Ada Aliran Senjata dari Eropa ke Suriah Senilai Rp 17 Triliun?

Laporan investigasi aliansi wartawan Eropa Timur menemukan senjata dikirim antara lain dari Bosnia, Bulgaria, Kroasia, Ceko, dan Serbia.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 28 Jul 2016, 10:21 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2016, 10:21 WIB
Dugaan Aliran Senjata dari Eropa ke Suriah Senilai Rp 17 Triliun
Dugaan Aliran Senjata dari Eropa ke Suriah Senilai Rp 17 Triliun (Reuters)

Liputan6.com, Zagreb - Sebuah investigasi menemukan bahwa sejumlah negara-negara Eropa Timur telah menyetujui penjualan rahasia senjata lebih dari 1 miliar pound sterling atau Rp 17 triliun ke negara-negara Timur Tengah yang berakhir di Suriah. Transaksi itu telah berlangsung selama 4 tahun terakhir.

Ribuan senjata api berat seperti AK-47, mortar, pelempar roket serta anti-tank dan lainnya telah dikirim lewat jalur pipa dari Balkan ke Semenjanjung Arab serta negara-negara tetangga Suriah.

Laporan yang diterbitkan oleh tim jurnalis dari Balkan Investigative Reporting Network (BIRN) dan Organised Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) menyimpulkan adanya kecurigaan senjata-senjata itu dikirim ke Suriah untuk memicu Perang Bersaudara.

Investigasi selama 1 tahun itu menemukan data dari ekspor senjata, laporan PBB, jalur pengiriman serta kontrak jual beli. Hasilnya, terkuak bahwa amunisi dan senjata dikirim dari Bosnia, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Montenegro, Slovakia, Serbia dan Romania.

Semenjak eskalasi konflik di Suriah yang dimulai 2012, 8 negara itu telah menyetujui ekspor senjata dan amunisi sebesar Rp 17 triliun itu ke Saudi Araia, Yordania, Uni Emirat Arab dan Turki. Negara-negara itu adalah pasar utama bagi Suriah dan Yaman untuk membeli senjata.

Di masa lalu, kawasan itu tak memiliki catatan pembelian dari Eropa Tengah dan Timur. Namun, pembelian makin meningkat di tahun 2012, dengan jumlah terbesar tercatat pada 2015.

Bukti senjata tak hanya dokumen namun terlihat dari video serta foto yang beredar di media sosial. Senjata juga di pakai oleh kelompok Free Syrian Army --yang didukung Barat-- juga di tangan pemberontak seperti Ansar al-Sham, Jabhat al-Nusra dan ISIS.

Merespons temuan investigasi itu, Patrick Wilson, peneliti kontrol senjata dari Amnesty Internasional dan Bodil Valero dari parlemen Uni Eropa mengatakan, setidaknya beberapa transfer itu telah melanggar undang-undang.

"Bukti kalau ada  pergerakan sistematis penjualan senjata ke kelompok bersenjata jelas pelanggaran serius hak asasi manusia," kata Wilcken.

"Dan apabila, untuk kasus ini telah terjadi transfer ilegal, jelas melanggar hukum internasional."

Jalur senjata dibuka pada musim dingin 2012, saat itu puluhan kargo berisi pembelian dari Arab Saudi berupa senjata era perang Yugoslavia meninggalkan Zagreb ke Yordania.

Itu adalah kargo senjata pertama dari Kroasia yang kemudian didapati masuk ke Suriah.

Pemerintah Kroasia menolak segala tuduhan. Tapi, Robert Stephen Ford, duta besar AS di Suriah antara 2011 hingga 2014 mengatakan, Zagreb telah melakukan perjanjian pembelian senjata tahun 2022.

Itu awal mulanya.

Menurut laporan BIRN dan OCCRP, pengantaran kargo senjata dilakukan lewat udara dan laut.

Pihak berwenang Uni Eropa kini tengah menginvestigasi kasus tersebut. Adapun negara-negara yang disebut dalam laporan itu menolak untuk mengomentari temuan itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya