Liputan6.com, Kota Panama - Penyidik khusus organisasi kriminal Panama menyerbu kantor firma hukum Mossack Fonseca pada Selasa 12 April. Mereka tengah mencari bukti pencucian uang dan pendanaan terorisme setelah bocornya dokumen yang disebut Panama Papers -- berisi daftar perusahaan atau perorangan di yuridiksi suaka pajak (tax haven) itu.
Lebih dari setengah lusin polisi membuat garis kuning di kantor itu sementara penyidik masuk ke Mossack Fonseca itu mencari dokumen.
Tak lama setelah sejumlah media membocorkan dokumen dari firma hukum itu, pemerintah Panama mengatakan, akan mencari bukti terkait dugaan pendanaan teroris dan pencucian uang.
Advertisement
Baca Juga
Kantor kejaksaan Panama dalam pernyataannya mengatakan, "Penggerebekan terkait dengan isi dokumen yang telah dirilis dalam berita yang melaporkan dugaan aktivitas yang melanggar hukum," seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (13/4/2016).
Mossack Fonseca membantah telah berbuat kesalahan. Firma hukum itu mengatakan mereka hanya mendirikan akun finansial offshore dan perusahaan shell untuk klien-klien. Mereka menolak terlibat aktivitas klien-kliennya.
Pendiri firma hukum itu, Roman Fonseca akan memberikan pernyataan soal penggerebekan terkait klien yang diduga memberikan dana kepada teroris serta melakukan pencucian uang.
Penggerebekan ini dilakukan sehari setelah penyidik khusus intelektual properti mengunjungi Mossac Fonseca -- setelah firma itu melaporkan sistem komputer mereka dibobol sehingga lebih dari 11,5 juta lembar dokumen bocor ke publik.
Firma hukum itu mendaftarkan komplain mereka kepada pihak berwenang atas bobolnya sistem keamanan.
Sementara itu, Presiden Panama, Juan Carlos Verela membela sektor keuangan yang selama ini mengisi pundi-pundi pendapatan negara.
Namun, sehubungan dengan pendanaan terorisme, Verela berjanji kepada komunitas internasional akan membuat reformasi di sektor keuangan negaranya lebih transparan.