Warga Irak Rayakan Maulid Nabi dan Natal di Tengah Kepungan ISIS

Keriaan terasa di pusat kota Baghdad, di mana sebuah pohon natal berdiri tegak di tengah alun-alun, kendati was-was dengan ISIS.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Des 2015, 12:12 WIB
Diterbitkan 24 Des 2015, 12:12 WIB
Warga Irak Rayakan Maulid Nabi dan Natal di Tengah Kepungan ISIS
Warga Irak Rayakan Maulid Nabi dan Natal di Tengah Kepungan ISIS (Reuters)

Liputan6.com, Baghdad - Hari Natal dan kelahiran Nabi Muhammad pada tahun ini jatuh di hari yang sangat berdekatan. Kota Baghdad pun merayakannya dengan penuh keriaan. Tali persaudaran terasa erat di kamp-kamp pengungsi.

Kembang api akan meletup di sepanjang Sungai Tigris. Sementara pohon Natal berdiri tegak di Taman Zawraa, alun-alun Kota Bagdhdad.

Di kamp pengungsi Zayuna, di timur kota itu, anak-anak mendengar lagu-lagu natal dan menari dengan Sinterklas diiringi lagu-lagu Irak.

Kendati merasa bersyukur bisa merayakan Natal, sebagian besar warga Nasrani Irak merasa sulit kondisi negara itu bisa kembali kondusif seperti dahulu lagi. Kaum minoritas terasa terasing di tanah yang mereka telah diami selama turun temurun 2.000 tahun. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ISIS mengepung negeri itu.

"Aku melihat orang-orang non-Nasrani memeluk kami mengucapkan selamat natal. Teman-teman di Facebook mengucapkan selamat natal. Sungguh bahagia semua merayakannya meskipun ISIS ada di sekitar kami," kata Mariam, guru sekolah dasar di Baghdad kepada Reuters, Kamis (24/12/2015).

Kendati demikian ia masih merasa khawatir. Nasib Nasrani sebagai minoritas di Irak makin suram, sementara negara itu dalam cengkraman terorisme.

"Umat Kristen yang meninggalkan Irak tidak pernah bermimpi untuk kembali lagi. Bahkan beberapa dari mereka meminta kami yang masih bertahan di sini untuk segera meninggalkan Irak," tambahnya lagi.

Warga Irak Rayakan Maulid Nabi dan Natal di Tengah Kepungan ISIS (Reuters)

ISIS yang berhasil mengambil sejumlah kawasan Irak pada 2014 lalu berencana membangun ke kekhalifahan. Menurut anggota parlemen Kristen Irak, Imad Yohana, 200.000 umat Kristen dari utara Niniveh -- di mana gereja-gereja kuno Assyrian berdiri, telah pergi dari situ.

Nasib kaum minoritas itu makin suram setelah AS berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein pada 2003.

"Saat diktator itu berkuasa, tidak ada diskriminasi buat kami," kata Abu Fadi, pria berusia 51 tahun yang bekerja di Kamp Zayuna -- tempat para pengungsi nasrani.

Saat itu, tokoh penting sekaligus menteri luar negeri di rezim Saddam Husein, Tariq Aziz, beragama Kristen. Tak ada masalah.

Aziz meninggal dalam penjara pada Juni lalu. Sementara Saddam tewas digantung di alun-alun Irak pada 2006.

"Jatuhnya rezim Saddam membuat ekstremis yang dahulu tak bisa lelulasa bergerak mencuat. Baik di dari kedua sekte, Syiah maupun Sunni," ujarnya lagi.

Namun, keberadaan ISIS membuat suasana lebih kacau lagi. Mereka menculik atau membunuh non-muslim. Gereja-gereja di bom. Menurut Yohana, umat Kristen di Irak pada 1997 berkisar 1.3 juta dan kini menjadi 650.000.

Kini The Women of Baghdad Associaton sebuah organisasi yang bekerja untuk melindungi perempuan membuat perayaan natal di kamp Zayuna.

"Bagi sebagian umat Kristen, agama mereka hanya ada di hati. Karena di luar itu, di takaran sosial, mereka merasa tak lagi sama," ujar Said Jalal, seorang relawan di kamp itu.

"Kebanyakan keluargaku yang beragama Kristen entah meninggal atau meninggalkan negara ini," tambah Jalal lagi menutup pembicaraan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya