Liputan6.com, Jakarta - 1 Februari 2003 menjadi hari yang kelam bagi NASA. Tujuh astronot yang bernaung dalam Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut tewas lantaran pesawat luar angkasa, "Columbia", yang mereka tumpangi hancur saat memasuki atmosfer Bumi. Pesawat itu terbakar di langit California.
Menurut laporan, sistem Columbia mulai tak terkendali pada 16 menit sebelum dijadwalkan mendarat di Cape Canaveral, Florida. Kemudian pada pukul 09.00 pagi waktu setempat, tim di kantor NASA kehilangan kontak dengan pesawat.
NASA pun mengirimkan tim pencarian setelah adanya laporan ledakan keras di area Dallas-Forth Worth. Sejumlah televisi lokal melaporkan ada bola api di langit dan asap yang mengepul. Kemudian diketahui pesawat Columbia celaka.
Dengan penuh emosional duka Perwakilan NASA Sean O'Keefe menyampaikan kabar ini ke publik. "Ini musibah bagi keluarga NASA, keluarga astronot dan negara ini." Bendera di kantor NASA diturunkan setengah tiang.
Baca Juga
Presiden Amerika Serikat George Bush pun menyampaikan kabar mengejutkan kepada dunia. "Columbia hancur. Tak ada yang selamat," ujar Bush lirih, seperti dimuat BBC on This Day. Kendati begitu, Bush berharap kecelakaan ini tak menghambat pengembangan teknologi luar angkasa.
Dari tujuh astronot bernasib nahas tersebut, enam di antaranya merupakan warga Amerika Serikat, termasuk dua astronot wanita, yakni Laurel Clark dan yang keturunan India bernama Kalpana Chawla.
Satu astronot lainnya adalah warga negara Israel bernama Ilan Ramon yang bertugas sebagai pilot pesawat ulak-alik Columbia tersebut.
Puing-puing pesawat dan jasa para korban ditemukan di sejumlah lokasi, seperti tempat parkir mobil, hutan, halaman rumah warga, puncak atas gedung dan beberapa kantor swasta.
Tragedi ini merupakan kecelakaan luar angkasa pertama saat pendaratan dalam 42 tahun penerbangan luar angkasa yang dicanangkan Amerika Serikat. 17 tahun sebelumnya, pesawat Challenger celaka saat lepas landas ke luar angkasa, mengakibatkan tujuh orang tewas.
NASA menyatakan menyetop program penerbangan luar angkasa untuk sementara hingga penyebab Columbia kecelakaan diketahui. "Kami tidak akan terbang dulu untuk sementara untuk menghindari kejadian serupa."
Sejumlah pakar pesawat luar angkasa menduga kecelakaan Columbia ini disebabkan karena bagian tangki pesawat rusak, tak kuat menahan panas atmosfer saat menembus bumi, busa yang seharusnya melindungi tangki sudah terlepas saat pesawat terbang dari Bumi 16 hari sebelumnya.
Pihak NASA, Leroy Cain menyatakan, kecil kemungkinan kerusakan itu bisa terjadi. Akan tetapi hasil investigasi 6 bulan kemudian bahwa dugaan tersebut benar adanya. Perisai pesawat mengalami panas dan tak kuat saat menembus kembali atmosfer Bumi perjalanan pulang ke Bumi.
Sejarah lain mencatat pada 1 Februari 1814, Gunung Mayon di Filipina meletus, mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas, merupakan erupsi terparah gunung tersebut.
‎