Liputan6.com, Istanbul - Dugaan keterlibatan kelompok teroris ISIS dalam tragedi bom Turki semakin menguat menyusul pernyataan sejumlah pejabat negara itu yang mengklaim memiliki cukup bukti terkait tuduhan itu.
Meski pernyataan resmi belum dirilis, media pemerintah menyebutkan ketiga bomber itu berasal dari Rusia, Uzbekistan, dan Kirgistan.
Baca Juga
Seperti dilansir CNN, Jumat (1/7/2016) seorang pejabat lokal mengatakan ketiga bomber itu masuk ke Turki sekitar satu bulan lalu dari ibu kota ISIS di Suriah, Raqqa. Mereka membawa rompi bunuh diri dan bom yang digunakan dalam serangan di Bandara Ataturk itu.
Advertisement
Para teroris disebut menyewa sebuah apartemen di Distrik Fatih, Istanbul. Salah satu dari mereka meninggalkan salah satu paspor di sana.
"Serangan itu direncanakan dengan sangat baik dengan melibatkan pimpinan ISIS," ujar pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Pihak Kepolisian Turki dilaporkan telah mengunjungi Fatih dan menunjukkan kepada warga lokal video dan foto ketiga bomber itu. Para warga pun mengenali mereka.
Menurut warga, salah satu foto yang diambil dari video CCTV bandara menunjukkan tiga pria menggunakan jaket tebal tampak membawa tas. Pemilik agen real estate, Bekir Yar Emlak, mengatakan ketiga pria yang ada di foto itu memang pernah menyewa apartemennya.
Pemilik garasi yang berada di samping gedung apartemen, Mustafa Elsan, juga mengaku sempat melihat ketiga pelaku ledakan bom Turki sebelum peristiwa itu terjadi.
Ia mengatakan pernah menyaksikan mereka merokok di dekat jendela apartemen yang terletak di lantai satu gedung sementara tirai tertutup.
Seorang perempuan yang merupakan penghuni apartemen di gedung yang sama dengan para pelaku mengklaim beberapa hari sebelum bom Turki meledak ia dan para tetangga sempat mencium bau bahan kimia. Peristiwa itu mendorong kecurigaan adanya kebocoran gas.
Jumlah Korban Tewas Meningkat
Jumlah korban tewas dilaporkan meningkat menjadi 44 orang setelah seorang bocah Palestina berusia 3 tahun yang terluka mengembuskan napas terakhirnya. Sebelumnya, sang ibu telah lebih dulu meninggal dunia pada Rabu, 30 Juni kemarin.
Kantor berita Anadolu menyebutkan, seorang pria juga masuk dalam daftar korban yang tewas di rumah sakit. Sementara itu korban terluka mencapai ratusan orang. Namun kebanyakan dari mereka sudah pulang dari rumah sakit.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Kirgiztan membantah laporan media Turki yang menyebut bahwa salah satu bomber berasal dari negara itu. "Para pejabat Turki mengatakan kepada perwakilan kami bahwa 'identitas pelaku bom bunuh diri saat ini masih diperiksa'," ujar Kementerian Luar Negeri Kirgiztan.
Hingga saat ini tercatat 22 orang telah ditahan terkait dengan serangan bom Turki. Sebanyak 13 dari mereka yang ditahan dibawa ke Istanbul, sementara 9 lainnya ada di kota pesisir, Izmir.
Media pemerintah Turki mengatakan, tiga di antara yang ditahan merupakan warga negara asing.
Serangan Khas ISIS
Serangan Khas ISIS
Berbagai media melansir serangan yang terjadi pada Selasa, 28 Juni lalu itu diawali ketika tiga bomber melepaskan tembakan di Bandara Ataturk sebelum akhirnya meledakkan diri. Dua dari mereka meledakkan diri di pintu masuk terminal internasional, sementara satu lainnya di tempat parkir.
Peristiwa itu mirip dengan penembakan massal dan bom bunuh diri yang terjadi di Gedung Konser Bataclan Paris, November 2015, lalu di mana ISIS mengaku bertanggung jawab.
Taktik yang dimulai dengan melepas tembakan sebelum akhirnya meledakkan diri, dikenal dengan inghimasi, belakangan semakin banyak diterapkan oleh para teroris.
"Inghimasi adalah modus operandi di Irak dan Suriah, di mana para pelaku akan menembak pos-pos pemeriksaan dan berjalan mendekati musuh, memeluk mereka, dan meledakkan diri," ujar penulis buku ISIS: Inside the Army of Terror, Michael Weiss.
"Salah satu batalion elite ISIS disebut Batalion Uzbek. Mereka ini adalah orang-orang yang berada di garis depan dalam menjaga Fallujah, kota yang baru saja berhasil direbut kembali pasukan Irak," kata Weiss.
Mengomentari apa yang terjadi di Turki, Direktur CIA, John Brennan, mengatakan ledakan bom di Bandara Ataturk memiliki tipikal serangan ISIS.
"Saya pikir apa yang mereka lakukan dalam serangan ini adalah untuk mengirimkan sinyal kepada Turki dan di saat yang bersamaan mereka (teroris) tidak ingin kehilangan dukungan dari warga Turki yang berusaha mereka rangkul," kata Brennan.
ISIS juga memiliki catatan dalam melakukan akis serangan ke bandara. Sebut saja bom bunuh diri ganda yang terjadi di Bandara Brussel pada Maret lalu yang menewaskan 10 orang.
Sama seperti serangan di Brussel, para pelaku bom bunuh diri di bandara Turki juga menggunakan taksi ke bandara.
Advertisement