Kisah Apartemen Bobrok Perenggut Nyawa Saat Gempa Taiwan

Sejak awal, warga merasa ada yang tak beres dengan apartemen yang dibangun pengembang Wei-Guan Golden Dragon.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 11 Feb 2016, 10:07 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2016, 10:07 WIB
Kisah Bangunan Bobrok Perenggut Nyawa di Gempa Taiwan
Bangunan apartemen 17 lantai yang runtuh akibat gempat Taiwan. (Reuters)

Liputan6.com, Tainan - Ingatan Yang Yumin terbang jauh ke era 1990-an. Di saat itu, tanah yang sekarang sudah dibangun kompleks apartemen 17 lantai merupakan tempatnya bermain.

Dulunya, rumah Yang terletak di depan lahan itu. Lapangan tersebut siang hari sering digunakan sebagai ladang, dan ketika sore kerap dipakai anak-anak seusianya bermain sepak bola dan layang-layang.

Namun tempat itu belum lama ini berubah menjadi petaka. Bangunan apartemen 17 lantai yang dibangun di atasnya runtuh akibat gempa Taiwan6,4 skala Richter yang merenggut 40 nyawa, sementara 109 manusia lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan.

Meski bersedih, Yang dan tetangga masa kecilnya sudah menduga sejak awal ada yang tak beres dengan gedung yang dibangun pengembang Wei-Guan Golden Dragon.

"Penduduk lokal tak akan membeli kondominium itu karena reputasinya tidak bagus. Semua yang membelinya adalah orang asing," ucap Yang seperti dikutip dari New York Times, Kamis (11/2/2016).

Kisah kebobrokan lain atas desain kompleks bangunan apartemen 17 lantai itu juga diceritakan oleh Lee Kun Huan. Seorang arsitek dan mantan wali kota di wilayah itu.

"Dengan regulasi saat ini, mereka pasti tidak diizinkan membangun bangunan besar. Itu bisa terlihat saat blue print dan desain selesai dibuat, bangunan itu terlihat tak tahan gempa," ucapnya.

Tidak cuma itu, Lee juga punya teori lain kenapa gedung itu bisa runtuh. Ia menjelaskan, pada era 1980-an otoritas lokal mengizinkan bangunan-bangunan di Taiwan untuk memiliki tinggi 6 kali dari struktur awal yang telah ditentukan. Dengan 9 bangunan yang dibangun di satu area membentuk 'U'.

Lee juga melihat bangunan apartemen itu begitu dekat dengan area pejalan kaki.

Tim penyelamat mencari korban di reruntuhan bangunan yang ambruk akibat gempa 6,4 SR di Tainan, Taiwan, Senin (8/2). Dua korban, Tsai Wei-ling dan Lee Tsung-tien, berhasil diselamatkan setelah terperangkap selama lebih dari 50 jam. (AFP PHOTO/Sam Yeh)

Keputusan mengizinkan pembangunan itu memang mengandung risiko besar terkait gempa. Hal ini diperparah dengan bentuk bangunan gedung 17 lantai yang kurang kokoh tak sesuai regulasi dan desain.

Semua perkiraan terkait buruknya fondasi gedung 17 lantai itu terbukti benar. Parahnya lagi, ketika gedung tersebut runtuh, upaya penyelamatan korban juga mengalami kesulitan.

"Bangunan ini runtuh secara bersamaan, hampir tidak ada jalan untuk masuk ke sana," ucap anggota Badan SAR Nasional Taiwan, Shing Jon Chu.

Shing menyebut kondisi diperburuk dengan saluran air yang pecah dan menciptakan genangan. Udara dingin di sana bisa menyebabkan hipotermia bagi manusia yang terjebak di dalamnya.

Perempuan ini selamat dari gempa Taiwan akibat tertindih jasad suami.

Aparat Taiwan menangkap pembangun apartemen itu. Pembangun tersebut bernama Lin Munghui. Selain Lin, 2 orang koleganya juga ditangkap.

Sejumlah media Taiwan menyebut Lin bukan pengusaha 'bersih'. Dia terlibat beberapa transaksi mencurigakan.

Taiwan diguncang gempa berkekuatan 6,4 skala Ritcher pada Sabtu 6 Februari lalu. Saking kuatnya kekuatan lindu, sejumlah gedung bertingkat dilaporkan roboh.

Gempa Taiwan terjadi sekitar pukul 04.00 waktu setempat atau 03.00 WIB. Pusat gempa diperkirakan berada pada 36 kilometer di sebelah tenggara Yujing, dan berada pada kedalaman sekitar 10 kilometer.

Gempa mematikan pernah terjadi pada 1999, ketika guncangan berkekuatan 7,6 SR menewaskan 2.300 orang.

Taiwan sebenarnya sudah menerapkan standar antigempa untuk bangunan sejak 1970-an. Aturan tersebut kian ketat seiring waktu, terutama usai gempa 1999.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya