Tolak Perdagangan Gelap, Kenya Bakar 105 Ton Gading Gajah

Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengutuk perdagangan ilegal gading yang mengakibatkan menipisnya populasi binatang berbelalai tersebut.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 01 Mei 2016, 16:32 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2016, 16:32 WIB
Tolak Perdagangan Gelap, Kenya Bakar 16 Ribu Gading dan Cula
Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengutuk perdagangan ilegal gading yang mengakibatkan menipisnya populasi binatang berbelalai tersebut (Reuters/Dailymail.com).

Liputan6.com, Nairobi - Menghindari maraknya perdagangan ilegal margasatwa, pemerintah Kenya memutuskan untuk membinasakan gading gajah bernilai jutaan dolar, yang diambil dari pembantaian ribuan gajah setiap tahunnya.

10 gunungan gading gajah, bernilai Rp 1,3 triliun, dibumihanguskan di Taman Nasional Nairobi Kenya, Sabtu 30 April 2016.

Dikutip dari Daily Mail, Minggu (1/5/2016), pembakaran tersebut merupakan pemusnahan gading gajah terbesar sepanjang sejarah. Gundukan seberat 105 ton itu tersusun dari 7,000 gajah mati akibat perburuan liar di Afrika.

Kebijakan tersebut diputuskan oleh Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengutuk perdagangan ilegal gading yang mengakibatkan menipisnya populasi binatang berbelalai tersebut.

"Tidak ada lagi yang melakukan bisnis perdagangan gading gajah," seru Presiden Uhuru.

Uhuru juga mengatakan pembantaian liar makhluk malang tersebut akan berujung pada kepunahan gajah dan warisan alam Afrika.

Kebijakan pemerintah Kenya untuk membakar ribuan gading tersebut dikarenakan oleh meningkatnya jumlah perburuan di seluruh Afrika.

Setidaknya satu gajah mati setiap 15 menit. Jika kegiatan itu terus dilakukan, maka dalam kurun waktu 10 tahun hewan itu akan punah.

Pembakaran besar-besaran sebagai simbol larangan keras perdagangan gading gajah itu dihadiri oleh  banyak kalangan, salah satunya artis Hollywood Kirstin Davies, selaku utusan David Sheldrick Wildlife Trust, sebuah organisasi pelestarian margasatwa Afrika.

"Aku percaya induk bayi gajah dan badak yang sedang kami tangani merupakan korban pembantaian ilegal itu," kata Kristin.

Afrika adalah rumah untuk lebih dari 500 ribu gajah, namun setiap tahunnya lebih dari 30 ribu gajah dibunuh untuk diambil gadingnya dan dikirimkan ke Asia, yang merupakan pasar dengan permintaan tertinggi.

Lebih kurang ada sekitar 16 ribu gading gajah dan cula badak yang dibakar dalam gundukan yang menjulang tinggi itu.

Perburuan ilegal meningkat dengan drastis dalam 3 tahun terakhir sejak tahun 2012, sekitar 100 ribu gajah dibunuh yang berarti setidaknya 33 ribu gajah mati per tahunnya.

Pada tahun 1970-an, Afrika memiliki setidaknya 1,2 juta gajah, namun sekarang jumlahnya telah menurun dengan sangat tragis kisaran 400 ribu hingga 450 ribu gajah.

Populasi badak lebih mengkhawatirkan. Hanya ada kurang dari 30 ribu badak tersebar di seluruh Afrika dan satu spesies, Badak Putih, berada diambang kepunahan. Tiga badak yang tersisa sekarang berada di bawah perlindungan pemerintah Kenya.

Presiden Uhuru dan pimpinan margasatwa liar Kenya, Richard Leakey, menegaskan peristiwa pembakaran gading Kenya bertujuan untuk menunjukkan dan memberitahukan pada dunia bahwa gading dan cula Kenya tidak untuk dijual.

Kenya akan mengajukan larangan keras perdagangan gading dan cula pada pertemuan besar Perdagangan Internasional Margasatwa Terancam Punah atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), akan dilaksanakan di Afrika tahun ini.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya