Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengakuan 6 Pekerja Seks Komersial soal Pacar

Menurut pengakuan seorang pekerja seks, kencan yang paling berkesan justru ketika berkencan dengan sesama PSK

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 09 Mei 2016, 23:30 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2016, 23:30 WIB
6 Pengakuan Pekerja Seks Mengenai Pacaran
Ilustrasi pekerja seks di negara maju. (Sumber borgenproject.org)

Liputan6.com, New York - Mencapai keseimbangan kerja dan kehidupan bukanlah hal yang mudah untuk bidang kerja apapun. Apalagi bagi pekerja seks komersial, mencapai keseimbangan itu menjadi lebih sulit lagi. Misalnya, bagaimana menceritakan kepada kekasih bahwa ia harus menjual diri untuk mencari nafkah?

Dikutip dari Vice.com pada Senin (9/5/2016), seorang penari telanjang bahkan berhenti berkencan karena profesinya memberi cinta sesaat kepada pria-pria setiap malam telah mematikan keintiman. 

Setelah sang penulis meninggalkan dunia tarian erotis itu, ia bertemu dengan beberapa pria yang mengungkit-ungkit pengalaman masa lalunya menari tanpa busana pada usia 18 tahun. Ada yang kecewa dan ada yang malah bergairah secara aneh.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang melakukan seks sebagai bisnis sekaligus seks sebagai kesenangan? Mantan penari itu kemudian melakukan wawancara dengan beberapa pekerja seks tentang perkencanan mereka.

1. “Pacaran terbaik malah dengan sesama pekerja seks,” kata Charlotte Rose di London.

Ada dua tanggapan utama dari calon pacar, “Tidak, karena kamu seorang pekerja seks” dan “ya, karena kamu seorang pekerja seks”. Jadi, bukan tentang orangnya.

Dapat dimaklumi kalau ada orang yang tidak bisa menerimanya, tapi ada saja yang malah mencoba hal-hal seksual baru sebagai alasan berpacaran.

Pacarannya yang terkini hanya berlangsung dua bulan. Wanita pekerja seks ini tidak ingin mengira pacarnya tidak sedang bersama dengan dirinya yang sesungguhnya. Namun ia tidak berani terlalu terbuka dengan kekasihnya karena tidak mau dicemburui.

Hubungan terbaiknya malah ketika berpacaran dengan sesama pekerja seks. Mereka saling merasa nyaman dan bisa mengobrol tentang apapun.

Pernah di suatu kesempatan kencan makan bersama, mereka mendengar pasangan di meja sebelah bicara soal hari-hari mereka, misalnya proposal bisnis, presentasi, dan yang sejenisnya. 

Lucunya, pembicaraan pasangan pekerja seksual itu malah membicarakan bagaimana mereka memperlakukan ‘pelanggan’.

Dalam pandanganya, beberapa wanita pekerja seksual sering terlalu naïf dalam urusan mencari pacar. Jadi, ketika mendapatkannya, mereka malah berlebihan.

2. “Wanita yang aku pacari memandangku sebagai mesin seks yang ganas,” ujar Seani Love di London.

Seani adalah seorang pria pekerja seks yang mengaku sebagai spesialis ritual erotik. Menurutnya, banyak orang tercengang melihat ada seorang pria yang bisa menjadi pekerja seks yang sukses.

Para wanita yang dikencaninya memandangnya sebagai mesin seks yang ganas, walaupun ia mengaku sebagai seseorang yang berjiwa perasa. Pernah ada seorang yang dikencaninya tidak percaya hingga akhirnya melihat situs web sang pria pekerja seks itu.

Pria itu mengaku memiliki satu hubungan jangka panjang, namun ia mempraktekkan non-monogami secara terselubung. Pacarnya kecewa kalau ada pesanan menit terakhir yang mengganggu rencana mereka sehingga sang pekerja seks ini sekarang hanya menerima pesanan yang dilakukan dari jauh hari.

Ketika ditanya tentang pekerjaannya, ia mengaku tidak berbohong kepada orang yang dipacarinya, tapi berbohong kepada orang-orang lain seperti penjaga toko, sopir taksi, atau orang tak dikenal di bar. Hal ini dilakukannya untuk meniadakan pembicaraan yang bertele-tele.

Menurutnya, tidak terlalu banyak stigma yang melekat pada pekerja seksual pria, tapi begitu banyak stigma pada pekerja seksual wanita. Banyak orang menduga-duga rasanya berpacaran dengan seorang pekerja seksual. Mereka menduga-duga adanya penyakit, narkoba, atau ketiadaan harga diri.

3. “Dia mabuk ketika melamar saya”, kata Yvonne di London.

