Liputan6.com, Jakarta - 26 Oktober 1979 menjadi hari terakhir bagi Presiden Korea Selatan Park Chung Hee menghembuskan nafasnya. Pada hari itu, dia tewas secara tragis: ditembak anak buahnya sendiri, yang merupakan Kepala Badan Intelijen Korsel Kim Jea Kyu.
Insiden penembakan ini terjadi di markas Badan Intelijen Korsel. Ketika itu, Park Chung Hea dan Kim Jea Kyu sedang makan malam sekaligus rapat membicarakan arah kebijakan pemerintahan terhadap kubu oposisi.
Baca Juga
Pertemuan itu merupakan perjamuan yang dipersembahkan Kim Jea Kyu sebagai bawahan kepada atasannya, Presiden Park Chung Hee. Namun tragis, sua petinggi negara tersebut berakhir penembakan berdarah.
Advertisement
Berdasarkan pernyataan resmi pemerintah Korsel, awalnya sang Presiden dan Badan Intelijen berdiskusi dengan baik. Tak ada ketegangan. Namun beberapa menit kemudian terjadi perdebatan sengit antara penanggungjawab keamanan Presiden, Cha Chi Chul dengan Kim Jea Kyu.
Sang Kepala Negara Park Chung Hee mencoba turun tangan dan mencoba mendamaikan perseteruan Cha Chi Chul dengan Kim Jea Kyu. Alih-alih mereda, konflik makin meracau.
Hingga akhirnya, Kim Jea Kyu mengeluarkan pistol dan melepaskan tembakan ke arah Cha Chi Chul. Namun malah Presiden yang jadi sasaran. Kepala Negara langsung dilarikan ke rumah sakit militer. Namun nyawanya tak terselamatkan.
Selain Presiden Park Chung Hee, lima orang lain juga tewas terkena peluru, termasuk beberapa bodyguard si presiden. Demikian yang dimuat BBC on This Day.
Saat proses pemakaman, ribuan warga Korsel turun ke jalan sebagai ungkapan rasa turut berduka. Ada juga sekelompok warga yang memilih untuk berdemonstrasi agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
Semasa hidupnya, Pak Chung Hee dikenal sebagai presiden yang tegas, terutama dalam menanggapi berbagai ancaman negara tetangga dan serumpun yang menjadi musuh buyutan: Korea Utara.
Dalam rekonstruksi penembakan, beberapa bulan kemudian, Kim Jea Kyu memeragakan aksinya. Pertama-tama, ia melepaskan tembakan ke arah ajudan Presiden Park. Kemudian peluru dihujam ke arah Park sebanyak dua kali.
Kemudian terungkap pula bahwa penembakan ini tidak hanya melibatkan Kim seorang diri, tapi juga empat agen Badan Intelijen Korsel lainnya. Kim dan tersangka lainnya dijatuhi hukuman mati.
Sebelum insiden ini, Presiden Park Chung Hee sempat menjadi target pembunuhan pada Agustus 1974. Saat itu, ia masih beruntung tak terkena tembakan, ketika sedang menyampaikan pidato. Namun istri sang presiden tewas tertembus peluru.
Sejarah lain mencatat pada 26 Oktober 2010, terjadi letusan Gunung Merapi yang mengakibatkan puluhan warga Yogyakarta, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan, tewas karena tertimpa awan panas. (Ali/Dan)