Liputan6.com, Orlando - Pria bersenjata yang melepaskan tembakan di Klub Malam Pulse di Orlando, Amerika Serikat, sejauh ini menyebabkan 50 orang meninggal dan 53 lainnya terluka.
Dalam peristiwa penembakan yang disebut-sebut paling mematikan dalam sejarah AS tersebut, Obama mengatakan bahwa FBI sedang menyelidiki aksi terorisme tersebut.
Pada peristiwa itu, terjadi kekacauan di Pulse -- sebuah klub yang populer di kalangan gay -- yang sedang menghelat acara 'Latin night'. Ketika itu, para pengunjung menjatuhkan dirinya di lantai untuk berlindung, lalu korban selamat bergegas keluar melalui pintu masuk.
Advertisement
Baca Juga
Setelah penembakan pertama dilakukan, polisi mengatakan bahwa sang pelaku sempat menyandera pengunjung sekitar hampir 3 jam, hingga akhirnya petugas melakukan penyerbuan ke dalam klub dan terjadi aksi tembak menembak yang menewaskan pelaku.
"Kita tahu bahwa ini merupakan aksi teror dan tindakan kebencian," ujar Obama menanggapi peristiwa penembakan tersebut yang disampaikannya di Gedung Putih.
"Dan sebagai orang Amerika, kita bersatu dalam kesedihan, kemarahan, dan tekad untuk membela rakyat kami," imbuhnya.
Identitas Pelaku Penembakan
Pelaku penembakan diidentifikasi sebagai pria berusia 29 tahun bernama Omar Mateen. Menurut aparat penegak hukum AS, Ia sempat menelepon 911 pada Minggu 12 Juni 2016, dan menyatakan janji setianya kepada pemimpin ISIS.
Aksi Mateen yang mengucap baiat pada ISIS, mengingatkan pada serangan yang menewaskan 14 orang di San Bernardino, California, pada Desember 2015 lalu.
Saat itu, salah satu penembak mengucapkan janji setianya kepada pemimpin ISIS yang diposting dalam Facebook. Pihak berwenang kemudian mengatakan bahwa postingan tersebut dibuat atas nama kedua penyerang.
Sementara itu, kantor berita propaganda ISIS, Amaq, menyebutkan bahwa peristiwa yang terjadi di Orlando benar dilakukan oleh pengikutnya. Namun hingga kini belum jelas apakah pria bersenjata di Orlando itu memiliki koneksi ke kelompok tersebut.
Dari keterangan penyidik diketahui, Mateen yang keluarganya tinggal di Afghanistan juga sempat menyebut pemboman Boston Marathon pada 2013 lalu.
Dikutip dari The Washington Post, Senin (13/6/2016), rincian tentang latar belakang Mateen mulai terkuat perlahan. Seperti Tamerlan Tsarnaev, pelaku bom Boston, Mateen juga telah menjadi fokus penyelidikan FBI sebelum ia meluncurkan serangan di Klub Pulse.
Ron Hopper dari FBI mengatakan, Mateen telah dua kali diperiksa. Pada 2013, Hopper menyebutkan bahwa pihaknya telah menginvestigasi Mateen setelah ia membuat komentar yang menyulut amarah rekan kerjanya dengan menuduh adanya hubungan dengan teroris.
"Mateen telah diwawancara dua kali dan penyidik tak dapat memverifikasi komentarnya," demikian FBI menutup penyelidikan.
Pada 2014, Mateen juga sempat diinvestigasi kembali oleh FBI. Kali ini, mereka melihat hubungan potensial antara Mateen dengan Moner Mohammad Abusalha -- orang Amerika pertama yang melakukan serangan bunuh diri di Suriah. Seperti Mateen, Abusalha juga tinggal di Fort Pierce, Florida.
"Kami telah memutuskan bahwa hubungan mereka sangat minim dan bukan merupakan hal penting atau ancaman pada waktu itu," ujar Hopper.
Hopper mengatakan, bahwa FBI tengah berupaya menentukan motif pelaku. Ia mengatakan, bahwa para pejabat tak menemukan indikasi adanya bantuan dari luar atau terdapat tersangka lain. Mereka juga yakin bahwa tak ada serangan susulan.