27-11-1810: 'Hoax' Ini Bikin Nyonya Kaya di London Kalang Kabut

Makanan, perabotan, furnitur, dokter, pengacara, pendeta, wali kota bahkan peti mati berdatangan ke rumah mewah 54 Berners Street.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 27 Nov 2015, 06:03 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2015, 06:03 WIB
Kericuhan menimpa sebuah rumah mewah di 54 Berners Street. Gara-gara hoax
Kericuhan menimpa sebuah rumah mewah di 54 Berners Street. Gara-gara hoax (Wikipedia)

Liputan6.com, London - Pada tahun 1810, London adalah kota terbesar dan termakmur di dunia. Ibu kota Inggris tersebut menjadi perlintasan perdagangan antarbenua, karena disokong perindustrian yang maju di kota-kota seperti Liverpool dan Manchester.

Hampir semua barang bisa didapat di toko-toko yang menjamur di seantero kota. Pada 27 November 1810 nyaris semua penjual mengirimkan barang ke satu alamat: 54 Berners Street. Rumah besar dan mewah milik Nyonya Tottenham di salah satu kawasan paling elit di London.

Pada pukul 05.00 pagi hari, kekacauan bermula. Seperti dikutip dari situs Today I Found Out, pembersih cerobong asap yang kali pertama datang. Pembantu yang membuka pintu bingung bukan kepalang, mereka tak pernah meminta jasanya.

Dalam beberapa menit kemudian, 12 tukang sapu cerobong datang silih berganti. Mereka semua diminta pergi.

Kemudian, giliran pekerja pembawa gerobak penuh arang yang menghampiri. Lalu, kereta penuh furnitur datang. Pun dengan petugas pemakaman yang menggotong peti mati.

Tak sampai di situ. Sejumlah pedagang kue mengirim kue tart pernikahan yang dibuat khusus, lalu beberapa juru masak tiba untuk mengirim total sebanyak 2.500 kue rasberry.

Menyusul kemudian, sekumpulan dokter, pengacara, tukang kebun, penjual ikan, dokter gigi, penjual barang kelontong, pendeta, pembuat sofa, karyawan pabrik karpet, sales rambut palsu atau wig, pedagang barang antik, petugas optik, penyuling minuman keras, dan pengrajin sepatu juga menghampiri.

Mereka semua menawarkan jasa atau membawa pesanan dalam jumlah besar untuk si Nyonya Tottenham itu. Tak ada yang mengira pesanan atas namanya palsu belaka.

"Nyonya, jalanan penuh pedagang," kata seorang penjual seperti dikutip dalam buku 'An Historical Sketch of the Art of Caricaturing' karya James Peller Malcolm.

"Ya Tuhan...," Nyonya Tottenham pun panik. "Mengapa bisa seperti ini. Aku tak memesan apapun dari kalian. Aku tak tahu apa-apa. Demi Tuhan, jangan menyiksaku seperti ini."

Itu terjadi sepanjang hari, tanpa ada yang tahu mengapa.

Pada suatu ketika selusin piano dikirim ke muka rumah. Kemudian enam orang menggotong alat musik organ besar.

Akhirnya, sejumlah orang penting ikut-ikutan datang, termasuk Gubernur Bank Inggris, Duke of York, Uskup Agung Canterbury, Walikota London, Ketua Mahkamah Agung, sejumlah menteri, dan para petinggi East India Company.

Orang-orang menyemut di area dekat 54 Berners Street. Tengah hari, jalanan di London macet berat. Beberapa blok di sekitar TKP dipenuhi mereka yang mengirim barang ke rumah Nyonya Tottenham dan orang-orang yang penasaran.

Ini Biang Keladi Kekacauan

Segala kekacauan yang bikin repot bermula dari perbuatan iseng.

Kala itu penulis terkenal Inggris, Theodore Hook dan rekannya sesama penulis sekaligus arsitek Samuel Beazley bertaruh.

Taruhannya: ia bisa membuat sebuah rumah di London menjadi yang paling terkenal di London. Dan ia memilih rumah Nyonya Tottenham di 54 Berners Street, London.

Mengapa rumah itu yang dipilih? Hook tak pernah mengungkapkannya.

Mungkin, karena kamar di rumah di depannya bisa disewa, agar kedua orang iseng itu bisa memantau akibat dari perbuatan mereka.

Atau karena kawasannya yang elit dan terkenal, yang meyakinkan para penjual untuk mengirim barang mereka.

Hock mengirimkan sekitar 4.000 surat ke sejumlah pedagang, pengusaha, kalangan profesional, bahkan pejabat penting untuk datang ke rumah korbannya.

 

Kericuhan di 54 Berners Street adalah hasil perbuatan iseng Theodore Hook (Wikipedia)


Walikota London mengaku datang karena menerima surat dari 'Nyonya Tottenham', yang mengatakan ia di ambang kematian dan meminta pejabat itu menjadi saksi wasiatnya.

Saat menyadari semua yang ada di sana korban dari lelucon parah, ia pun mendatangi polisi.

Polisi diminta turun tangan, menenangkan massa yang marah, terutama para pengusaha yang murka karena Nyonya Tottenham tak mau membayar dagangan mereka. Apalagi, barang-barang mereka rusak akibat kericuhan itu.

Malam hari, setelah orang-orang balik kanan, Hook dan Beazley baru keluar dari rumah yang mereka sewa. Pulang.

Baru dua tahun kemudian pengakuan terlontar dari bibirnya. "Aku pelakunya," kata dia. Meski menyebabkan kekacauan dan kerugian, ia tak dikenai dakwaan kriminal.

Kini, rumah Nyonya Tottenham di 54 Berners Street telah dirubuhkan, digantikan Five Star Sanderson Hotel.

Selain kejadian di Inggris, sejumlah peristiwa penting mewarnai tanggal 27 November. Pada 1895, Alfred Nobel menandatangani wasiat yang memulai penganugerahan Penghargaan Nobel di Swedish-Norwegian Club di Paris.

Pada 1989, bom meledak di pesawat Avianca Airlines Penerbangan 203, 5 menit setelah bertolak dari Bandara Internasional  El Dorado di Bogota, Kolombia.

Sebanyak 107 orang di dalamnya tewas, 3 korban jiwa lainnya adalah mereka yang ada di darat, karena tertimpa puing pesawat.

Pablo Escobar, bos kartel narkoba Medellin adalah pelakunya. Ia berniat membunuh kandidat presiden dalam Pemilu 1990, Cesar Gaviria Trujillo.

Namun, targetnya tak ada dalam daftar korban tewas. Ia tak di pesawat nahas itu. Bahkan kemudian jadi Presiden Kolombia. (Ein/Dms)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya