Liputan6.com, Pyongyang - Kongres partai berkuasa di Korea Utara kembali digelar pada Jumat (6/5/2016) pagi, setelah 36 tahun vakum.Â
Kongres itu dihadiri oleh ribuan delegasi dari berbagai daerah Korea Utara, mereka mendatangi ibukota Pyongyang.
Baca Juga
Baca Juga
Semua perhatian tertuju pada pidato Kim Jong-un yang dianggap akan banyak membawa perubahan di negaranya. Setiap detail dari ucapannya dicermati dengan baik, terutama hal-hal yang menyangkut perubahan kebijakan ataupun pertukaran anggota elite pemerintah.
Advertisement
"Kongres ini akan mengeluarkan hasil yang sangat brilian yang akan memajukan kemenangan revolusi kita," kata Kim Jong-un.
Kongres itu dilaksanakan di April 25 House of Culture. Terlihat penjagaan yang sangat ketat mengelilingi gedung pertemuan itu.
Pertemuan itu diduga diadakan untuk membicarakan kelanjutan dari program nuklir Korut yang memang menjadi proyek Kim Jong-un dalam upaya meningkatkan 'ancamannya'.
Korea Selatan dan Pemerintahan AS menyatakan, mereka percaya bahwa Kim akan melakukan percobaan nuklir yang ke-5 selama berlangsungnya kongres partai.
Selain isu nuklir dan dinamika elite Korut, isu yang tak kalah menarik perhatian adalah status kedudukan adik bungsu Orang Nomor Satu Korut itu, Kim Yo-jong.
Dikutip dari BBC, Jumat (6/5/2016), Kim Yo-jung adalah putri bungsu Kim Jong-il, dan adik satu ibu Kim Jong-un dan Kim Jong-chol. Yo-jung menyelesaikan pendidikannya di Berne, Swiss, bersama dengan Kim Jong-un.
Dalam pemerintahan elite kakaknya, Yo-jong bertugas untuk menjaga citra sang kakak di mata publik.
Perempuan yang menikah dengan anak sekretaris Partai Buruh, Choe Rhong-hae, juga mempunyai peran yang penting di dalam departemen propaganda partai pada tahun 2014.
Kim Yo-jong juga berperan sebagai penasihat politik dan sekretaris bagi sang kakak.
Menurut laporan media setempat, adik penguasa itu bahkan sempat dimarahi oleh Kim Jong-un ketika membuat kesalahan yang fatal.
Walaupun demikian, para peneliti politik melihat bahwa Kim Yo-jong memang ditakdirkan untuk mendapatkan peran penting dalam pemerintahan Jong-un.
Dia bahkan pernah disebut-sebut menjadi pengganti Kim Jong-un pada tahun 2014, saat sang 'Supreme Leader' menghilang dari pandangan publik secara misterius.