Fakta Mengejutkan, Mumi Kuno Mengidap Kanker Usus Besar

Kanker usus besar yang ditemukan pada mumi dari Abad ke-18, membantu ilmuwan menemukan faktor penyebab kanker.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Mar 2016, 18:52 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2016, 18:52 WIB
Mumi asal Hungaria yang membantu para ilmuwan untuk memahami penyebab kanker kolorektal (Foto: Tel Aviv University).
Mumi asal Hungaria yang membantu para ilmuwan untuk memahami penyebab kanker kolorektal (Foto: Tel Aviv University).

Liputan6.com, Tel Aviv - Sekelompok ilmuwan menemukan fakta baru, dari hasil analisis sampel jaringan mumi asal Hungaria. Mereka mengungkap bahwa orang-orang yang hidup pada Abad ke-17 dan 18 juga menderita kanker usus besar.

Hal tersebut cukup mengejutkan, mengingat gaya hidup mereka yang berbeda dengan jaman sekarang.

Seperti dikutip dari Live Science, Senin (28/3/2016), dalam sebuah penelitian dengan menggunakan obyek berupa mumi dari Abad 18, ilmuwan menemukan bahwa kanker usus besar disebabkan karena faktor genetik.

Hal itu diketahui dari analisis salah satu mumi -- dalam penelitian tersebut -- yang membawa mutasi gen adenomatosa poliposis coli (APC).

"Menurut dokter, gen APC dapat meningkatkan risiko kanker usus besar," ujar ketua penelitian dan mantan asisten peneliti di Tel Aviv Univeristy Israel, Michal Feldman.

Jika mutasi gen APC dikonfirmasi telah ditemukan pada sampel mumi lain, hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan DNA yang diwariskan memainkan peran besar sebagai penyebab kanker dibandingkan pengaruh lingkungan.

"Saat ini kanker korolektal merupakan kanker ketiga yang paling sering ditemukan. Penelitian modern menemukan bahwa genetik berkontribusi menjadi penyebabnya," ujar Feldman.

Ia juga menambahkan, "Mengingat banyaknya perubahan gaya hidup dan lingkungan dalam kehidupan masyarakat yang terjadi dalam beberapa abad, kami menemukan bahwa penting untuk membandingkan spektrum mutasi pada zaman dahulu dengan era sekarang."

"Karena proses mumifikasi dapat mengawetkan jaringan, penelitian tersebut dapat memberikan informasi berharga pada detail antropologi, sejarah, dan kedokteran," tutur Feldman.

Pada studi sebelumnya, dengan meneliti mumi ilmuwan dapat memperoleh informasi tentang sejarah TBC, penyumbatan darah, hingga polusi udara.

Dalam penelitian terbaru, tim penelti mengumpulkan sampel jaringan dari 20 mumi dari ruang bawah tanah di sebuah gereja Dominika, Vác, Hungaria.

Ruang bawah tanah tersebut pada waktu itu digunakan sebagai kuburan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah serta pendeta dari tahun 1731 hingga 1838. Lebih dari 265 mumi ditemukan di tempat itu pada 1995 dan saat ini benda tersebut disimpan di Museum Nasional Hungaria di Budapest.

Suhu ruang bawah tanah dan kelembaban yang rendah berkombinasi dengan ventilasi konstan menjadi tempat ideal dari proses mumifikasi jenazah.

Sekitar 70 persen jenazah yang ditemukan ditempat tersebut telah termumifikasi seluruhnya maupun sebagian. Hal tersebut menyediakan sumber berlimpah jaringan yang terawetkan dan sampel DNA untuk diteliti para ilmuwan.

Dengan mengekstraksi DNA dari mumi, Feldman dan timnya dapat mengurutkan dan menilai adanya mutasi gen APC.

"Hal menarik dari studi tersebut adalah, mutasi gen APC pada penderita kanker yang ditemukan dalam dua dekade terakhir bukanlah hal baru," ujar gastroenterologi di Memorial Sloan Kettering Cancer Center New York, Dr. Sidney Winawer.

"Hal tersebut membuka cara baru dalam berpikir. Jika mutasi telah muncul dalam beberapa tahun lalu, lalu mengapa hal tersebut terjadi," tambahnya.

"Sampel tambahan perlu diteliti untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara kanker dan pengaruh lingkungan, seperti gaya hidup, serta relasi kanker dengan perubahan genetik."

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya