Liputan6.com, Sydney - Seperti kebanyakan gadis muda lainnya, Stephani Kurlow, yang telah belajar menari semenjak usia 2 tahun, bermimpi menjadi balerina.
Namun pada 2010, ia berhenti tampil menari balet setelah menjadi mualaf dan menggunakan jilbab.
Baca Juga
Steph--demikian ia dipanggil-- merasa tak mungkin menjalankan keduanya; profesi balerina dan seorang mualaf.
Advertisement
"Tidak ada fasilitas atau kursus agar anak-anak muslim dapat meraih impiannya," kata gadis berusia 14 tahun, seperti dilansir dari Huffingtonpost, 2 Februari 2016.
"Sekarang ini, tak banyak tempat untuk para remaja yang memiliki perbedaaan ras dan keyakinan untuk berkumpul atau melakukan aktivitas yang mereka inginkan," tambah Kurlow yang tinggal di Sydney, Australia.
Baca Juga
Namun, ia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan mengejar impiannya. Menjadi penari balet profesional.
"Banyak sekali inspirasi yang terjadi di seluruh dunia... Balerina keturunan Afrika di Amerika Serikat seperti Michaela De Prince dan Misty Copeland. Belum lagi atlet angkat besi muslimah berjilbab Amna Al Haddad. Juga, pembawa berita muslimah dengan jilbabnya, Noor Tagaouri di AS," ujarnya lagi.
"Mereka semua menginspirasiku agar aku tetap mengejar impianku sebagai balerina profesional berjilbab," ucapnya.
Untuk mewujudkan impiannya, Steph menggalang dana 10 ribu dolar Australia agar ia bisa menimba ilmu di sekolah balet profesional.
"Aku ingin menyemangati orang lain untuk bergabung aku, tak peduli dengan keyakinan, ras dan warna kulit," tulisnya dalam laman penggalangan dananya.
"Dengan investasi kalian padaku, aku bisa meraih kualifikasi dan diploma balerina sehingga aku bisa membuat sekolah seni yang dapat menampung anak-anak dan remaja tanpa pandang ras."
"Aku percaya aku di sini memberi inspirasi dan motivasi bagi mereka yang merasa terisolasi akibat pelabelan dan stigma, agar mereka tetap mengejar impiannya," tutup Steph.
Hingga berita diturunkan Steph baru mendapatkan sumbangan sebesar 1.605 dolar Australia dan tinggal 42 hari untuk mencapai targetnya.