400 Orang Ditahan dalam Rusuh 'Kelaparan' di Venezuela

Setidaknya 400 orang ditangkap dalam kerusuhan dan penjarahan akibat kelaparan di Venezuela.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Jun 2016, 22:12 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2016, 22:12 WIB
Unjuk rasa Venezuela (2)
Negara dengan cadangan minyak terbesar sedunia itu tidak memiliki cukup pasokan pangan dan barang-barang kebutuhan lainnya. (Sumber Marco Bello/Reuters)

Liputan6.com, Caracas - Setidaknya 400 orang ditangkap dalam kerusuhan dan penjarahan akibat kelaparan di Venezuela. Media lokal melaporkan, lebih dari 100 toko di kota pesisir, Cumana dijarah sementara satu orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.

Seperti dilansir BBC, Kamis (16/6/2016) Venezuela masuk dalam daftar negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia di mana orang dapat antre selama berjam-jam untuk mendapat makanan bersubsidi.

Pihak oposisi menyalahkan pemerintah atas peristiwa kelaparan ini -- menyebut pemerintah salah urus. Sementara itu, pemerintah membalas tuduhan dengan mengatakan bahwa tragedi ini adalah bagian dari perang ekonomi yang dilancarkan untuk memaksa Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.

Anggota Kongres dari pihak oposisi, Milagros Paz mengatakan, sebagian besar toko dijarah. "Pihak berwenang belum mengakui bahwa telah terjadi darurat distribusi makanan", ujar Paz seperti dikutip media lokal, El Universal.

Namun pernyataan berbeda diungkapkan oleh Gubernur Sosialis Sucre, Luis Acuna. Menurutnya hanya toko pakaian, optik, dan minuman keras yang menjadi sasaran penjarahan.

Anggota parlemen dari Partai PSUV pimpinan Presiden Maduro, Diosdado Cabello menyalahkan oposisi atas demonstrasi berkelanjutan.

"Kerusuhan ini adalah ulah kelompok fasis. Jangan katakan pada saya bahwa dongeng ini bentuk protes spontan," ujarnya.

Pasokan makanan dan obat-obatan menipis sementara aksi protes terus berlanjut di negara itu.

Organisasi non-pemerintah, Venezuelan Violence Obeservatory mengatakan, setidaknya 10 kasus penjarahan terjadi setiap harinya.

Sejarah mencatat, Venezuela sebagai negara kaya. Minyak berlimpah ruah di negara itu, melebihi jumlah yang ada di Arab Saudi.

Belakangan, krisis memaksa negara itu melakukan pemadaman bergilir dan demi alasan penghematan pegawai negeri dikurangi jam kerjanya. Harga minyak yang terjun bebas di pasar dunia membuat Venezuela semakin kelimpungan.

Warisan krisis ini disebut merupakan peninggalan Hugo Chavez. Naiknya Maduro -- sebelumnya ia adalah wakil presiden -- tidak membantu memperbaiki keadaan membuat Venezuela justru diklaim 'salah urus'.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya