Motif Pembajak Egypt Air Diduga Terkait Pribadi dan Mantan Istri

Menurut laporan, ia melempar surat dari pesawat kepada mantan istrinya yang merupakan warga Siprus.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Mar 2016, 16:37 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2016, 16:37 WIB
Pembajakan Maskapai Egypt Air, Diduga Ada Bom dalam Pesawat
Pembajakan Maskapai Egypt Air, Diduga Ada Bom dalam Pesawat (egyptair.com)

Liputan6.com, Siprus - Sebuah laporan terbaru datang dari maskapai Egypt Air yang dibajak. Media Mesir mengatakan, pelaku pembajakan pesawat itu bernama Ibrahim Samaha dan berumur 27 tahun.

Laporan lain mengabarkan bahwa ia merupakan seorang profesor kedokteran hewan di Alexandria University dan dosen tamu di sebuah universitas di Atlanta, AS. Ia juga disebut-sebut sedang mencari suaka politik di Siprus. Samaha diduga berwarga negara Mesir. Hal tersebut dikutip dari Cyprus Mail, Selasa (29/3/2016).

Pria yang membajak Egypt Air dengan rute penerbangan dari Alexandria menuju Kairo tersebut, diduga membawa bahan peledak di tubuhnya. Setidaknya terdapat 1 pembajak yang membawa senjata dan memaksa maskapai itu untuk mendarat di Siprus.

Sejauh ini, sang pembajak telah memperbolehkan hampir semua penumpang turun dari pesawat, dan menyisakan kru serta WNA. Ia juga menginstruksikan polisi untuk menjauh dari area.

Dilansir dari Reuters pada Selasa (29/3/2016), Cyprus broadcasting (CYBC) melaporkan bahwa pembajak tersebut kemungkinan memiliki motif pribadi. Kabarnya, ia memiliki mantan istri di Siprus.

"Hal ini tak ada hubungannya dengan terorisme, namun berkaitan dengan perempuan" ujar Presiden Siprus, Nicos Anastasiades, kepada awak media.

Pelaku yang diduga pembajak Egypt Air di Siprus (Twitter: Airlivenet).

Seperti yang dilansir oleh Cyprus Mail, seorang saksi mata melaporkan bahwa pembajak melempar sebuah surat yang ditulis dalam bahasa Arab. Menurut laporan, ia ingin mengirim surat tersebut kepada mantan istrinya yang merupakan warga Siprus. 

Akibat peristiwa tersebut, pihak berwenang menutup sementara Bandara Larnaca dan aktivitas penerbangan dipindah ke Paphos.

Dilansir dari The New York Times, pihak keamanan penerbangan Mesir telah meningkatkan penjagaannya, mengingat peristiwa meledaknya maskapai penerbangan Rusia pada 31 Oktober lalu yang menewaskan 224 penumpang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya