Liputan6.com, Washington DC - Setelah mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair mengomentari laporan Chilcot kini giliran pihak George Bush yang angkat bicara. Melalui Direktur Komunikasinya, Freddy Ford, mantan presiden AS itu mengakui terdapat kesalahan data intelijen dalam perang Irak.
Namun menurut Ford, mantan orang nomor satu di AS itu sama sekali tidak menyesal telah melengserkan Saddam Husein.
Baca Juga
"Meski terdapat kegagalan intelijen dan kesalahan lainnya yang telah di akui oleh Bush, mantan presiden AS itu tetap percaya bahwa dunia lebih baik tanpa Saddam Hussein," kata Freddy, seperti dikutip dari BBC, Kamis (8/7/2016).
Advertisement
Bush sendiri disebut Ford belum sempat mencermati dokumen Chilcot yang baru dirilis pada Rabu 6 Juli kemarin. Ia tengah menjadi tuan rumah sebuah acara yang melibatkan para veteran di peternakannya.
Lebih lanjut, Ford menjelaskan, Bush sangat berterima kasih atas jasa dan pengorbanan pasukan koalisi yang dipimpin AS dalam perang melawan teroris.
"Tidak ada sekutu yang lebih kuat dibanding Inggris saat dipimpin oleh Tony Blair. Bush percaya bahwa kita harus bersatu dan mengalahkan setiap ekstremisme radikal yang ada di mana pun," tutur Ford.
Dirilisnya laporan Chilcot menguak fakta baru tentang keterlibatan Inggris dalam perang di Irak.
Kesimpulan investigasi yang dipimpin oleh Sir John Chilcot itu menyebut bahwa alasan yang digunakan untuk menginvasi negara yang sempat dipimpin Saddam Hussein itu tidak berdasar. Dan data intelijen yang dijadikan pedoman serangan pun cacat.
Dalam pemaparannya di hadapan parlemen Inggris, Chilcot menjelaskan bahwa tidak ada ancaman mendesak yang datang dari Saddam Hussein. Jadi, kebijakan Inggris untuk terlibat perang adalah pedoman politik dan kebijakan militer yang keliru.
Laporan Chilcot juga mengungkap tabir 'persahabatan' Blair dan Bush. Mantan PM Inggris itu diketahui mengirimkan sejumlah memo yang secara garis besar mendiskusikan rencana perang Irak dan strategi penggulingan Saddam Hussein.
Dalam sebuah memo yang ditulis tangan oleh Blair, tercantum kata-kata penutup 'Milikmu selalu, Tony'.
Sementara itu, sebuah pesan yang dikirimkan sehari setelah tragedi 9/11 menunjukkan bagaimana Blair mendesak agar AS segera mengambil kebijakan atas Irak.
Blair sendiri sudah melayangkan pernyataan duka cita, penyesalan, serta permintaan maaf atas tewasnya ratusan pasukan Inggris dalam perang Irak. Hal tersebut ia sampaikan tak lama setelah laporan Chilcot dirilis.