Liputan6.com, Mindanao - Sebuah video di akun Facebook yang diduga milik salah seorang anggota Abu Sayyaf beredar. Dalam rekaman itu, mereka mengancam akan menghabisi nyawa sandera 10 ABK Indonesia jika uang tuntutan 50 juta peso atau sekitar Rp 14,3 miliar tidak dipenuhi. Kelompok teroris itu memberikan batas waktu hingga 8 April 2016.Â
Tuntutan itu disampaikan oleh kelompok tersebut kepada pemilik kapal. Seperti dilansir dari Inquirer, Rabu (30/3/2016), militer Filipina mengatakan pemerintahnya mempunyai kebijakan tak akan memberikan uang tebusan.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan pihaknya telah melakukan segala kerja sama dengan Filipina.
Advertisement
Baca Juga
"Prioritas kami adalah keselamatan 10 warga Indonesia yang hingga kini masih berada di tangan penyandera," kata Retno.
Brahma 12 dan Anand 12 datang dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan. Kapal Anand telah dibebaskan oleh kelompok itu, sementara satu lagi beserta 10 kru masih ditahan. Menurut dokumen, kapal itu membawa 7.000 ton batu bara.
Selain 10 warga Indonesia, masih ada sandera lain dari berbagai negara. Mereka berasal dari Belanda, Kanada, Norwegia, dan Tiongkok.
"Pihak kepolisian Filipina akan bekerja keras untuk membebaskan para tahanan Indonesia, termasuk warga negara lain yang masih disandera," kata juru bicara polisi, Brigjen Resituto Padilla.
Ia juga menambahkan "konsultasi tingkat tinggi" telah dilakukan oleh Filipina dan Indonesia.
Abu Sayyaf merupakan salah satu kelompok separatis terkecil, tapi kemungkinan paling berbahaya di Mindanao.
Beberapa anggotanya pernah belajar atau bekerja di Arab Saudi dan mengembangkan hubungan dengan mujahidin ketika bertempur dan berlatih di Afganistan dan Pakistan.
Kelompok Abu Sayyaf ini juga dikenal sebagai Al Harakat Al Islamiyyah adalah sebuah kelompok separatis yang terdiri dari milisi Islam yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao.
Khadaffi Janjalani dinamakan sebagai pemimpin kelompok ini oleh Angkatan Bersenjata Filipina.
Dilaporkan bahwa akhir-akhir ini mereka sedang memperluas jaringan ke Malaysia dan Indonesia. Kelompok ini bertanggung jawab terhadap aksi-aksi pengeboman, pembunuhan, penculikan, dan pemerasan dalam upaya mendirikan negara Muslim di sebelah barat Mindanao dan Kepulauan Sulu.
Â