Yvonne, seorang wanita pekerja seksual, hanya pernah punya dua hubungan pacaran sejak berusia 21 tahun. Yang pertama adalah ketika ia cuti dari pekerjaan sebagai wanita pendamping atau escort.

Tapi sang pria kecewa ketika diberitahu tentang pekerjaannya. Pacarnya saat itu mengungkit-ungkit ketika sedang bertikai dan sulit mempercayainya, bahkan sampai harus memeriksa telepon dan surel. Hubungan mereka berakhir karena sang pria ingin berkeluarga, padahal Yvonne belum siap.

Ia kemudian kembali menjadi wanita escort dan tidak mau lagi berpacaran hingga akhirnya menaksir seorang klien yang jenaka dan manis.

Umur mereka sebaya dan sering datang ke tempat kerja sang wanita dalam keadaan sedikit mabuk. Suatu malam pria itu melamarnya di hadapan wanita-wanita Romania lain yang kerja di sana. Tapi, pria itu kemudian menghilang selama setahun.

Akhirnya, pria itu menelepon lagi dan mereka bertemu untuk makan malam, lalu berpacaran hingga setahun lamanya.

Sulit juga bicara soal kepercayaan. Jangan-jangan, sang pria berkenalan dengan seorang pekerja seks lain dan sebaliknya pria itu bisa cemburu juga terhadap Yvonne.

Sepertinya hubungan ini berlangsung baik karena keduanya pernah saling melihat kerentanan masing-masing yang menimbulkan rasa saling hormat.

4. “Dalam setiap pacaran, aku berbohong selama beberapa bulan pertama,” kata Jamie Drake di Edinburgh.

Jamie Drake adalah seorang pekerja seks layanan penuh dengan spesialisasi tertentu, tapi ia tidak pernah langsung mengaku demikian. Ia berbohong selama beberapa bulan pertama masa pacarannya, enggan memberitahukannya kepada orang-orang baru.

Rasanya ada terlalu banyak penghakiman, dan ia merasa belum sepantasnya menceritakan hal paling intim kepada orang yang baru dikenal sebulan.

Ia menceritakan setahap demi setahap kepada pacarnya yang sekarang. Pertama, ia mengaku pernah melakukan pekerjaan seksual, lalu kemudian mengaku masih melakukannya dan tidak akan berhenti hanya karena diminta.

Pacarnya sempat geram karena dibohongi, tapi beberapa hari kemudian mereka menangis bersama dan memikirkan segalanya. Pria kekasihnya kemudian tidak memandangnya sebagai masalah besar, melainkan hanya sekedar tuntutan pekerjaan.

5. “Ia bilang aku melakukannya untuk mencari perhatian,” ujar Ben dari London.

Hampir setiap pria yang pernah dipacari oleh Ben memberikan reaksi buruk tentang pekerjaannya dalam bisnis escort.

Biasanya diawali dengan kekagetan yang diikuti dengan penelaahan ulang tentang segala hal yang mereka pikir tentang Ben.

Ia pernah berpacaran dengan seseorang yang langsung bertanya, “Apa hal paling keji yang pernah kamu lakukan?” Seakan-akan ia dipaksa untuk melakukan hal-hal yang mengerikan.

Seorang pria yang pernah dipacarinya terus-menerus khawatir tentang penularan HIV dan penyakit seksual menular lainnya. Seorang pria lagi mengatakan bahwa Ben melakukannya untuk mencari-cari perhatian.

Ketika pacarannya yang terkini menjadi semakin serius, ia memutuskan untuk bekerja sebagai pegawai restoran dan cuti melakukan escort untuk sementara waktu.

6. “Mantan pacarku mengabaikanku selama dua hari,” kata Stacey, di Edingburgh dan Belfast.

Menurut pengakuan Stacey, ia tidak memiliki hubungan-hubungan dengan pria karena merasa terlalu sulit untuk berbohong dan tidak bisa menceritakan sejujurnya kepada pria manapun.

Wanita pekerja seks ini pernah menceritakan kepada mantan pacarnya bahwa ia pernah melakukan pekerjaan seksual di masa lalu, dan pacarnya mengabaikannya selama dua hari sambil berpikir-pikir meneruskan hubungan atau tidak.

Pada saat itu, Stacey sangat khawatir kalau hubungannya berakhir. Pacarnya saat itu menanyakan apa yang telah dilakukannya berapa banyak klien selama ini dan apakah masih melakukan ketika mereka bersama. Stacey merasa dipermalukan dan kecewa.

Sejak saat itu, Stacey pernah memiliki berpacaran dan taksir menaksir beberapa kali, tapi ia merasa terlalu sulit untuk berbohong. Ia membenci kehidupan ganda, tapi tidak bisa menceritakan kepada teman-temannya. Ia takut dihakimi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya