Liputan6.com, Serbia - Polisi Serbia dilaporkan menangkap pria berpaspor Suriah yang memiliki kesamaan dengan paspor yang ditemukan di dekat jasad salah satu bomber Paris. Hal itu dikemukakan oleh pihak kepolisian kepada The Guardian, Selasa (17/11/2015).
Identitas itu disebut-sebut memiliki kesamaan nama dan detail, namun fotonya berbeda dengan paspor yang ditemukan di dekat bomber yang meledakkan diri di Stade de France.
Otoritas Serbia yakin paspor keduanya palsu. Namun mereka akan bekerja sama dengan penyidik Prancis mencari siapa pemilik identitas itu.
Advertisement
Polisi Prancis menemukan paspor dengan nama Ahmad Almohammad, 25 tahun, dekat dengan jasad salah satu bomber yang menyerang stadion nasional Prancis pada Jumat 13 November 2013.
Pada 7 Oktober, seorang pria menggunakan paspor dengan identitias itu sampai di Pulau Lerors di Yunani. Ia terdaftar sebagai salah satu pencari suaka. Lalu, ia menuju Serbia dan Kroasia sebelum memasuki Prancis.
Namun, pada Sabtu 15 November, seorang pria yang berbeda menggunakan paspor yang berdetil sama, ditemukan di sebuah kamp pengungsi di Presovo. Hal itu diberitakan oleh Blic, sebuah koran Serbia.
Polisi Serbia percaya bahwa kedua paspor itu palsu dan pernah terdaftar di perbatasan Suriah dan Turki. Menurut sumber Serbia, Otoritas Prancis telah mengkontak mereka untuk memberikan seluruhdetil pengungsi yang masuk ke Prancis.
Otoritas Serbia juga telah berkomunikasi dengan otoritas Bosnia dan Republik Srpska untuk memonitor kegiatan simpatisan ISIS di desa Gronja Maocha Bosnia.
"Akan ada kemungkinan mentransfer teroris dari Wina ke seluruh Eropa. Setelah kita tahu apa yang terjadi di Paris," kata sumber itu kepada The Guardian.
Sayangnya, otoritas Prancis belum mengkonfirmasi kesamaan sidik jari dari pria yang terdaftar sebagai Almohammad di Leros dengan jasad bomber.
Baca Juga
'Bomber Alhmohammad' diyakini menuju Macedonia setelah terdaftar di Yunani. Pada 7 Oktober, dia terdaftar di Presovo-Serbia dengan status pencari suaka. Pada 8 Oktober, dia terdaftar di Patovac, Kroasia. Ia berada di Kroasia selama 6 jam, lalu ia menyebrang ke Hungaria dan Austria.
TV nasional Serbia, RTS mengatakan bahwa Slovenia dan Austria setuju untuk menutup perbatasan mereka. Media-media Prancis juga menyerukan kepada pemerintahnya agar segera menutup perbatasan dan menolak penambahan pengungsi.
Beberapa Gubernur di Amerika Serikat juga menyerukan hal yang sama. Padahal, Presiden AS, Barack Obama mengatakan bahwa ia berharap menerima 1.000 pengungsi Suriah ke AS 12 bulan yang akan datang.
"Orang-orang yang meninggalkan Suriah adalah mereka yang paling parah terkena serangan oleh teroris. Mereka adalah orang-orang paling rentan yang menerima konsekuensi perang sipil. Mereka adalah orang tua. Mereka anak-anak, mereka yatim piatu," ujar Obama.
Itu penting... Jadi, kita jangan menutup pintu hati kita buat mereka hanya karena ulah teroris. Jangan pernah menyamakan bahwa mereka pengungsi sama dengan teroris," tegas Obama di sebuah konfrensi pers di G20 Turki pada Senin 16 November lalu. (Rie/Tnt)