Dampak Kehancuran Palmyra Usai Terbebas dari ISIS

Beberapa monumen berharga di Palmyra terlihat hancur, namun puing-puing kota kuno itu masih utuh di tempatnya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 28 Mar 2016, 08:45 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2016, 08:45 WIB
Dampak Kehancuran Palmyra Setelah Direbut dari ISIS
Artefak di kota kuno Palmyra yang dirusak ISIS. (Reuters)

Liputan6.com, Palmyra - Setelah menguasai kota kuno Palmyra di Suriah pada 21 Mei 2015, ISIS kerap melakukan perusakan pada bangunan bersejarah tersebut. Beberapa monumen berharga dilaporkan telah hancur.

Belakangan beredar gambar terbaru dari Palmyra, beberapa jam setelah tentara Suriah merebut kembali wilayah tersebut dari kelompok radikal. Potret itu mengungkapkan sejauh mana kerusakan setelah situs Warisan Dunia UNESCO dikuasai ISIS selama 10 bulan.

Beberapa monumen berharga di Palmyra terlihat hancur, namun puing-puing kota kuno itu masih utuh di tempatnya.

"Pihak berwenang memperkirakan yang terburuk. Tapi lanskap wilayah secara umum, dalam kondisi yang baik," kata Kepala Bagian Barang Antik dan Purbakala Suriah, Maamoun Abdulkarim seperti dikutip dari BBC, Senin (28/3/2016).

Teater di Palmyra yang digunakan ISIS untuk mengeksekusi sandera. (AFP)

Bangunan kuno yang hancur di Palmyra. (AFP)

Upaya perebutan kembali Palmyra dari ISIS menuai respons positif dari Presiden Suriah, Bashar al-Assad.  "Itu adalah pencapaian penting dalam perang melawan terorisme," ucapnya.

Sumber-sumber militer mengatakan tentara Suriah sekarang memiliki kontrol penuh atas Palmyra, setelah pertempuran yang didukung oleh serangan udara Rusia.

Balai Kota Palmyra. (Reuters)

"Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada Assad," kata seorang juru bicara Kremlin.

Pihak Kremlin juga mengatakan upaya Presiden Assad mengambil alih Palmyra tidak mungkin berjalan sukses tanpa dukungan Rusia.

Monumen Arch of Triumph di Palmyra. (AFP)

ISIS merebut Palmyra pada Mei 2015. Tak lama kemudian mereka membunuh arkeolog merawat kota kuno itu selama 40 tahun.

Palmyra terletak di daerah strategis penting di jalan antara ibukota, Damaskus, dan kota di timur yang diperebutkan dari Deir al-Zour.

Ketika ISIS merebut kota itu, mereka hancurkan situs arkeologi tersebut dan memprovokasi kemarahan global. Dua kuil berusia 2.000 tahun, gerbang dan menara makam tinggal puing.

Artefak dihancurkan di salah satu museum di Palmyra. (Reuters)

Kelompok tersebut telah membongkar beberapa situs pra-sejarah Islam di Irak. Mereka menyebut struktur tersebut adalah berhala.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, mengatakan sedikitnya 400 anggota ISIS tewas dalam pertempuran di Palmyra.

"Serangan yang menghantam 158 target ISIS, menewaskan lebih dari 100 militan," kata kementerian pertahanan Rusia dalam pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu 26 Maret.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya