat, Sabtu 10 Oktober 2015. Ledakan itu terjadi tepatnya di dekat lokasi aksi damai sebuah kelompok yang menuntut diakhirinya konflik berdarah antara separatis Kurdi, Partai Pekerja Turki (PKK), dengan tentara pemerintah.

Kedua bom tersebut memiliki daya ledak tinggi. Akibatnya, hampir 100 orang tewas dalam ledakan itu. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah. (Bob/Rie)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya