Donald Trump dan Bernie Sanders Berjaya di New Hampshire

Kemenangan Sanders menjadi pukulan telak bagi Hillary Clinton yang memenangkan primary di New Hampshire pada 2008 lalu.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Feb 2016, 09:28 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2016, 09:28 WIB
Donald Trump dan Bernie Sanders unggul di New Hampshire.
Donald Trump dan Bernie Sanders unggul di New Hampshire (Reuters)

Liputan6.com, Manchester - Donald Trump dan Bernie Sanders mengguncang perpolitikan Amerika Serikat Selasa malam 9 Februari 2016 waktu setempat. Dengan memanfaatkan kemarahan kelas pekerja, keduanya meraih kemenangan pada pemilihan primary di New Hampshire.

Meski perhitungan suara belum 100 persen, namun kemenangan sudah bisa dipastikan menjadi milik mereka. Seperti dikabarkan CNN, hasil sementara menunjukkan Trump meraih 34 persen suara, unggul dari rivalnya John Kasich yang mendapatkan 15 persen.

Sementara Sanders meraih 58 suara, unggul jauh dari rival terdekatnya Hillary Clinton yang meraup 40 persen.

Trump, pebisnis kaya yang kerap kali melontarkan pernyataan kontroversial -- yang memicu kegundahan di kalangan Partai Republik dan mengundang kecaman dari banyak pihak -- unggul di atas calon Grand Old Party (GOP) lainnya.
 

Trump memanfaatkan pemilih yang terpecah antara Gubernur John Kasich dari Ohio dan Senator Marco Rubio dari Florida.

Seperti dikutip dari New York Times, Rabu (10/2/2016) berdasarkan exit polling data, sang pengusaha nyentrik itu merebut suara dari kalangan pemilih yang khawatir terhadap imigran ilegal, gejolak ekonomi, dan ancaman serangan teror di Amerika Serikat.

Sementara, kemenangan Sanders menunjukkan penolakan kuat dan menyakitkan terhadap Hillary Clinton -- yang memiliki sejarah mendalam dengan pemilih New Hampshire dengan ide-idenya yang moderat.

Sebaliknya, Sanders yang mengusulkan agenda liberal yang tegas untuk meningkatkan pajak dan memberlakukan aturan di Wall Street -- menarik dukungan pemilih yang percaya ia bisa mengatasi ketimpangan pendapatan dan memperluas sistem jaminan kesehatan.

Clinton -- yang memenangkan primary di New Hampshire pada 2008 -- berencana mengadakan rapat dengan para penasihatnya Rabu ini, untuk mendiskusikan perubahan strategi politik dan penambahan jumlah staf.

Menurut sumber, ia juga berencana mendiskusikan jurus yang akan digunakan untuk menyerang Sanders dalam debat yang akan digelar Kamis malam.

Trump memimpin jajak pendapat di New Hampshire sejak Juli 2015, namun Sanders baru memimpin bulan lalu. Hasil tersebut mengagetkan petinggi dua partai -- Republik dan Demokrat -- yang meyakini, pemilih akan menjatuhkan suara pada kandidat yang lebih berpengalaman seperti Hillary Clinton atau para kandidat yang berlatar belakang Gubernur dari partai Republik.

Baik Trump maupun Sanders memenangkan dukungan signifikan dari pemilih yang merasa dikhianati oleh pihak masing-masing dan tidak puas atau marah dengan pemerintah federal.

Trump belum pernah menjabat dalam pemerintahan. Ia bahkan baru belakangan terdaftar dalam partai Republik. Memanfaatkan status 'selebritas' dan kehadiran yang sering di media tradisional maupun sosial, ia menawarkan gaya populis dalam perdagangan, kebijakan luar negeri, dan imigrasi -- yang lebih mirip partai-partai nasionalis Eropa daripada kubu konservatif AS.

Sementara, Sanders populer di kalangan liberal, kaum muda, dan sejumlah kaum pekerja pria dan wanita yang menilai kerentanan potensi Clinton dalam Pilpres.

Meski kalah dari Sanders, dalam pidatonya, Hillary Clinton menyebut, "Saya masih mencintai New Hampshire," kata dia, seperti dikutip dari CNN.

Sementara itu, tim kampanyenya menyebut, fokus mereka selanjutkan akan dicurahkan ke Nevada dan South Carolina. "Kami telah membangun organisasi unggul di tiap-tiap negara bagian dan kami masih optimistis bakal sukses."

Kemenangan di Nevada dan South Carolina amat penting bagi Clinton setelah kekalahannya di  New Hampshire.

"Kemenangan besar di Nevada sangat penting bagi Clinton untuk menunjukkan ia merepresentasikan perubahan di AS dan bisa mewujudkannya," kata Jim Manley,  salah satu pendukung Clinton.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya