Kisah 2 Remaja Uighur Urumqi Kejar 'Mimpi' ke Amerika

Tak ada yang 'berbeda' dalam diri mereka. Demikian pula dengan remaja dari etnis yang paling banyak berada di Xinjiang, China itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 26 Mei 2016, 20:04 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2016, 20:04 WIB
Kisah 2 Remaja Uighur Urumqi Kejar 'Mimpi' ke Amerika
Irfan (kiri) dan Nahila (kanan), murid sekolah Urumqi, China. (Liputan6.com/Arie Mega Prastiwi)

Liputan6.com, Xinjiang - Xinjiang tak lepas dari keunikan multietnis yang dimiliki daerah otonomi terbesar di China. Etnis mayoritas berasal dari Uighur yang mayoritas beragama Islam.

Tak ada yang 'berbeda' dalam diri mereka. Demikian pula dengan remaja dari etnis yang paling banyak berada di Xinjiang itu.

Liputan6.com berkesempatan menemui 2 remaja etnis Uighur yang bersekolah di salah satu SMA terbaik di ibu kota Xinjiang, Urumqi. Keduanya memiliki kesamaan: ingin sekolah tinggi lalu pergi ke Beijing lantas ke Amerika Serikat.

Salah satunya adalah Irfan. Pemuda 16 tahun itu baru satu tahun bersekolah di Urumqi. Pemuda itu berasal dari Kota Yili di distrik Yining, 390 km dari ibu kota.

"Bukan berarti di Yili tak ada sekolah yang bagus, tapi aku pikir sekolah di Urumqi membawa banyak kesempatan, seperti bertemu dengan orang terkenal dan tujuanku adalah kuliah," ucap Irfan.

Remaja yang menyukai sepak bola dan mengagumi Leonel Messi itu rupanya ingin jadi ahli geografi.

"Kata guruku, aku 'kuat' di geografi. Oleh sebab itu aku ingin jadi ahlinya. Aku tahu di mana Indonesia," ujarnya bersemangat.

"Nanti aku ingin sekolah Universitas di Xinjiang lalu sekolah ke Beijing, dan terakhir... ke Amerika Serikat," ujarnya bangga.

Murid-murid di SMA Urumqi, Xinjiang, China. (Liputan6.com/Arie Mega Prastiwi)

Remaja muslim yang baru menginjak kelas 1 SMA itu mengaku senang bersekolah dan bertemu dengan teman-teman dari ibu kota. Ia tak merasa tersisihkan dari pergaulan.

"Tidak ada geng-geng antara etnis satu dengan lainnya. Kami semua sama. Aku juga boleh salat kalau mau," terang Irfan yang mengatakan jam pelajaran dimulai pukul 09.00 hingga 19.00.

"Ada istirahat dua jam, kami bebas melakukan apa saja," ujar Irfan.

Hal serupa dirasa oleh Nahila. Remaja putri berusia 16 tahun asal Uighur mengaku tak ada beban sebagai etnis Uighur.

"Semua sama. Meski kalau ditanya dari mana, ya... aku akan menjawab etnis Uighur. Tapi tak ada masalah," kata Nahila kepada Liputan6.com.

Perempuan yang lahir dan besar di Umruqi itu juga tak merasa jadi kaum minoritas.

"Orang di pemerintahan boleh menyebut kami minoritas, tapi di pergaulan, biasa saja. Tak ada perasaan seperti itu," ungkapnya.

Nahila juga sama dengan remaja China bahkan remaja di belahan dunia manapun. Senang pergi bersama teman-teman, membaca buku serta menonton film Hollywood. Ia juga bercita-cita menjadi ahli biologi. Seperti halnya Irfan, Nahila ingin sekali sekolah di Amerika Serikat.

"Sehabis lulus SMA, aku ingin kuliah di Beijing, lalu ke Amerika Serikat, jadi ahli biologi," kata Nahila dalam bahasa Inggris terbata-bata.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya