Apa yang Terjadi Jika Microchip Ditanam dalam Tubuh Manusia?

Sejumlah hewan peliharaan yang hilang ditemukan kembali karena ada microchip ditanamkan dalam tubuh. Bagaimana dengan manusia? Perlu juga?

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 08 Jan 2016, 01:20 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2016, 01:20 WIB
Tanam Microchip Dalam Tubuh Manusia, Berani? *VIDEO
Di masa depan, data pribadi seseorang bisa dimuat dalam microchip yang ditanam dalam tubuh manusia. (Sumber BioNyfiken)

Liputan6.com, Berlin - Pernah terbayang pergi ke pasar swalayan, mengambil semua keperluan kita dan pergi begitu dengan semua barang itu tanpa berhenti dulu di kasir? Semua barang dibayar melalui pembacaan data pribadi—termasuk data keuangan—yang disimpan dalam keping mikro (microchip) dalam tubuh.

Dikutip dari laporan lawas Daily Mail pada Kamis (07/01/2016), penggunaan microchip yang ditanam dalam suatu bagian tertentu dalam tubuh manusia bukan lagi kisah fiksi ilmiah belaka.

Seorang sukarelawan pengunjung lapak perusahaan keamanan internet Kasperky memberikan tubuhnya ditanami microchip dalam perhelatan teknologi IFA di Berlin pada September tahun lalu. Microchip itu sendiri hanya seukuran sebutir beras dan ditanam di tangan sang sukarelawan, di dalam kulit di antara jari jempol dan jari telunjuk.

Pada saat ini, chip yang menggunakan teknologi RFID tersebut masih dipakai untuk tugas-tugas sederhana, seperti membuka pintu atau membuka kunci telepon genggam.

Marcus Preuss, direktur tim riset global Kasperky Eropa mengatakan, “Langkah logis berikutnya adalah untuk tidak berhenti hanya pada smartwatch, tapi masuk ke bawah kulit untuk memungkinkan sejumlah kegunaan.”

Ia melanjutkan, “Sekarang ini memang masih terbatas.” Tapi, di masa depan, para pengguna bisa sekedar melambaikan tangan di depan alat pembayar untuk membeli barang di toko, atau mengibaskan tangan di mesin pembaca untuk bisa naik kereta. Bisa juga untuk membuka kunci pintu depan rumah atau menyalakan mobil!

Sejumlah hewan peliharaan yang hilang ditemukan kembali karena ada microchip ditanamkan dalam tubuh. (Sumber BioNyfiken)

Hannes Sjoblad, seorang ‘biohacker’ pendiri komunitas BioNyfiken, mengaku telah memasang sekitar 500 butir alat itu dalam sebulan terakhir sebelum perhelatan tersebut. Menurutnya, hal ini telah menjadi trend.

Walaupun belum dipakai untuk hal-hal yang langsung mengubah hidup seseorang, ia melihatnya sebagai andil komunitas kepada pengembangan teknologi—seperti tindakan amal.

Di lain pihak , Dr. Astid Carolus, seorang psikolog di Universitas Wurzburg, berpendapat bahwa para pelopor pemakai alat itu sekedar penasaran dengan rasa atau perubahan hidup karena penanaman microchip. Atau sekedar pamer.

Tapi sebagian orang merasa takut. Katanya, “Dari sudut pandang psikologi, kita tidak takut kepada data, tapi kepada sesuatu di dalam tangan kita yang bukan berasal dari kita atau tidak alamiah."

Evgeny Chereshnev, yang dikenal sebagai ‘bionic man’ mendapatkan chip sekitar 6 bulan sebelum perhelatan itu dan ia merasakan keanehan selama beberapa minggu pertama.

Katanya” Sejak awal saya memang skeptis, tapi sekarang malah sudah lupa rasanya membawa-bawa badge pengenal di kantor atau bagaimana rasanya membuka pintu menggunakan kunci. Sekarang lebih mudah.”

“Saya bisa pergi ke kantor atau tempat kebugaran tanpa membawa kartu anggota. Saya bisa membuka apapun di (kantor) Kaskperky menggunakan tangan. Saya rasa ada potensi yang bagus.”

Sejumlah hewan peliharaan yang hilang ditemukan kembali karena ada microchip ditanamkan dalam tubuh. (Sumber BioNyfiken)

Tim Kasperky sedang mencari cara agar implan ini menjadi lebih aman, karena sekarang ini masih dilindungi dengan PIN empat angka, yang dapat diretas secara cepat.

Evgeny Chereshnev mengatakan kepada Daily Mail bahwa ada kemungkinan di masa depan di mana alat ini dihubungkan dengan sistem syaraf manusia, sehingga muncul kekhawatiran kita bisa dikendalikan oleh orang lain.

Tapi, dalam beberapa puluh tahun ke depan, persandian (encryption) kuantum dapat menghentikan pembobolan data. Serangan peretasan memang secara teknis masih mungkin terjadi, tapi peretas tidak bisa membaca pikiran manusia.

Ia melanjutkan penjelasannya dan mengatakan bahwa implan bisa juga diberi sentuhan pribadi dan disandikan berdasarkan DNA seseorang sehingga seorang penguna bisa membuat alat ini meleburkan diri hanya dengan kekuatan pikiran!

Di masa depan, ketika implan menjadi semakin kecil dan semakin cerdas, mungkin tidak perlu baterai lagi. Penelitian yang sekarang sedang mencari cara agar suhu tubuh manusia bisa dipakai untuk memberi daya pada alat tersebut.

Semua pakar yakin bahwa penanaman microchip akan meluas. Kata Chereshnev, “Sekarang memang bukan teknologi yang sudah meluas, tapi sedang cepat mengarah ke sana.

Nah, sambil merenung, ayo simak iklan teknologi RFID untuk belanja tanpa kasir seperti berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya