Liputan6.com, Nice - Lima tersangka truk teror maut Nice diadili di pengadilan di Prancis. Mereka didakwa melakukan pelanggaran teror tersebut pada Kamis 22 Juli 2016 waktu setempat.
Empat pria dan seorang wanita, berusia antara 22 dan 40 tahun itu dituduh membantu pengemudi Mohamed Lahouaiej-Bouhlel mempersiapkan serangan teror.
"Salah satu tersangka kembali ke tempat serangan hari berikutnya, untuk merekam area setelah kejadian itu," kata jaksa Prancis, Francois Molins seperti dikutip dari BBC, Jumat (22/7/2016).
Advertisement
Lahouaiej-Bouhle menewaskan 84 orang ketika ia melaju ke kerumunan di peringatan Bastille Day.
"Dia menerima dukungan logistik untuk melancarkan serangan dari lima tersangka," tutur Molins seraya memaparkan bahwa mereka telah merencanakan serangan selama beberapa bulan sebelumnya.
Tiga dari tersangka, yang diidentifikasi sebagai Franco Ramzi A dan Mohamed Oualid G serta Chokri C dari Tunisia, didakwa sebagai kaki tangan teror truk maut Prancis.
Seorang pria Albania bernama Artan dan wanita yang merupakan warga keturunan ganda Prancis-Albania diidentifikasi sebagai Enkeldja, diduga menyediakan Lahouaiej-Bouhlel pistol. Keduanya didakwa karena melanggar hukum senjata dalam kaitannya dengan kelompok teroris".
"Seperti Lahouaiej-Bouhlel, tak satu pun dari mereka yang ditahan diketahui intelijen Perancis sebelum serangan, meskipun Ramzi A diduga sebelumnya terkait kasus obat-obatan terlarang dan kejahatan kecil," kata Molins.
Dia mengatakan, informasi dari telepon Lahouaiej-Bouhlel menunjukkan pencarian dan foto yang menunjukkan dia telah mempelajari serangan sejak 2015.
Kelompok militan ISIS mengatakan Lahouaiej-Bouhlel adalah salah satu tentara mereka. Tapi pihak berwenang Prancis tak menemukan nama sopir truk maut Nice itu di daftar pencarian.
Teror truk maut Prancis terjadi pada Kamis 14 Juli 2016, saat kerumunan orang berkumpul di peringatan Bastille Day di Nice, Promenade des Anglais.
Dua petugas polisi melepaskan tembakan ketika ia berada di pinggir jalan, tapi ia mempercepat laju truknya dan berjalan zig-zag hingga 2 km meninggalkan jejak pembantaian.
Polisi akhirnya berhasil membuat truk berhenti, menyapu kabin pengemudi dengan tembakan dan membunuh Lahouaiej-Bouhlel.
Lebih dari 300 orang terluka dalam serangan itu.
Prancis telah memperpanjang keadaan darurat sampai akhir Januari 2017. Status terbaru itu memberi polisi kekuatan ekstra untuk mencari dan menempatkan orang-orang di bawah tahanan rumah.