Penyidik Palestina Kantongi Identitas Pembunuh Yasser Arafat?

Tim investigator Palestina menyesalkan keputusan Pengadilan Prancis yang menutupi kasus kematian pemimpin legendaris itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 12 Nov 2015, 08:52 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 08:52 WIB
Penyidik Palestina Kantongin Identitas Pembunuh Yasser Arafat
Penyidik Palestina Kantongin Identitas Pembunuh Yasser Arafat. (Reuters)

Liputan6.com, Ramallah Kepala tim investigasi dari Palestina tetap mencari sebab kematian Yasser Arafat. Pada Rabu, 11 November 2015, mereka kembali menuduh Israel sebagai dalang pembunuhan pemimpin legendaris itu di sebuah rumah sakit di Paris.

Pernyataan tersebut diluncurkan saat Palestina memperingati 11 tahun kematian Arafat dan 2 bulan setelah juri Prancis memutuskan menutup investigasi kematiannya tanpa memberi satu pun nama untuk ditindaklanjuti.

"Komite kami sudah punya bukti nama pembunuh mantan presiden kami, Yasser Arafat," kata Tawfiq Tirawi, kepala tim investigator, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu, 11 November 2015.

"Dan, Israel bertanggung jawab," ujarnya tanpa memberikan detil lebih lanjut.

"Kami masih perlu waktu untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya tentang pembunuhan ini," ujarnya lagi.

Arafat meninggal di rumah sakit militer Percy di dekat Paris saat berusia 75 tahun pada 8 November 2004.

Sebelumnya, ia dilaporkan mengidap kelainan darah dan mengalami stroke. Belakangan istri Arafat, Suha, meyakini sang suami meninggal akibat diracun. Pasalnya, ditemukan elemen radio aktif bernama polonium-210 pada sejumlah barang-barang pribadi Arafat.

Setelah hampir 16 tahun penyelidikan, pada September lalu otoritas Prancis menyatakan menghentikan upayanya menguak penyebab kematian misterius Arafat.

"Polonium tak terbukti meracuni Arafat, sehingga mereka tak melanjutkan investigasi," kata sejumlah jaksa di Nanterre, dekat Paris, melalui sebuah pernyataan setelah dilakukan tes di Swiss, seperti dikutip dari BBC, Kamis, 3 September 2015. 

Pernyataan itu sejalan dengan ucapan salah seorang jaksa Prancis pada awal tahun ini yang mengatakan bahwa sampel polonium merupakan gejala alam.

Pada Agustus 2012, pemerintah Prancis menyetujui dimulainya penyelidikan atas dugaan pembunuhan pada meninggalnya Arafat. Lalu pada November 2012, makam Arafat dibongkar dalam rangka penyelidikan forensik.

Setahun kemudian, laporan forensik dari Vaudois University Hospital Centre (CHUV) di Swiss mengatakan tes yang dilakukan pada jenazah menunjukkan kandungan polonium-210 yang cukup tinggi, sehingga diduga kuat Arafat diracuni.

Banyak warga Palestina dan lainnya percaya bahwa Israel meracuni Arafat. Namun Israel sejauh ini membantah terlibat. Jandanya, Suha Arafat, mengajukan banding atas putusan otoritas Prancis tersebut. (Rie/Mut)**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya