Ini Bukti Lukisan Transplantasi Kaki Ada 1.500 Tahun Lalu?

Menurut legenda, kaki sehat dari seorang yang meninggal bisa diambil guna menggantikan kaki orang yang masih hidup namun menderita gangren.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 25 Jun 2016, 07:03 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2016, 07:03 WIB
Santo Cosmas dan Santo Damian (0)
Menurut legenda, kaki sehat dari seorang yang meninggal diambil guna menggantikan kaki seorang hidup yang menderita gangren. (Sumber Ancient Origins)

Liputan6.com, Raleigh - Para peneliti mengaku telah menemukan bukti paling awal pembedahan transplantasi dalam suatu lukisan yang menggambarkan proses tersebut. Karya itu diduga kuat berasal dari abad 5 Masehi, sekitar 14 abad sebelum para dokter modern mencetuskan teori tentang transplantasi.

Lukisan abad 14 itu ada di Museum Seni North Carolina di Raleigh, negara bagian North Carolina, AS. Berkisah tentang mukjizat Dokter Santo Cosmas dan Santo Damian, yang menurut legenda mengambil kaki sehat dari seorang yang meninggal guna menggantikan kaki orang yang masih hidup namun menderita gangren (mati jaringan). 

Lukisan itu merupakan karya seniman Italia bernama Matteo di Pacino pada 474 Masehi. Para peneliti Italia mengatakan itulah pertama kalinya penggambaran transplantasi kaki.

Karya tersebut terbuat dari tempera (cat berbahan kuning telur) dan helai emas, yang tertera pada sebuah panel.

Para peneliti yang terlibat adalah Antonio Perciaccante dari Rumah Sakit Gorizia, Frank Rühli seorang direktur untuk Lembaga Kedokteran Evolusioner Universitas Zurich, lalu Francesco Maria Galassi, pimpinan peneliti Italian Paleopathology Project untuk IEM, dan Raffaella Bianucci, seorang ahli bio-antropologi di Universitas Zurich.

Para peneliti kedokteran dan antropologi itu menelaah lukisan tersebut dan menyimpulkan bahwa sang pasien, menurut istilah Seeker.com, menderita 'penyakit yang aneh'.

Dalam terbitan melalui Journal of Vascular Surgery, para peneliti menjelaskan begini, "Secara morfologis, kaki yang diamputasi tampak benyek, lembek, dan busuk, disertai luka yang konsisten serta mengering. Berdasarkan karakteristik-karakteristik ini, kami menduga pria itu menderita pembusukan jaringan karena infeksi pada kaki kanan."

Menurut kisahnya, ada dua orang suci yang merupakan saudara kembar menjadi dokter dan tidak menerima bayaran perawatan dari siapa pun -- baik si miskin maupun kaya. Mereka lahir di Arabia dan praktek kedokteran di Suriah, yang saat itu merupakan provinsi Kekaisaran Romawi.

Menurut legenda, mereka memotong kaki yang sakit dan melakukan transplantasi kaki sehat dari seorang pria Ethiopia yang meninggal dunia. Potongan kaki yang busuk kemudian dimasukan dalam peti mati pria Ethiopia tersebut.

Selama berabad-abad lamanya, termasuk pada masa itu, penanganan mati jaringan adalah dengan amputasi. Para peneliti menduga bahwa dokter-dokter telah lama mencoba transplantasi, tapi hampir tidak mungkin mendapat donor yang sepadan secara biologis dengan penerima. Hampir bisa dipastikan adanya penolakan oleh tubuh penerima.

Si Dokter Kembar

Dalam Gereja Katolik, Cosmas dan Damian adalah orang suci pelindung para dokter, ahli bedah, dokter gigi, dan ahli farmasi. Mereka dikisahkan sangat dicintai warga dan menjadi dokter-dokter yang sukses.

Santo Cosmas dan Santo Damian, dokter kembar yang dibunuh karena iman mereka. Menurut legenda, kaki sehat dari seorang yang meninggal diambil guna menggantikan kaki seorang hidup yang menderita gangren. (Sumber Ancient Origins)

Sebagaimana nasib para orang suci di masa awal, dua saudara itu menjadi martir akibat penganiayaan oleh pihak Kekaisaran Romawi. Mereka diseret ke hadapan gubernur Romawi yang kemudian memerintahkan hukuman penyiksaan.

Dua saudara kembar itu menolak untuk berpindah kepercayaan, sehingga mereka diancam dibunuh.

Mereka dikisahkan mendapat mukjizat saat diadili. Kala itu pihak Romawi mengikat tangan dan kaki mereka, lalu menceburkan keduanya ke dalam laut. Tapi para tersangka berhasil meloloskan diri dan berenang ke pantai.

"Ketika Kaisar Dioclesian menjadi murka, sulit menutup-nutupi kebohongan tokoh sepenting itu. Mereka kemudian ditahan berdasarkan perintah Lysias, seorang gubernur Cilicia. Setelah disiksa berulang kali, mereka dipenggal. Jasad mereka dibawa ke Suriah dan dimakamkan di Cyrus," demikian menurut buku 'Lives of the Saints' karya Pastor Alban Butler.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya