Liputan6.com, Windhoek - Pada tahun 1908, seorang pencari harta karun asal Jerman menemukan sebuah berlian di Gurun Namibia.
Sejak saat itu, daerah padang pasir yang berbatasan dengan lautan tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Sperrgebiet atau 'wilayah terlarang'.
Kawasan tersebut dikelola oleh pihak Jerman yang mengelola area seluas 10 ribu mil persegi atau 25.899 km persegi.
Advertisement
Saat ini, wilayah tersebut dikelola DeBeers bersama dengan pemerintah Namibia. Kedua pihak terus mencari keberadaan permata itu.
Baca Juga
Meski berlian yang dicari, pada 1 April 2008 seorang pekerja justru menemukan benda yang jauh lebih berharga, koin emas berusia nyaris 500 tahun atau setengah milenium.
Koin emas yang ditemukan di sana ternyata merupakan benda langka yang sudah tidak pernah terlihat lagi sejak Abad ke-15.
Kala itu, para penggali mengebor tanah dan mengenai benda-benda misterius tersebut. Ada potongan logam, bongkahan kayu, dan benda mirip pipa tembakau.
Penasaran dengan temuan mereka, akhirnya pihak perusahaan mendatangkan seorang arkeolog bernama Dieter Noli.
Noli mengatakan, yang ditemukan para penggali tersebut adalah senapan berusia 500 tahun dan gading gajah.
Sang arkeolog awalnya tak menyangka, namun akhirnya ia yakin bahwa temuan para pekerja sejatinya adalah kapal yang karam dari masa lalu. "Ini jelas kapal karam," kata dia, seperti dikutip dari CNN, Rabu (11/5/2016).
Berdasarkan petunjuk dari benda-benda yang ditemukan dari bongkahan tersebut, kapal itu diduga adalah The Bom Jesus.
Itu adalah kapal Portugis yang berlayar ke India dan karam sebelum mencapai Samudera Atlantik.
Bahtera itu memuat ribuan pencetak logam, koin emas murni Spanyol dan Portugis. Para sejarawan memperkirakan kapal tersebut dibuat pada tahun 1525-1538.
Isi dek tersebut cocok dengan data daftar kapal hilang yang dicatat dalam buku langka dari Abad ke-16 'Memorias das Armadas'.
Berdasarkan barang bukti dari situs tersebut, Noli dan timnya mencoba mengungkapkan misteri di balik hilangnya The Bom Jesus.
"Kami tahu kapal itu datang, menghantam batu, dan karam di dasar lautan," kata Noli.
Arkeolog itu juga mengatakan, struktur kapal mulai berjatuhan dan sebuah peti yang berada di kabin kapten terjatuh. Ternyata peti itu dipenuhi oleh koin emas.
Puing kapal berukuran besar menimpa peti uang, yang justru melindungi kota harta tersebut.
Tak hanya emas, timah, dan gading gajah, kapal itu juga mengangkut 44 ribu pon batang tembaga -- yang menjadi salah satu kunci awetnya kapal tersebut.
"Biasanya sisa kayu akan habis dimakan organisme laut, namun karena adanya racun yang dikeluarkan oleh material tersebut, kayu itu awet," kata Werz.
Kini bangkai kapal karam tersebut berada dalam pengawasan pihak pengelola tambang berlian.
Kayu, senapan, meriam, dan pedang masih berada di tempatnya seperti pada masa lalu. Untuk menjaga kerahasiaan lokasi penemuan harta karun, sejumlah artefak dijauhkan dari mata publik -- seperti halnya Sperrgebiet yang terlarang.
Namun, sejumlah orang berharap, akan ada perubahan pada masa depan. Perdebatan belum usai, soal apakah perlu dibangun sebuah museum untuk menampilkan kapal karam tersebut. Setelah 500 tahun terpendam pasir, Bom Jesus diharapkan muncul dan ditampilkan pada dunia.