Tikus Pembunuh Manusia Meneror Pakistan

Sejumlah warga berpendapat bahwa tikus-tikus ini berkembang biak dalam markas militer AS di Afghanistan dan terbawa ke Peshawar.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 07 Apr 2016, 13:31 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2016, 13:31 WIB
Tikus Pembunuh di Pakistan
Sejumlah warga lain berpendapat bahwa tikus-tikus ini berkembang biak dalam markas-markas militer AS di Afghanistan dan terbawa ke Peshawar.

Liputan6.com, Peshawar - Kota Peshawar di utara Pakistan dikenal sebagai kota yang kerap terjadi aksi ekstremisme, yang memakan korban ribuan orang meninggal dan cedera. Tapi kali ini hal menakutkan lain datang bukan dari para teroris melainkan serbuan tikus-tikus ganas.

Menurut wali kota di sana, dalam setahun terakhir ada delapan anak dibunuh oleh tikus-tikus.

Dikutip dari Sydney Morning Herald, Kamis (7/4/2016), tikus-tikus pembunuh itu biasanya berkeliaran pada malam hari, keluar dari sistem selokan yang amburadul di kota itu. Mereka merambati pintu dan dinding, mencuri pasokan pangan dan bergerombol di rumah sakit serta sekolah.

Menurut beberapa warga, masalah ini bermula setelah rentetan banjir pada 2010 dan 2012. Kondisi tersebut memaksa tikus-tikus keluar dari sarangnya di kawasan pegunungan dekat perbatasan Afghanistan.

Sejumlah warga berpendapat bahwa tikus-tikus ini berkembang biak dalam markas-markas militer AS di Afghanistan dan terbawa ke Peshawar, dalam truk yang membawa pasokan pasukan koalisi melalui jalan-jalan di Pakistan.

Muncul teori yang menyebutkan bahwa tikus-tikus berukuran besar ini menumpang dalam koper-koper para pengungsi, yang melarikan diri dari kawasan suku di Pakistan. Mengemuka pula dugaan bahwa hama berukuran besar ini sudah ada selama beberapa abad.

Bukan hanya itu, bahkan ada yang menduga bahwa tikus ini mengalami modifikasi genetik akibat ulah kekuatan asing dan disebarkan untuk melakukan teror.

Strategi Usir Tikus

Pekan lalu, Wali Kota Peshawar, Muhammad Asim mengumumkan strategi tiga arah untuk menangani masalah tikus-tikus pembunuh ini. Serupa dengan cara kota ini menghadapi tempat persembunyian kaum militan.

Untuk memenangkan pertempuran, Asim membentuk tim yang terdiri dari 30 pegawai pemerintah kota yang akan menebarkan racun tikus di seluruh kota setiap malam. Senjata pembunuh itu juga dibagikan gratis kepada warga.

Pemerintah Kota Peshawar bahkan membuat sayembara berhadiah untuk memburu tikus tersebut. Untuk setiap bangkai hewan pengerat yang ditangkap akan dihargai 25 rupee atau sekitar Rp 5 ribu. 

"Warga ketakutan. Mereka bilang ini bukan tikus biasa. Mereka menyantap makanan kita. Mereka menggerogoti pakaian, mengunyah kertas," kata Asim.

Menurut penuturan Asim, baru-baru ini seorang bayi mati kehabisan darah karena gigitan tikus pada wajahnya. Lalu, Asker Pervaiz, seorang anggota dewan provinsi, menceritakan ada seorang bayi berusia 3 bulan yang mati karena telinganya digigit hewan pengerat hingga putus.

Sejumlah pejabat masih sukar percaya karena hanya sedikit penyebab kematian yang telah dibenarkan oleh seorang dokter. Namun, Noor Qadir (33), tidak meragukan bahwa tikus-tikus Peshawar telah menjelma menjadi pembunuh.

Kota Peshawar diserbu sejumlah tikus berukuran besar dan ganas serta nekat menggigit manusia, termasuk bayi ini. (Sumber Washington Post via SMH)

Pria itu sedang tidur di rumahnya yang terletak dekat aliran sungai dan pengolahan gandum pada 22 Maret lalu. Mendadak bayinya menangis. Katanya, "Saya terbangun karena jeritannya dan melihat ada seekor tikus di tempat tidurnya.

Ia melanjutkan, "Tikus itu melompat dari tempat tidur dan saya bunuh. Ada darah dan bekas gigitan di wajah anak saya."

Bayi itu selamat, tapi luka oleh sembilan gigi yang tajam masih terlihat di bawah matanya. Sekarang, Qadir, seperti sejumlah warga lainnya, tetap terjaga sepanjang malam untuk berjaga-jaga agat tak terjadi serangan serupa.

"Saya menaruh sandal tidur di celah di bawah pintu, tapi setengah bagiannya pun dimakan oleh tikus," ucap Qadir.

Seperti perang Pakistan menghadapi teroris, sudah muncul tanda-tanda bahwa pergulatan Peshawar melawan tikus terhambat oleh perencanaan yang buruk dan kurangnya tekad.

Pada Jumat 1 April malam, tim pembasmi tikus melaporkan sudah mengumpulkan 500 bangkai. Tikus-tikus itu diduga mati akibat menyantap roti beracun di tiga kecamatan.

Namun demikian, Peshawar memiliki satu aset penting. Upaya pembasmian hama itu dipimpin oleh Naseer Ahmad, seorang pesohor lokal dengan julukan ‘Pembunuh Tikus’.

Setelah istri dari seorang temannya digigit tikus tujuh tahun lalu, Ahmad secara swadaya mulai membunuhi hama itu sebagai suatu kegemaran. Dengan menggunakan campuran khusus racun yang dipakai warga, ia mengaku telah membunuh 103.500 tikus dalam tujuh tahun terakhir.

Ia juga berpendapat bahwa tikus-tikus di Peshawar menjadi semakin besar dan semakin ganas karena sebab misterius.

"Ini bukan tikus lokal. Ada sesuatu yang berbeda."

Belakangan ini Ahmad mengaku mendapati tikus-tikus yang memiliki buah zakar seukuran mata uang logam.

"Tikus-tikus itu sekarang tidak takut lagi pada anak-anak sehingga mereka tak mampu lagi memeranginya."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya