Liputan6.com, San Diego - Penampilan pertama di mana terdapat dunia dengan dua Matahari, muncul ketika Luke Skywalker melihat dua buah Matahari terbenam di planet yang dihuninya, Tatooine.
Walaupun Tatooine hanya bisa ditemukan di film Star Wars, namun planet serupa tak sekedar fiksi belaka semenjak ditemukannya Kepler-16b pada 2011.
Baca Juga
Saat ini, di tata surya yang sama, planet terbesar yang mengorbit dua bintang telah ditemukan. Hal tersebut mengungkap wawasan bagaimana planet 'Tatooine' terbentuk dan berevolusi.
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (14/6/2016), kelompok peneliti dari San Diego State University (SDSU) menggunakan teleskop angkasa luar Kepler untuk mengidentifikasi planet baru tersebut yang diberi nama Kepler-1647 b.
Planet itu berjarak 3.700 cahaya dan diperkirakan berusia 4,4 miliar tahun -- hampir sama dengan umur Bumi. Para ilmuwan percaya bahwa Kepler-1647 b memiliki orbit terpanjang untuk planet yang melakukan transit atau melintas di depan bintangnya.
Baca Juga
"Salah satu cara terbaik untuk memperluas pemahaman kita tentang alam semesta adalah dengan mempelajari kasus-kasus ekstrem, dan terdiri dari dua hal penting: periode terpanjang dan planet circumbinary -- planet yang mengorbit dua bintang -- terbesar," ujar fisikawan Harvard Smithsonian Centre for Astrophysics, Dr Jason Eastman, yang tak terlibat dalam peneiltian tersebut.
"Contoh ekstrem tersebut memberi kita pandangan kritis untuk memahami formasi dan evolusi tipe planet tersebut," imbuhnya.
Planet yang mengorbit dua bintang disebut planet circumbinary atau biasa dijuluki planet 'Tatooine'.
Dengan menggunakan teleskop Kepler, astronom mencari sesuatu hal mencolok yang mengisyaratkan sebuah planet sedang transit di depan bintang dan memblokir sebagian cahayanya.
"Tapi menemukan planet circumbinary jauh lebih sulit daripada menemukan planet di sekitar bintang tunggal," ujar astronom dari SDSU yang merupakan bagian dari tim peneliti, Profesor William Welsh.
Sebelumnya yakni pada 2011, anggota tim peneliti lain dan juga astronom di Search for Extra Terrestrial Life Institute (SETI), Dr Laurance Doyle, telah melihat Kepler-1647 b transit di depan bintangnya.
Namun dibutuhkan lebih banyak data dan beberapa tahun analisa untuk mengonfirmasi bahwa transit tersebut memang disebabkan oleh planet circumbinary.
Sebuah jaringan astronom amatir kemudian melakukan pengamatan tambahan untuk membantu tim peneliti dalam memperkirakan massa planet.
Hasil penelitian tersebut telah diterima dan akan dipublikasi di Astrophysical Journal yang bekerja sama dengan rekan postdoktoral dari NASA, Veselin Kostov, sebagai penulis utama.
Kepler-1647 b Dapat Dihuni?
Bintang tempat Kepler-1647 b mengorbit diyakini serupa dengan Matahari, di mana satu bintang memiliki ukuran lebih besar dan lainnya berukuran lebih kecil.
Planet Kepler-1647 b sendiri memiliki massa dan radius yang hampir identik dengan Yupiter. Hal tersebut membuatnya menjadi circumbinary planet terbesar yang melakukan transit.
"Agak sedikit aneh memang, karena planet terbesar ini membutuhkan waktu lama untuk dikonfirmasi, karena pada dasarnya lebih mudah menemukan planet besar daripada yang kecil," ujar astronom SDSU dan tergabung dengan tim peneliti, Jerome Orosz.
"(Tapi) memang dibutuhkan waktu lama untuk mengonfrimasi karena periode orbit planet yang begitu lama," imbuhnya.
Kepler-1647 b membutuhkan 1.107 hari atau lebih dari 3 tahun untuk mengorbit bintangnya. Sejauh ini hal tersebut merupakan periode terpanjang exoplanet -- planet-planet mengorbit di luar tata surya kita -- yang melakukan transit.
Planet tersebut juga memiliki jarak paling jauh dibanding dengan planet circumbinary lainnya. Hal tersebut mendobrak anggapan selama ini yang menyebut bahwa planet circumbinary cenderung memiliki orbit yang dekat dengan bintangnya.
Menariknya, orbit planet tersebut membuat Kepler-1647 b ke dalam 'habitable zone' atau zona layak huni. Namun jika dilihat dari elemen penyusunnya, planet tersebut hingga saat ini dinilai tak dapat menjadi tempat terjadinya kehidupan karena tersusun oleh gas -- layaknya Yupiter.
Meskipun demikian, jika planet tersebut memiliki bulan besar maka kemungkinan adanya kehidupan dapat terjadi.
"Di samping dapat dihuni atau tidak, penemuan Kepler-1647 b sangat penting karena dapat menjadi tanda adanya populasi planet circumbinary besar dengan periode transit yang lama," jelas Welsh.
Namun Eastman berpikir bahwa akan dibutuhkan waktu lama untuk menemukan planet baru yang serupa.
"Karena misi Kepler telah berakhir dan tak ada rencana misi lain yang mampu melihat planet dengan periode transit sangat lama, mungkin Kepler-1647 b masih akan menyandang gelarnya untuk beberapa waktu," ujarnya.
Advertisement